Selamat Membaca
Hari ini, Arin bersekolah kembali di sekolah barunya bersama Indah dan anak panti lainnya, mereka bersekolah di sekolah umum lainnya.
Hati Arin merasa bahagia walaupun pertama dia merasa canggung saat masuk ke dalam kelas bersama ibu kepala Sekolah Ibu Astuti Hendrawan.
"Assalamualaikum anak-anak ku, pagi ini kita kedatangan murid baru bernama Arina
Mauren Maudya Baskoro,. Ayo Arin perkenalkan namamu!!" titah Ibu Astuti.
"Hallo namaku Arina Mauren Maudya Baskoro, panggil saja Arin" sapa Arin.
"Wah, cantik ya"
"Dia benar-benar cantik seperti princess"
Semua orang memujinya, dan Indah pun tersenyum, dan memang lah benar Arin anak yang sangat cantik diantara mereka.
"Arin silahkan kamu duduk" suruh bu Guru Ranita.
"Terimakasih bu"
"Silakan bu Ranita lanjutkan mengajarnya, saya permisi dulu" pamit bu Astuti.
"Iya bu, silahkan" jawab bu Ranita.
Arin berjalan menuju bangkunya dan duduk disebelah Indah yang memanggil untuk duduk dengan nya.
"Arin ayo,sini duduk dekat aku" ajak Indah.
"Kenalan jam istirahat aja ya, sekarang kita
belajar tentang bahasan Ilmu Pengetahuan Alam, Kalian buka halaman 77" titah bu Ranita
Arin mengikuti pelajaran dengan seksama, tak terasa waktu berjalan cepat jam sudah sudah berbunyi.
"Sebelum kalian istirahat Ibu tugaskan kelompok masing-masing kelompok berisi 5 orang kalian bebas memilih teman yang akan kalian ajak belajar bersama, tugasnya tentang penelitian alam sesuai dengan yang di buku ya, kalo ada pertanyaan, silahkan nanti temui ibu di kantor atau di rumah ibu mengerti".
"Mengerti bu"
"Yaudah sekarang kalian boleh istirahat!" titah bu Ranita.
Kriing.... Kring.... Kring..
Semua anak memasukkan buku pelajaran nya dan berhambur pergi keluar ada yang ke kantin, ke perpustakaan, ke toilet yang inti istirahat ini merasa harus mengisi perut mereka dulu.
"Arin kita ke kantin yuk, aku pengen makan bakso" ajak Indah.
"Ya sudah, yuk"
Mereka keluar bergandengan,dan di jalan ada teman mereka yang gendut namanya Rara yang menyuruh mereka berhenti.
"Berhenti!" Indah kamu jahat sih sama aku, ga diajak ke kantin "cemberut nya si Rara.
"Hayu Aja kalo mau ikut mah, kenapa harus marah" ketus Indah.
"Aku masuk kelompok kamu kan Indah, seperti biasanya" tanya Rara mengerlingkan mata nya.
"Ya, iya atuh ditambah sama Arin" jawab Indah.
"Hayu atuh ntar ga kebagian duduk kita" lirih Indah.
Indah berjalan duluan disusul Arin dan Rara, setelah sampai di kantin mereka menuju tempat duduk dulu.
"Rara kamu aja yang pesenin kita baso dan minum es teh aja ya, kita tungguin tempat duduk, ntar udah pesen minta dianterin kesini sama si mang nya, mumpung kosong" suruh Indah.
"Ya udah kamu tunggu disini aku mau pesan dua porsi"jawab nya.
"Tambah gendut aja badan kamu Ra" ejek Indah.
"Biar aja, suka-suka aku"Rara pun berlalu dari hadapan mereka, tiba-tiba ada dua anak lelaki menghampiri mereka berdua.
"Hai Indah, tugas Kelompok nanti aku gabung sama kamu ya!" ucap anak itu yang bernama Boby anak yang punya perkebunan teh desa sebelah.
"Ya boleh aja, tapi kamu juga ikut ngerjain dong. Jangan nebeng nama doang!!" ketus Indah menatap horor pada si Boby.
"Yaelah, segitu sama aku, sampai melotot gitu tuh mata" ejeknya.
"Ya, kamu mah kebiasaan suka kaya gitu" elak si Indah.
"Haha, oke tenang aja aku kan ngajak Satrio" jawab nya sambil nunjuk anak yang berkaca mata di sebelah nya yang berdiri terus.
"Boleh ga aku gabung disini?" tanya si Boby melihat kearah Indah dan Arin.
"Boleh aja, tapi kamu traktir kita" titah si Indah.
"Eh, Indah kamu ga boleh gtu" kata Arin.
"Biarin aja Arin dia dikasih uang jajan banyak tuh sama bapak nya" jawab enteng Indah, Arin hanya diam melihat kearah Boby.
"Tenang aku bayarin yang kalian mau, oke!!"
"Kalian berdua udah pesan?" tanya Boby.
"Udah tuh dipesan in si Rara!" tunjuk Indah mengarah ke Rara yang tengah memesan Bakso.
"Ya, sudah Sat, kamu pesan gih sana, seperti biasanya ya!" perintah pada Satrio seperti bos besar.
"Eh, kamu anak baru ya, anak panti juga?" tanya Bobby kepada Arin, Arin tidak menjawab tapi di jawab sama Indah dengan nada marah.
"Iya, awas lo ganggu dia, aku jadiin perkedel!!!"
"Ck!!? Lo tuh cewek preman amet syech Ndah" ketus Bobby.
"Gue gak suka lo gangguin temen gue!!" hardik Indah yang melototi Bobby.
"Cih, iya gue janji bakalan ganggu temen lo!" janji Bobby.
"Temen lo cantik Ndah, lo mah item!!"
"Cih, biarin gue item nanti gue dapetin pangeran Inggris, lo sujud di depan gue!!" Indah dengan pede nya.
"Udah kalian kalo ketemu ribut aja kaya Tom and Jerry" celetuk si Rara yang dibantu mang bakso membawakan pesanan kami bertiga.
Rara meletakkan pesanan bakso dua porsi tepat di depannya, si Bobby geleng kepala.
"Kapan mau langsing nya makan seperti itu!!" ejek Bobby.
"Haha, ya dah kalah gue, nah Satrio datang demenan lo Ra" ejek si Bobby.
"Cih, gue gak suka Satrio ga macho!!" jawabnya sambil mengunyah bakso nya.
"Biarin badanku, pusing amet lo Bob!!" bentak Rara.
"Sudah... Sudah ayo kita makan!!" lerai Indah dan akhirnya Rara dan Bobby yang hampir berselisih tadi, memakan makan siangnya.
Saat minum es teh tinggal sedikit..
"Ndah, kerja kelompok di rumah gue aja, ya. Lo tau kan gue gak boleh keluar rumah tanpa bodyguard gue, nanti gue bilang satpam rumah oke!!" titah Boby.
"Ok, Bob, sediain cemilan yang banyak sama mami lo" jawab Indah.
"Tenang aja mami gue cantik, pintar bikin kue dan masak yang enak ga kalah deh sama kue yang lo suka bawa jual ke mami" bangga nya si Boby.
"Ya jangan lupa gue di bawakan juga" celetuk si Rara.
"Hahahaha, makanan aja lo nyamber Ra, noh kaya si Arin diem aja tuh anak, bingung liatin lo!!" ejek Boby.
"Sirik aja lo, Bob. Mami lo aja suka bawain kalo gue mampir" jawab Rara.
"Cih,kalian berantem terus. Ayo kita ke perpustakaan dulu cari bahan yang akan kita lakukan, pengamatan buat tugas, kita harus pilih apa yang akan kita lakukan penelitian, yang simple dan hasil bisa memuaskan" jelas Indah.
"Yaudah yuk" jawab mereka serempak.
Mereka pun berjalan beriringan Indah dan Arina duluan, disusul Rara dan Bobby dan Satrio selalu berada di belakang Bobby.
Kegiataan Arin bersekolah tidak luput dari mata mata nya Tuan Raden atau Opanya Arin yang kenyataan sangat merindukan cucu semata wayang bernasib tidak baik akibat keserakahan paman dan bibinya itu. anya.
Opa nya ini juga memberikan pada bu Asri sebuah toko untuk dikelola bu Asri demi mendapatkan uang buat tambahan dana panti, juga memberikan mobil angkutan sekolah anak dan sopirnya, juga uang buat biaya Arin sekolah dan lainnya.
Karena Omanya Arin yang sering mengeluh ingin menengok cucunya, akhirnya Opa nya Arin menyuruh semua anak panti hari sabtu siang untuk berlibur ke villa nya supaya Oma nya dapat bertemu dengan Arin.
POV Tuan Raden
Walaupun kenyataan yang kuhadapi saat ini sangat pahit dimana seorang adik melenyapkan kakak nya sendiri membuat ku sebagai ayahnya merasa gagal.
Aku tidaklah pernah pilih kasih terhadap anak-anakku, mereka bebas memilih jalan kehidupan selama dijalan yang benar.
Aku lihat keirian Dimas semakin menjadi ketika melihat Dani menjadi pengusaha sukses 10 besar di Asia, dan masuk menjadi pengusaha top 100 di dunia, aku akui Dani lebih potensial dari Dimas yang lebih menyukai dunia Otomotif, Dimas anakku berusaha membuat usaha Restoran setelah menikah dengan gadis yang aku jodohkan,
Anggita istrinya Dimas adalah seorang model namun tidaklah terlalu terkenal karena dia masih sibuk dengan kuliah nya, semenjak keguguran Anggita, aku lihat Dimas sudah benar-benar mencintai istrinya yang tadinya terpaksa karena dijodohkan.
Sampai saat ini Dimas dan Anggita belum dikaruniai anak kembali, aku berharap mereka segera punya anak dan merubah sifatnya sedikit aku kasih kelonggaran tidak melaporkan kejadian kecelakaan itu kepada polisi.
Aku harus membuat Arina bahagia dan mempunyai banyak teman, aku merasa panti itu tempat yang aman sementara, setelah umurnya 17 tahun nanti barulah aku akan mengambil nya dan men sekolahkan ke luar negeri, setelah membereskan masalah anak ku yang satu ini.
Aku merasa bersalah pada Dani, 'Maafkan papa Dani, papa mendahulukan dulu adikmu' batinku.
Kulihat senyum Arin dan tawanya bersama teman-teman barunya, aku menangis haru melihat nya, istriku omanya Arin memarahiku dan menyuruh Arin untuk tinggal bersama kami, namun aku sudah katakan hal terburuk jika Arin bertemu Dimas, untuk menghindari kejadian sama, ku relakan mengasingkan cucu ku untuk keamanan nya. Istriku menangis tiap harinya, akhirnya aku memutuskan untuk membawa Arin dan anak panti lainnya ke villa kami saat liburan.
Bersambung