Kini mata Theodoric tertuju pada satu titik, pintu akses keluar masuk dari unit Aziel.
Ia menatap pintu itu dengan tatapan ragu dan bingung. Ia berpikir kalau Aziel pasti ada di luar sana.
Namun ia tidak tahu tepatnya dimana keberadaan Aziel. Kalaupun ia keluar dari unit Aziel, ia tidak tahu harus pergi kemana. Ia tidak memiliki uang untuk mendapatkan makanan, ia tidak tahu dimana keberadaan Aziel maupun Zayn atau satu orang yang ia lupa namanya siapa.
Theodoric bimbang, namun ia melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah pintu itu. Hanya mendekat dan memilih untuk menatap pintu tersebut sampai ia memilih untuk duduk diam di depan pintu tersebut.
Ia telah memikirkan segala sesuatu yang terjadi saat ia melangkah keluar dan ia tidak ingin apa yang dipikirkannya terjadi.
