Lembaga permasyarakatan yang menyekap para narapidana kaum wanita dari gadis sampai nenek-nenek yang perlu dijadikan penghuni lembaga itu karna itu menyalahi hukuman. suasana dikamar lembaga yang dipagari oleh besi-besi secara teratur itulah jeruji besi yang menyerupai kerangkangan.
Didalam kamar lembaga itu dihuni oleh seorang gadis yang cantik, namun wajahnya nampak sangat sedih, itulah Ratih sigadis desa yang mulai terlibat pada garis hidupnya, diantara orang-orang yang serakah akan silaunya harta. Ratih menjadi umpan pertama, karna menjadi duri yang bakal menusuk mereka, mencelakakan mereka, mereka takut jika Faisal mnikahi Ratih maka Mereka tak dapat menikmati kekayaan ayah Faisal....
Pelayan lembaga yang mengurusi mereka untuk narapidana membawa masuk makanan ke sel Ratih, dilettakannya baki itu diatas meja.
"Makananmu Ratih..." kata pelayan itu.
"Ya.."
"Kau tak lapar.?"
"Tidak."
"Tapi wajahmu nampak pucat."
"Biarlah..."
"Nanti kau bisa kena Maag."
Pelayan yang berseragam abu-abu itu menyodorkan baki yang berisi makanan itu pada Ratih. dan Ratih menerimanya.
"Gadis secantik kau mengapa jadi pembunuh.?"
Ratih tak mampu berucap ia hanya mngunyah makanan setengahalas-malasan. pelayan lembaga itu mengamati wajah Ratih, pelayan itu banyak bercerita kepada Ratih tentang penghuni-penghuni lembaga ini demgan nyerotos terus. Ratih tak mengubrisnya karna ia sendiri telah tenggelam pada kemelutnya hidup ini. banyak tak ia mengerti, mengapa nasibnya tiba-tiba saja berubah seperti ini.
Pelayan yang banyak menimbulkan simpati Ratih akhirnya meninggalkan sel tahana itu. Rati banyak memikirkan tentang hal yang tidak dapat ia mengerti.
Seminggu kemudian datanglah rombongan keluarga Faisal dari jakarta. seruluruh keluarga Paman Marwoto menyambut dengan penuh kegembiraan. mereka tiba didesa pengunungan itu yang udaranya cukup dingin. Sepanjang perjalanan Faisal berharap cepat-cepat sampai, menyengat rasa rindunya yang rasanya seperti akan meledak. dipagar halaman Marwoto memberi salam kepada Faisal. pertemuan mereka begitu bahahia.
"Hai.. kau nampak pucat sekali Marwoto ,, penyakit apabyang tengah kau derita.?" Celetuk Rustam Efendi pada Marwoto adiknya dengan senyum penuh tanda tanya.
"Sekarang aku sering dilanda sakit perut Mas.." jawab Marwoto dengan nada gelisah.
"Ayo masuk dulu, tak baik ngomong-ngomong diluar, ayo mbak lastri kita masuk..." ajak Bibi Maryati dengan nada spontan.
Faisal lalu masuk bersama Paman Marwoto.
"Kau tak salah pilih dengan gadis desa.?" tanya Paman Marwoto dengan senyum ceri.
"Tidak paman."
"Bagus pilihanmu itu ternyata memang tepat Faisal.!"
"Ah... Paman bisa saja..
Mbok inem, hendak membawa koper-koper Rustam Efendi kedalam kamar yang telah disiapakan.
"Mbok baik-baik saja.?" sapa Faisal.
"Berkat Tuan. Mbok baik-baim saja den.
Gairah yang menggelora dihati Faisal untuk segera bertemu dengan Ratih rasanya mau meledak, saat pertemuan yang ia impikan itu bakal menjadi salah satu sejarah dalam hidupnya. Faisal melempar senyum kearah rumah-rumah desa itu, disana rumah kekasihnya terselip diantaranya, ketika Rustam Efendi mendekati anaknya disekitar rumah itu.
"Pa,,, diantara rumah itu, rumah yang paling menyedihkan adalah rumah Ratih." Faisal berkata dengan nada sedih seakan-akan ia dapat mersakan penderitaan hidup Ratih. Rupanya Sustam Efendi dapat membaca garis-garis pada wajah putranya, tangan seorang ayah senantiasa menepuk-nepuk memberi dorongan atas semangat atas cinta dan tekat atas kehendak yang bakal ditempuh.
"Ratih seorang gadis yang miskin.. tetapi Pa. saya optimis pada diri Ratih, Faisal akan membuat Ratih serasi ditengah-tengah keluarga kita."kata Faisal keada Ayahnya, ayahnya lalu tersenyum
"Bagus kalau kau bisa mengatur tentang keserasian itu. papa hanya kepengen tau, kau benar-benar ingin mempersuntingnya atau eg..."
"Aku tahu maksud Papa, Faisal tidak main-main dalam hal ini. Serga Faisal lalu lelaki Setengah tua itu menepuk-nepuk pundak anaknya
"Itulah harapan papa, sebenarnya kebahagian itu hanya ada pada diri kita sendiri.
Rombongan keluarga Marwoto dan Rustam berkurung diruang tamu, Topik pembicaraan mereka adalah pertunagan Faisal dan Ratih. namun yang tidak mereka ketahui bahwa diantara mereka terdapat seorang wanita nista, ia bepura-pura tidak tau apa yang terjadi pada Ratih dan Ibunya.
"Bagaiman persiapan yang telah kau kerjaka selama ini Marwoto, mengenai calon Faisal.?"
"Mengenai lamaran semuanya telah dikerjakan oleh Maryati, ktakan apa yang telah yerjadi Maryati."
Bibi Maryati menarik nafas dalam-dalam, wajahnya berubah menjadi sedih dan berkaca-kaca.
"Kenapa kau.?" Tanya ayah Faisal dengan Heran.
"Aku merasa turut berduka atas kemalangan yabg menimpa keluarga Ratih." bibir Maryati berhenti berkata, sementara Faisal jadi tersentak, segera ingin tau apa yang telah terjadi, kemalangan apakah gerangan.?
"Pada tengah malam dipondok Ratih kemasukan penculik, akubtak tau apa yang terjadi, hanya mbok Sarimah ibu Ratih yang telah meninggal dunia dengan luka dikepalanya, sedang Ratih telah diculik..!
Mendengar keterangan Bibi Maruati, Faisal bagai disambar petir disiang bolong.
"Bibi.. benarkah itu terjadi.? bibi tidak mengigau kan.?" kata Faisal dengan nada bergetar.
"Tidak Faisal... ini benar-benar terjadi. bibi turut berduka cita atas kemalangan yang menimpa Ratih..
Faisal mendadak bangit dari tempat duduknya wajahnya dilanda ketegangan
"apa yang akan kau lakukan Faisal.?" tanya Ayah Faisal.
"aku harus kesana sekarang."
"Sabar Faisal... " sergah Marwoto.
"Tenanglah Nak," sambung Lastri mamanya Faisal, namun Faisal tak mau dihalangi kehendaknya, dia segera berjalan cepat keluar rumah, serentak mereka yang ada diruangan iti bangkit mengejar Faisal. tetapi semakin dikejar Faisal semakin berlari cepat.
Diambang petang yang penuh ketegangan, Faisal berlari menuju kepondok Ratih, berkali-kali kakinya tersandung batu, dan dua kali Faisal jatuh ketanah, namun dengan tekadnya yang meluap-luap dia harus secepatnya sampai pada tempat tujuan. Setibanya dipondok Ratih, Faisal tetegun, keadaan sudah lain. didepan pintu rumah itu sudah disilang kayu besar. dan keadaan rumah itu gelap gulita.
Langkah Faisal mendekat persis didekat pintu. tanganya berpegang pada kayu silang yang terpaku dipintu kemudian dia menelungkupkan wajah disiku tangan. lalu Faisal menagis pilu.
"Kenapa hal ini harus terjadu Ratih.? kenapa.?" tangan kiri Faisal memukul pelan pada kayu silang, walau pelan tapi penuh tekanan jiwa yang mengamuk.
"Dimana sekarang kau Ratih.? aku sungguh-sungguh cinta padamu...."
Kata-kata Faisal berakhir. rombongan Keluarga marwoto dan Rustam telah datang, lalu Lastri memeluk putranya dengan isak tangisnya
"Tabahkanlah hatimu nak. mari kita kembali kerumah, segalanya perlu kita pikirkan secara baik-baik."
"Mama.. Aku sunguh-sungguh mencintai Ragih, bagaimana aku dapat membiarkan dia begitu saja. kenyataan ini benar-benar kejam..." kata Faisal sambil terisak sedemikian pilu dipundak mamanya. lelaki muda itu menggeserkan mukanya sebagai pertanda tekanan perasaan yang rasanya ingin berontak.
"Mari kita pulang anakku, segalanya akan kita cari sehingga dapat kembali seperti semula kalau soal ibu Ratih,,, ya kematiannya itu perlu kita kasihani, tetapi Tuhan tidak buta, kelak bakal tersingkap siapa pelakunya..." kata Lastri
Mendengar kata-kata Lastri, bibir Maryati jadi tergetar, seluruh tulang-tulangnya serasa dilucuti.
"Ayo cepat-cepat kita pulang, tak pantas kita berlaku begini ditempat ini. ayo Faisal..." ajak ayah Faisal.
Baru kemudian Faisal menurut, meskipun hatinya berat sekali untuk meninggalkan tempat itu. Kepergian Ratih yang tak tau rimbanya membuat hati Faisal pedi sekali. Apa yang akan terjadi atas diri Ratih, karna itulah Faisal ingin cepat-cepat menemukan Ratih, tapi diman.? dimana mesti dicarinya.? Cinta adalah awal derita bagi sijoli yang berniat tulus dan suci.
******