Aroma Liberika Rangsang Meranti begitu menonjol, memenuhi ruangan. Masuk dan menari-nari di dalam lubang hidung perempuan berbalut gaun tidur mewah dan panjang yang jatuh tepat di kedua mata kakinya. Sepasang sandal berbulu halus dengan motif mata kucing menghias di sana. Terlepas dari siapa itu Daeva, ia hanya manusia biasa dimata orang-orang yang tinggal di bawah lantai Penthouse miliknya ini. Bukan hal yang aneh jika Daeva meniru gaya hidup perawan tua yang sukses dalam berkarier. Menjajal dan menikmati kehidupan yang mewah, itulah yang sedang Daeva lakukan.
Daeva menatap kaca besar yang ada di depannya selepas aroma Liberika tergantikan dengan wewangian yang khas. Bayangan hitam dengan mata biru berpancaran seakan ingin menebus dinding kaca yang ada di depannya. Ia tahu siapa yang datang tanpa perlu mengetuk pintu atau menekan bel rumah. Daeva sudah membuka segelnya.
"Kenapa datang malam-malam. Ini waktu istirahat untuk seorang manusia." Daeva melirih. Melanjutkan kembali aktivitas mengaduk kopi di dalam cangkir berukir naga kuno di sisinya.
"Kau tidak perlu makan, minum, atau bahkan tidur. Kenapa selalu repot-repot membuat kopi dan teh?" Decurion yang berbicara. Dia berjalan, lebih tepatnya terbang mendekati Daeva. Bayangannya berdiri di sisi almari besar milik Daeva. "Daeva ...."
"Aku hanya belajar membuatnya," ucap gadis itu pada akhirnya. Mendesah ringan. "Salah jika aku belajar membuat kopi dan teh yang enak? Loralei melarangku membunuh manusia atau melukai dan mencampuri urusannya. Aku tak mau hukumanku ditambah."
Decurion tertawa. Suaranya terdengar begitu menyebalkan untuk Daeva.
"Kenapa tertawa? Bukankah kau sendiri yang menyampaikan pesan itu sepuluh tahun yang lalu saat aku tak sengaja mengambil jantung nenek tua? Aku lapar waktu itu."
"Kau bukan singa, kau bukan iblis pemakan jantung, kau juga bukan Monster, Daeva. Itu sebabnya aku melarangmu." Decurion mengubah posisinya. Terbang mengikuti arah langkah kaki Daeva yang sekarang berdiri menghadap ke arah luar jendela besar di depannya. Pemandangan kota yang sepi. Tak seperti berada di kota besar, pusat sebuah negara. Green Bank jauh dari kesan itu. Ini adalah alam pedesaan yang Daeva suka. Sempurna! Sebab dia bisa menahan semua godaan di sini.
"Kenapa kau datang malam-malam?" tanyanya lagi. Mengulang. Daeva mengangkat cangkir di dalam genggamannya, tiba-tiba saja mengubah itu menjadi segelas wine berwarna pekat. Sudah dikata, Daeva tak perlu membuat kopi atau teh. Dia hanya minum wine dan semacamnya.
"Kenapa kau melepaskan pria itu, Daeva?"
Daeva menoleh. Jari jemarinya menggoyangkan ringan gelas yang ada di dalam genggamannya sekarang. Diam, menatap bayangan hitam itu.
"Delwyn Stewart," imbuhnya. Selepas menyebutkan nama, Daeva mengangguk. Ia hanya tersenyum kemudian.
"Dia punya akses untuk Althea-lux. Dia juga keturunan dari Mr. Jeff. Dia harusnya melayani dirimu di sini dan mengabdi. Ritual di hari pengangkatan, Daeva. Itulah yang kau lakukan pada Mr. Jeff."
Daeva menghela napasnya. "Dia butuh mengerti. Aku melihat ketakutan di matanya tadi," ucapnya membela. "Lagian, aku sudah menyekapnya selama tiga hari. Membawanya jalan-jalan dan mengambil memori ingatan di alam bawah sadarnya. Aku juga sudah membawanya ke replika Tanah Sheol. Melihat apa yang tidak seharusnya dilihat oleh manusia."
"Mr. Jeff juga mengalami hal yang sama. Itu bagian dari ritual penyambutan generasi baru." Decurion menyanggah. Daeva terlihat lebih lembut pada Delwyn.
"Namun, aku tak melihat ketakutan di sana. Mr. Jeff punya alasan untuk melayaniku. Dia hanya pak tua bodoh yang berambisi menjadi kaya untuk memberi kehidupan mapan pada putra dan putrinya." Perempuan itu tersenyum tipis. Melirik Decurion yang ada di sisinya. "Aku yakin dia akan kembali."
"Kenapa kau begitu yakin?"
Ia duduk di atas sofa. Bersantai. Menyilangkan tangan di atas perutnya. Menatap langit-langit ruangan yang terlibat membosankan. Pandangan mata Daeva bisa menembus atap rumahnya sendiri. Semua yang ia punya sekarang, hanyalah formalitas semata. Daeva tak membutuhkan semua ini sebenarnya. Ia bahkan bisa membangun rumah hanya dengan menjentikkan jarinya. Kuasa yang diberikan Loralei padanya sungguh hebat. Menandingi kuasa milik Decurion.
"Aku menanamkan memori di alam bawah sadarnya. Dia akan terus mendapatkan mimpi untuk menyuruhnya datang kemari. Mimpi akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Entah sebab dia menikmati hidupnya di sini atau sebab ajal menjemputnya. Itulah caraku membuat perjanjian dengan manusia, Decurion. Aku menanamkan ingatan dan mimpi di dalam alam bawah sadar mereka."
Daeva melirik bayangan hitam yang terbang di atas atap. Menjadi awan mendung tiba-tiba.
"Kau datang hanya sebab ingin bertanya pasal Delwyn?"
"Tidak, Daeva." Decurion memulai. "Sang agung Loralei menyampaikan pesan untukmu."
"Loralei? Dia lebih banyak menganggur belakang ini. Tak ada manusia yang mati lagi?"
"Aku berkata pasal penemuan keberadaan Althea-lux. Loralei memeriksa itu dan menemukan sisa-sisa jejak yang ditinggalkan oleh Althea-lux. Namun, tempatnya disegel oleh sesuatu."
"Ogirth?" Daeva menyahut. "Kita sudah membahas hal itu. Aku juga sudah membahasnya dengan Delwyn. Aku sudah berusaha untuk membuat Areeta kemari."
"Bukan Ogirth."
Daeva bangun dari posisinya. Menatap Decurion sembari melipat keningnya heran. "Hanya mantra Ogirth yang bisa menghentikan segala macam bentuk iblis, termasuk kita. Kita tidak bisa melacaknya dan mengambil kitab itu sebab Ogirth adalah musuh untuk kita. Like cat and mouse," ucap Daeva.
"Jika itu Ogirth, maka Loralei pasti bisa dengan mudah untuk mematahkan matra yang menyegel Althea-lux. Loralei tak cukup kuasa untuk menandingi itu, Daeva."
Daeva menaikkan kedua sisi bahunya. "Lantas? Apa kata Loralei?"
"Advocata Ogirth." Sihir yang tiba-tiba saja muncul dari celah bayangan Decurion membuka semua layar samar di depannya. Menampilkan beberapa tulisan dan kode aneh di sana.
"Advocata?" Daeva mengulang. "Pembela," imbuhnya. Itulah arti dari kata Advocata. "Atau dalam arti yang lain?"
Decurion kembali merapalkan mantra. Membuka layar yang lain. "Itu adalah pembela dari mantra Ogirth. Dia jauh lebih kuat," tuturnya. Cahaya kuning melingkar di atas kepala Daeva. Mantra dan kode juga simbol kuno yang tak asing untuk Daeva membentuk lingkaran seperti cincin. "Mantra ini adalah milik pengikut dari Pemimpin Ogirth pada masanya Daeva."
"Aku tidak pernah mendengar apapun tentangnya."
"Loralei berpikir untuk menyembunyikan pasal pengikut mantra Ogirth darimu, Daeva. Jejak pengikut yang membentuk sekte pada masanya terlalu berbahaya untuk perjanjianmu dengan Loralei pada masanya. Di samping itu, Loralei sudah memastikan bahwa Advocata Ogirth sudah dikubur dalam-dalam di neraka yang paling mengerikan. Dia tak akan pernah kembali dan berkembang di dunia manusia. Namun, Loralei keliru. Mantra itu kembali dirapalkan untuk melindungi Althea-lux." Decurion mengehentikan sihirnya. "Siapapun yang merapalkan mantra itu, dia adalah hormon terakhir yang ditinggalkan oleh Maris, pemilik asli mantra Advocata Ogirth."
.... Bersambung ...