Aku sampai, dengan menggunakan roda dua di sebuah bangunan tempatku mencari uang. meski hari sudah Sangat malam, nampaknya tempat ini masih dipenuhi banyak orang-orang yang datang sambil berpasang-pasangan.
ada juga yang datang sengaja sendirian karena jika ingin mempunyai pasangan, di tempat ini tersedia sesuai keinginan mereka.
Mau tua atau muda tidak ada alasan untuk kami semua menolak itu, yang penting cuannya memenuhi dompet mereka sehingga kami bisa menguras habis isi dompet tersebut.
Tempat itu tidak pernah sepi apalagi sampai tutup. Walaupun di hari weekend, tempat ini tetap buka malah semakin banyak lagi yang datang.
Aku turun lalu menghampiri bangunan yang penuh keramaian meski hari sebentar lagi sudah mau subuh.
Dentuman musik, serta sorak riang masih terdengar nyaring menghiasi malam ini.
"Anes? Ya ampun, kau akhirnya pulang juga. Bagaimana pelanggan mu yang barusan? Kau tidak mengecewakan dia, kan? Ah, Mamy lega kau pulang." Wanita ini, kelihatannya sedang kesusahan. Seperti sedang ada suatu masalah di dalam, yang tidak bisa dia selesai kan.
Wanita yang ku panggil Mamy itu berlari menghampiri ku, dengan sangat senang. Dia berusaha menarik tangan ku yang masih berdiri kebingungan di depan pintu masuk bangunan yang santer disebut klub malam.
"Mana pria yang membooking mu malam ini? Kenapa tidak mengantarmu menggunakan mobil? Dia pria bisa saja, ya? Atau mungkin, dia?" Mamy menunjuk pria yang telah mengantarkan ku dengan menggunakan motor.
"Bukan Mam, Dia supirnya. Tadinya dia mau mengantarku dengan mobilnya, tapi ada sesuatu yang tidak bisa dia tinggalkan. Dia meminta bapak ini mengantarku ke sini." Jawab ku meski sebenarnya aku sedikit berbohong, setidaknya aku bisa membuat mulutnya yang cerewet ini diam.
Sebenarnya Alexa mau mengantarku pulang, tapi aku masih mempunyai pemikiran yang normal. Mana Mungkin aku mau di antaranya pulang ke tempat beginian? Gila, itu sama saja aku membongkar keburukan ku. Jika seperti itu, dia akan tahu siapa sebenarnya aku.
Padahal aku ingin, ini tetap menjadi rahasia yang tidak mau dia sampai tahu. Aku tidak mau dia menjauhiku, meski aku sadar siapa diriku.
Menjadi wanita macam aku, tidak pantas untuk pria baik, berpendidikan, juga bermoral seperti dia. Melihat posisi keluarganya yang begitu terhormat, pasti akan mengotori nama baik mereka jika aku masuk di tengah keluarga besar ini.
Aku mengusap wajahku ketika harus membayangkan apa yang akan terjadi kalau aku sampai bersanding dengan nya. Dari melihat ibunya saja sudah segitu bencinya kepadaku, walau dia belum mengetahui keadaan aku yang sebenarnya.
Dia kesal padaku diriku sendiri, karena dia merasa aku tidak sopan ikut pria kerumah pada saat malam hari juga belum kenal sama sekali. Sehingga dia berpikiran kalau aku adalah wanita yang tidak baik.
Memang ya, perasaan ibu selalu benar apa lagi untuk kebaikan anaknya di masa depan. Terbukti dengan tidak membiarkan anaknya dekat dengan ku, sebab kecurigaan nya tentang ku yang berpikiran aku bukan wanita baik-baik.
Hah, aku sangat lelah ketika harus menghadapi semua nasibku yang sekarang ini. Semua orang tidak ada yang mau menerima ku, setidaknya hanya sebagai teman anaknya.
Padahal mereka belum tahu kenapa aku bisa sampai seperti ini? Aku juga tidak ingin ini semua terjadi, aku juga ingin mempunyai pekerjaan yang halal sepeti pekerjaan kantor, atau Seperti perawat.
Ya sudahlah, ini semua takdir ku. Aku harus menjalani ini semua, tak peduli mereka mengecap ku dengan ucapan yang begitu menyakitkan.
Aku buru-buru mendekati Mamy yang begitu terlihat capek, dengan wajah yang seakan sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Aku sering merasa kasihan kepada wanita paruh baya ini, melihat kondisi nya tidak sempurna seperti ku.
Berjalan hanya menggunakan kakinya yang sebelah kiri, karena yang sebelah kanan tak bisa lagi digunakan dengan sempurna akibat kecelakaan mobil dulu sewaktu dia masih kecil itu juga menurut cerita nya.
Tulang pahanya remuk akibat gencetan mobil yang sedang tertabrak mobil lainnya, membuat kakinya menjadi pincang juga berjalan tidak sempurna.
Akan tetapi jika aku teringat dengan kekejaman nya kepadaku, dan wanita lain membuat ku ingin sekali menyangga kaki yang sebelah nya lagi supaya dia tersungkur ke tanah.
Akan tetapi aku sadar bahwa dia juga telah menolongku dengan memberiku pekerjaan, meski ini bukan yang halal setidak nya aku bisa membiayai pengobatan papah yang biaya nya begitu besar.
Sedangkan aku sekolah lulusan SMP, mana mungkin ada yang mau mempekerjakan aku dengan gaji sebanyak itu. Menurutku ini sudah jadi pilihan walaupun ini bukan jalan terbaik.
Aku menatap nya dengan dalam, terdengar dia meminta aku untuk segera masuk.
Dengan suara mendesah dia seakan menginginkan sesuatu yang harus segera aku lakukan. entahlah, setiap kali aku datang ke tempat ini membuat ku tak bisa keluar lagi aku menjadi tidak punya banyak waktu untuk keluarga termasuk diriku sendiri.
"Ada apa ini Mam?" Tanyaku dengan bernada malas sekali menanggapi nya.
Tanganku masih saja dia tarik meski ku meminta melepaskan, dia tetap saja memegang tanganku sambil mengarahkan ku ke suatu tempat.
"Mamy mau kamu melakukan sesuatu kepada dia!" Mamy menunjukkan aku seorang wanita yang sedang terduduk di kasur sambil ketakutan.
"Siapa dia, Mam?" Tanya ku sembari menghampiri wanita itu dengan penasaran.
"Biasa, dia anak baru di sini. Dia gadis yang kemarin dijual Fredy kepada Mamy. kata nya dia masih gres, Makanya dia mematok harga yang sangat mahal untuk gadis ini." Ujar Mamy menjelaskan tentang gadis yang kini berada di samping ku.
"Lalu kenapa dia menangis Mam? Apa kau memukulnya?" Seru ku agak kesal.
"Tidak. Mamy tidak memukulnya. Mamy mendapati dia sudah menangis kejer, sambil teriak-teriak tak jelas di kamar. Sudah Mamy bujuk dia untuk berhenti, malah semakin parah lagi nangis nya. Mamy sudah cape mengatasi anak ini." Mamy terlihat sedikit bosan ketika melihat wajah wanita ini dengan lama.
Mungkin karena dia sudah kewalahan mengatasi nya, untuk membujuk nya supaya tidak membuat kekhawatiran orang yang datang.
"Apa hubungan nya dengan ku, Mam? Mamy sampai menunggu ku." Aku kurang paham tentang apa yang diinginkan wanita ini dari ku. Sehingga dia rela menungguku pulang.
"Begini, kau buat dia berhenti menangis! Mamy sudah pusing mendengar nya. Kalau sudah berhenti, bujuk dia supaya mau melayani pelanggan di luar! Dia sudah membayar sangat mahal untuk anak ini." Tutur wanita yang kejam ini kepada ku.
"Apa? Aku harus membujuk nya, bagaimana caranya?kau juga tahu aku seperti apa? Aku kan tak tega an melihat orang menderita kaya gini. Aku sudah merasakan saat berada di posisi dia." Tukas ku, terbangun dari kasur yang kami berdua duduki.
Aku bingung harus melakukan apa, sedangkan aku tidak rela jika dia berada di sini sampai dia bernasib seperti ku. gara-gara ini, aku tidak bisa menghapus keburukan ku dalam keluarga besar, juga dalam pandangan pria yang aku sukai.