"Jadi, Areeta .... kakekmu adalah pembawa petaka itu. Dia pria tua yang sudah membahayakan banyak nyawa dan dunia ini. Dia pria yang jahat bukan?"
Areeta menyeringai. Tentu saja dia tak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh lawan bicaranya itu. "Kau sedang menghina kakekku, Daeva. Jika dia hidup lagi, maka dia akan memarahimu habis-habisan. Kau benar-benar perempuan yang tidak sopan! Bahkan kau tidak bisa mengatakan hal itu pada orang yang sudah meninggal."
"Kakekmu belum meninggal." Daeva menyahut. Kalimat singkat itu membuat Areeta mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia terkejut, tentu saja.
"Maksudku, dalam dunia kami, orang yang tidak punya arwah di Tanah Sheol, lembah sweetmeat, atau gerbang perbatasan akan disebut sebagai jiwa yang hilang."
Areeta memejamkan rapat kedua matanya. Laki-laki dia harus mencoba untuk memahami keadaan yang ada. Apapun yang keluar dari celah Daeva, itu membuatnya bingung tujuh keliling. Rasanya benar-benar membingungkan.