"Siapa Pak Kodir?" tanya Josh.
"Petugas keamanan di sini, namanya Pak Kodir," jawab Ervin dengan wajah berseri seri sehingga menimbulkan kecurigaan pada Josh karena tidak seperti biasanya.
"Ada apa denganmu? Aku merasa ada yang aneh denganmu," tanya Josh melihat Ervin dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Mendengar Josh mengatakan itu, membuat Thomas ikut melihat Ervin.
"Denganku?" tunjuk Ervin ke dirinya sendiri.
"Iya, sepulang dari olahraga tadi wajahmu begitu berseri seri. Kamu tidak sadar dari tadi bibirmu itu tersenyum terus," kata Josh.
"Aku biasanya juga begini," jawab Ervin mendekati mereka berdua. "Kopi punyaku mana?" tanyanya kemudian melihat kopi yang ada di atas meja di depan Josh dan Thomas.
"Yang itu. Ini punyaku," jawab Thomas menunjuk ke cangkir yang agak jauh darinya.
Ervin menarik kursi untuknya duduk di antara mereka berdua, mengambil cangkir kopinya.
"Sampai mana kamu berlari tadi?" tanya Thomas.
"Jauh, aku tidak terasa berlari sampai sejauh itu. Terpukau dengan pemandangan yang sangat indah. Hamparan sawah yang sedap dipandang mata," jawab Ervin kemudian menyeruput kopinya.
"Aku ingin jalan-jalan mencari sesuatu yang segar di mata," ucap Josh.
"Apa itu?" tanya Ervin melihat Josh lalu mengambil sebatang rokok sehingga tidak lama kemudian kepulan asap putih memenuhi sebagian wajahnya.
"Aku ingin melihat gadis Desa yang katanya menurut cerita kalau seorang gadis Desa itu cantik dan lugu," jawab Josh.
Ervin terdiam beberapa detik, ingatannya langsung terbayang wajah Aneska dengan lesung pipinya sehingga tanpa sadar senyum muncul dibibirnya.
"Kalau ingin jalan-jalan, selain pakai sepeda bisa memakai kendaraan apa lagi?" tanya Thomas.
"Motor juga bisa. Tadi aku pulang di antar si Damar karena aku berlari terlalu jauh. Daripada aku lelah jalan kaki lagi, lebih baik aku terima tawarannya mengantarku pulang ke sini," kata Ervin.
"Damar? Siapa?" tanya Josh.
"Siswa Sekolah yang kemarin kita kunjungi, kalau kalian melihatnya juga pasti kenal. Dia yang mengurus acara kemarin," jawab Ervin.
"Di sini apa saja yang menarik?" tanya Josh. "Ada klub malam tidak di sini?" tanya Josh.
"Tidak mungkin ada klub malam di sini. Pikiranmu aneh-aneh saja," jawab Ervin. "Di sini itu kalau malam hanya ada suara jangkrik dengan suara kodok."
Thomas tertawa kecil sambil melempar kulit kacang ke arah Josh. "Lagian buat apa kamu tanya klub malam. Bukankah kamu bilang ingin menikmati suasana Desa jauh dari hiruk pikuk Kota, sekarang malah tanya klub malam."
"Mataku gatal kalau tidak melihat tubuh yang seksi dengan rok mini," jawab Josh dengan santainya.
Serempak Ervin dan Thomas melempar kulit kacang ke muka Josh sambil tertawa.
"Dasar otak mesum," ucap Thomas.
"Normal. Sebagai laki-laki wajar saja kalau aku ingin melihat wanita seksi," jawab Josh membela diri.
"Sudahlah, lebih baik kita jalan ke luar mencari makan. Sekalian kita cari sepeda," ajak Thomas bangun dari duduknya.
Ervin pun ikut bangun dari duduknya. "Kita tanya dulu ke Pak Kodir biar tidak tersesat."
"Tidak mungkin tersesat. Desa ini kecil, tidak seperti di Ibukota yang banyak jalannya. Kalau tersesat juga paling ujungnya ke gunung," kata Josh.
Thomas dan Ervin langsung melangkahkan kakinya ke luar dari kamar diikuti Josh yang berjalan sambil memakai jaketnya.
Cuaca di luar benar-benar sangat cerah. Para pegawai penginapan terutama wanita, senyum-senyum sendiri melihat ke tiga orang yang rata-rata mempunyai wajah memukau lewat di depan mereka. Sungguh pemandangan yang sangat memanjakan mata.
Ervin yang pertama kali memanggil Pak Kodir begitu melihatnya sedang berdiri di depan pintu gerbang. "Pak Kodir!"
"Iya Pak," jawabnya langsung mendekati ke tiga orang tersebut.
"Kita mau ke luar cari makan sekalian mau cari sepeda," kata Ervin begitu Pak Kodir berdiri di depan mereka.
"Sepeda? Buat apa?" tanyanya heran.
"Buat kita jalan ke luar. Kalau memakai mobil pasti akan menjadi tontonan orang-orang di sini dan juga kita tidak bebas ke mana-mana kalau pergi pakai mobil," jawab Ervin.
"Seperti itu," jawab Pak Kodir mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Di sini tempat makan yang enak di mana?" tanya Josh melihat Pak Kodir.
"Ada, tidak jauh dari sini. Tempatnya tidak terlalu besar tetapi cukup nyaman dan masakannya juga enak. Terkenal dengan ikan bakarnya," jawab Pak Kodir antusias.
"Wah, bagus itu ada ikan bakarnya," kata Josh. "Di mana itu?"
"Kalau dari sini lurus saja. Nanti ada rumah makan sederhana, didepannya ada tulisan tersedia ikan bakar," jawab Pak Kodir.
Josh manggut-manggut tanda mengerti. "Lalu cari sepeda ke mana? Pasar jauh dari sini?" tanyanya.
"Tidak jauh tidak dekat, kira-kira ada setengah kilo dari sini," jawab Pak Kodir. "Itu juga jalannya satu arah dengan rumah makan tadi."
"Baiklah kalau begitu," kata Ervin. "Kita pergi. Aku sudah lapar."
"Ayo," ajak Thomas berjalan terlebih dahulu ke arah mobil Ervin yang terparkir tidak jauh dari mereka.
"Mari Pak Kodir. Kita pergi dulu," kata Ervin tersenyum pamit ke Pak Kodir.
"Iya Pak. Silahkan," jawab Pak Kodir langsung bergegas untuk membukakan pintu gerbang lebih lebar agar mobil mereka bisa ke luar.
Di jajan raya yang jauh sekali dari kesan macet dan bisingnya kendaraan, mobil Ervin meluncur dengan santainya. Kaca mobil kiri kanan mereka sengaja dibuka untuk melihat hamparan sawah yang membentang luas.
"Sejuk sekali," kata Josh yang duduk dibelakang merasakan angin yang menerpa wajahnya.
Dari jauh terlihat beberapa gadis sedang mengayuh sepedanya dengan saling bercanda di antara mereka. Mata mereka nampak berbinar melihat ketiga pria tampan yang sedang duduk di dalam mobil mewah melihat ke arah mereka apalagi Josh dengan isengnya menebarkan senyumnya ke mereka semua.
"Tampan sekali," samar-samar Ervin mendengar salah satu dari mereka berbicara.
Josh tertawa terbahak di dalam mobil, hiburan tersendiri baginya menggoda gadis-gadis yang masih terlihat sangat polos. Sementara Thomas dan Ervin tatapannya mencari rumah makan yang tadi diberi tahu oleh Pak Kodir.
"Mungkin itu rumah makannya." Tunjuk Thomas ke arah kiri dari mobil mereka.
Ervin segera menepikan mobilnya ke depan rumah makan yang ditunjuk Thomas. "Iya, sepertinya memang ini rumah makannya."
Josh yang duduk di belakang melihat ke sekeliling. "Tempatnya terlihat bersih. Sederhana sekali."
Thomas segera membuka pintu mobilnya langsung turun. "Ayo, aku sudah lapar, dari tadi cuma minum kopi. Perutku keroncongan."
Josh juga segera turun diikuti Ervin, mereka bertiga pun langsung masuk ke dalam rumah makan yang cukup sederhana. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka karena penampilan mereka yang terlihat berbeda dan juga baru kali ini mereka melihat mereka bertiga.