"Terima kasih, Bi," ucap pria itu ketika seorang art meletakkan secangkir teh manis hangat di atas meja tepat di depannya, sang art mengangguk sambil mengulas senyum.
"Katakan, apa tujuanmu datang ke rumah ini?!" ketus mama Abhel, sedang pria itu hanya menggeleng lalu mengambil cangkir itu dan menyesap isinya.
"Lho mbak, ada tamu?" Tante Vani yang menuruni tangga ikut nimbrung, "halo kakak ipar," sapa pria itu pada Tante Vani, Tante Vani mengangguk dan tersenyum lalu duduk di sofa yang tidak jauh dari mama Abhel dengan elegan, berbeda dengan cara duduk mama Abhel. Terlihat arogan.
"Kamu adiknya mas Roy?" Tante Vani bertanya karena pria itu memanggil dirinya kakak ipar, pria itu mengangguk.
"Saya Jerry, adik sepupunya bang Roy," jawab pria yang tidak lain dan tidak bukan ternyata si Jerry.
"Saya Vani, istri kedua mas Roy," Tante Vani memperkenalkan dirinya sendiri, tidak berselang deru mobil terdengar. Mereka semua terdiam dan tidak lama pintu terbuka dan menampakkan sosok pria yang sudah berumur 50 tahunan lebih namun masih terlihat tampan dan gagah.
"Sudah lama, Jer?" tanya pria itu yang ternyata adalah papa Roy. Jerry berdiri lalu memeluk tubuh sang kakak, "barusan dan penyambutannya sangat buruk," jawab Jerry seraya menekuk wajahnya yang langsung mendapat tinju pelan di bahunya.
"Sayang," sapa papa Roy pada Tante Vani seraya mengusap lembut pipi istri keduanya itu, "oya, tumben sepi. Rama dan Dendi kemana, Ma?" Papa Roy menanyakan anak anaknya pada istri pertamanya.
"Keluar dari tadi, teman teman Dea datang kesini trus ngajakin dia pergi dan Rama ikut," Tante Vani yang menjawab karena kakak madunya diam saja, Papa Roy mengangguk tanda paham. Deru mobil terdengar ada dua, kemudian masuk sosok wanita angkuh. Di belakang nya berjalan Dendi yang berjalan santai sambil mengacak rambutnya.
"Ma," sapa mereka bersamaan, Raya duduk di sebelah mama Abhel sedang Dendi duduk di sebelah Tante Vani.
"Dea belum sampai, Ma?" Dendi melihat sekeliling, "belum, bukannya tadi jalan bareng bareng, kok sampai rumahnya ga barengan," Tante Vani menjewer kuping Dendi, pria itu tertawa.
"Kalau kami semobil bisalah pulang bareng, ini kami pisah mobil. Mana bisa bareng an, yang ada salah satu mampir-mampir dulu dan terkena macet," jawab Dendi asal, "dia putramu?" Jerry berbisik pada Papa Roy, dan Papa Roy mengangguk.
Di saat semua sedang asyik-asyik berbincang, sepasang suami istri masuk. Dea mengerutu karena Rama, melarangnya bekerja kembali. Tadi setelah selesai makan rujak, mereka pulang dan dalam perjalanan pulang, Dea mengutarakan keinginan nya ingin mengolah kembali kafenya. Namun tidak diizinkan oleh Rama.
"Sekali mas bilang nggak boleh ya nggak boleh, De," Rama mendesis kesal, istrinya ini sedari tadi tak lelah membujuk dirinya.
"Huh," Dea berpura pura marah, "ada apa sih kok ribut-ribut?" tegur Papa Roy, Dea meringis lalu berjalan kearah ruang tamu.
"Nggak papa kok, Pa," Rama yang menjawab, netranya melirik pria yang tengah duduk bersama papanya.
"Ram, kenalin. Dia adik papa, Om Jerry namanya," Papa Roy menunjuk pria yang duduk di sebelahnya, Rama hanya mengangguk, sedang Dea berjalan mendekat.
"Mau kemana, Yank," Rama menarik pergelangan tangan Dea, "ya mau salim, Mas," sahut Dea kesal, Rama akhirnya melepas cekalan itu dan duduk di sebelah mamanya.
"Dea, Om," katanya setelah mencium takdzim punggung tangan Jerry, pria seumuran papa mertuanya tersebut mengangguk dan tersenyum.
"Kamu istrinya Rama?" tanyanya sambil menunjuk Rama dengan dagunya, Dea mengangguk.
"Lalu dia?" Jerry ganti menunjuk Raya yang tengah duduk bersama mertua perempuannya dan Rama.
"Dia juga istri mas Rama," jawab Dea santai, "wah, mas Roy punya dua istri, Rama pun juga," kelekar Jerry seraya bertepuk tangan. Mama Abhel menatap tajam Jerry karena perkataan yang menurutnya tidak menyenangkan tersebut.
Dea memutuskan duduk di sebelah Tante Vani, mereka malah asyik ngobrol bisik-bisik membuat Rama kesal sendiri.
'Pantes putraku tergila-gila pada Dea, dia wanita yang baik dan asyik, juga baik, berbeda dengan istri keduanya.
Istri pertama mas Roy cocoknya sama istri kedua Rama, sedang istri kedua mas Roy cocoknya dengan istri pertama Rama. Sungguh lucu hidup ini,' gumam Jerry dalam hati.
"Sebentar," Tante Vani izin keluar karena ponselnya berdering, Dendi yang usil bergeser mendekati Dea. Rama masih belum menyadari karena sibuk berbicara dengan papanya mengenai pembukaan cabang perusahaan milik Jerry yang akan di lakukan di kota ini.
Raya dan mama Abhel hanya memperhatikan saja kelakuan keduanya, bukankah itu bagus, jika keduanya dekat dan Mas Rama tidak suka pasti Dea akan di usir dari sini, jika mungkin akan di ceraikan. Begitu pikiran Raya kira-kira.
"Oya, Den gimana perkembangan bisnismu yang baru?" Papa Roy juga ikut kesal pada Dendi, Rama ikut menoleh dan menatap adik satu ayahnya tersebut. Netranya membulat seketika, saat sadar ternyata Dea tengah duduk berdua dengan Dendi.
Rama mendengus kesal lalu beranjak dari tempatnya duduk, "mau kemana, Mas?" Raya yang bertanya, "masuk ke kamar," jawab Rama yang malah melangkah kearah Dea dan Dendi duduk.
Dea menatap bingung suaminya, "katanya mau ke kamar mas, kenapa malah kemari?" tanyanya polos, lagi lagi Rama mendengus sebal lalu mendekatkan wajahnya dan mendaratkan kecupan singkat di kening itu.
"Aaaa!!" Dea memekik kaget karena tiba-tiba Rama membopong tubuhnya, sedang pria itu malah tertawa lebar.
"Saya masuk dulu," pamitnya pada semua orang, sedang Raya di landa cemburu melihat adegan tersebut.
"Oya, Mas. Gimana caramu ngatur waktu biar bisa menghabiskan malam bergantian dengan kedua istrimu?" seloroh Jerry yang mendapat jawaban toyoran dari kakaknya.
"Makanya buruan nikah," Papa Roy berujar dengan nada mengejek, "ck, yang mau di ajak nikah udah punya suami," Jerry kemudian tergelak dengan jawabannya sendiri. Ya selama ini dia tidak mau menikah karena wanita yang dia cintai lebih memilih pria lain untuk jadi suaminya dari pada dirinya.
Bagi Jerry itu tak apa, asal melihat wanita itu bahagia, dia juga senang. Kini masalahnya suaminya, atau lebih tepatnya kakaknya punya istri lagi dan itu membuat Mama Abhel atau wanita yang dia cintai tersiksa.
Abhel juga tidak mungkin melepas kakaknya saat ingat wanita itu begitu gigih mengejar cinta kakaknya, hingga harus berbohong.
Tujuannya kesini selain mengembang kan bisnisnya, Jerry juga ingin dekat dengan anak kandungnya, Rama. Juga memisahkan Rama dari istri keduanya, walau di luar negeri, Jerry selalu mengawasi Rama dan Abhel.
Pertama kali dia mendapat laporan bahwa Abhel menikahkan kembali Rama dengan anak orang kaya, rasa marah dan kesal memdominasi. Namun saat tahu Rama sangat mencintai istri pertamanya, Jerry lega.
Jerry akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Rama, kini obsesinya pada Abhel sudah pudar semenjak tahu kalau wanita itu hampir membuat putranya tidak bahagia.