Chereads / Mawar Penghias Malam / Chapter 6 - Malam yang menyakitkan

Chapter 6 - Malam yang menyakitkan

"siapa wanita di luar itu? Kenapa kau membawanya ke rumah? ya ampun, Alexa! Memang kau mengenalnya?" Wanita tersebut mengeluarkan semua kekecewaan terhadap anak nya dengan begitu greget.

Dia kesal karena Alexa sudah membawa sembarang orang ikut ke rumahnya. apa lagi aku, yang adalah seorang perempuan.

"Mamah, tenang saja! aku memang baru mengenalnya, tapi percayalah dia wanita baik-baik kok." Alexa mengeluarkan pembelaan kepadaku walaupun dia sendiri tidak tahu siapa aku.

"Tidak. Mamah tidak mau ada dia di rumah ini! Kau pikir dong! mana mungkin wanita baik-baik mau diajak pulang ke rumah? Bahkan belum mengenal satu sama lain, buat mamah itu tidak masuk akal. Pokoknya kamu harus bawa dia pergi, sebelum orang lain melihat nya! Nanti mereka akan menyangka jika rumah ini menampung wanita tidak jelas, dia bukan siapa-siapa kita juga bukan mahram mu. Mamah tidak mau itu sampai terjadi!" Pinta wanita itu tegas.

Sebenarnya memang benar apa yang dikatakan wanita itu. tidak seharusnya aku tinggal di rumah ini walaupun hanya sebentar, kami bukan muhrim tidak ada ikatan pernikahan atau persaudaraan. 

Aku nya saja yang kecentilan, mau diajak pria yang baru aku kenal. mungkin karena ini kebiasaan ku, membuat  aku tidak berpikir kalau ini tidak benar. 

Aku memang tidak pantas di rumah ini, hanya saja caranya wanita itu yang salah. Dia menginginkan kepergian ku dengan cara yang sama sekali  tidak nyaman untukku, seharusnya wanita itu meminta ku pergi dengan cara yang lebih baik. Mungkin aku akan terima tanpa melukai perasaan ku.

Aku berpikir, itu juga yang diinginkan  oleh Alexa. mungkin jika mamah nya tak suka dengan ku, pinta lah dengan berakhlak bukan dengan yang tidak sopan.

"Tapi mah, ini sudah malam kasihan dia kalau harus pulang. Biarkan malam ini dia bermalam di sini! Aku janji, besok aku akan mengantar nya pulang." Alexa tak hentinya meminta supaya ibunya mau membiarkan aku bermalam di rumah ini.

"Tidak ada kata 'tapi' mamah tidak mau tahu, wanita jala*ng itu harus enyah dari sini!" Teriaknya dengan nada menghina keluar tanpa memperdulikan perasaan ku.

Dia tak peduli jika aku mendengar ucapan nya itu, dia membuat suaranya semakin keras mungkin sengaja untuk membuat aku sadar diri.

"Mah?"

"Bawa dia pergi, atau mamah tidak akan memaafkan mu?" Wanita itu bertutur tanpa mau  memberikan kesempatan, untuk Alexa berbicara dan menjelaskan semua yang terjadi.

Dia pergi dari hadapan Alexa dan tak menghiraukan perkataan anaknya, sebab dia sudah memutuskan untuk tidak menerima ku.

Aku mencoba untuk bersabar, meski perasaan ku sangat sakit. Sebenarnya baru kali pertama aku merasakan hal ini, entah kenapa semua ini bisa aku rasakan. Padahal dari dulu semua hinaan, cercaan, juga kemarahan para wanita tidak pernah sedikitpun aku respon.

Hanya masa bodo saja mereka mau berkata apa tentangku. yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya aku bisa menarik uang dari saku, atau ATM pria itu.

Tak peduli tua, muda, bahkan bocah ingusan pun asal bawa uang banyak aku ladenin. Sudah pasti akan ada banyak orang yang tidak menyukai ku, entah itu para orang tua bahkan istri dan anak-anaknya. 

Sudah jadi makanan untukku, perkataan wanita 'jal*ng' itu aku anggap angin lalu saja. Akan tetapi untuk kali ini, ada perasaan yang berbeda ketika wanita paruh baya itu bicara kalau 'aku buka wanita baik-baik' aku juga tak pantas ada di rumah itu meski hanya untuk malam ini.

Air mataku tak terasa jatuh membasahi pipi, dengan begitu menusuk jantung ku kata demi kata yang terucap kini terngiang di telingaku. Ku usap air mata ku, dengan perlahan namun air mataku tetap tak mau hentinya mengalir.

Aku menjadi cengeng hari ini, dadaku sangat sesak seakan sulit untuk aku mengatur nafas hingga aku pukuli dadaku agar bisa menghembuskan nafasku tanpa ada yang mengganjal.

"Kenapa dengan mataku, rasanya perih sekali? Aku jadi tak bisa menahan air mata ku." Desah ku sedih sekali.

Kupandang wanita yang berdiri di hadapan Alexa,  dengan netra yang berkaca-kaca. Kulihat raut wajah nya yang begitu dipenuhi aura kebencian. 

Wanita itu seakan enggan rumahnya di injak kakiku, yang pastinya akan mengotori rumah mewah nya. Aku heran sekali dengan sikap nya, yang dari awal melihat wajahku memang sudah ada kebencian terpendam di hatinya.

padahal kami baru kali ini bertemu saling bertatap muka, dia pun  belum mengetahui tentang kehidupan kelam ku. tapi mengapa dia sudah segitunya benci akan kehadiran ku?

Tapi sudahlah, mungkin ini resiko buat wanita kotor seperti ku. berlapang dada itulah kunci untuk aku bisa melanjutkan hidupku sebagai tulang punggung keluarga.

Aku duduk di sebuah bangku yang menghadap ke kolam renang, dengan disuguhi pemandangan air yang kehijau-hijauan membuat pikiran ku teralihkan sementara waktu. 

Kepala, ku sandarkan ke bangku itu sambil menikmati sejuknya malam walau kini sudah semakin dingin saja. 

"Kenapa mereka bicaranya lama? Apa aku tidak akan diizinkan masuk ke rumah ini?" Batinku bicara dengan harapan semoga saja aku bisa masuk ke dalam rumah ini.

Ku lihat sekeliling halaman ini, dengan mata yang sedikit rabun karena terhalang oleh air mata yang tak penting ini jatuh. Aku teringat akan seseorang yang saat ini kesehatan memburuk, aku sedang menunggu kabar dari adikku yang sudah beberapa hari ini dia tidak menghubungi ku.

Aku sangat khawatir dengan keadaan papah ku, karena kata dokter umurnya sudah tak akan lama lagi akibat  penyakit stroke yang tengah menyerang nya.

Ku periksa gawai punya ku, tak ada satu pesan pun dari adikku Ara. masih penasaran hingga ku ulang kembali, terus dan terus namun tetap saja sama.

Ara masih  belum menghubungi ku, padahal aku selalu memintanya untuk memberikan kabar tentang keadaan mereka termasuk tentang papah.

Bahkan aku selalu memintanya menghubungi ku sehari tiga kali, supaya aku bisa mengecek kondisi papah dengan baik. Melihat kondisi nya yang saat ini semakin memburuk, membuat ku begitu khawatir takut papaku drop di saat aku tidak ada.

Aku mencoba mengirim pesan singkat terlebih dulu, memang terkirim tapi hanya centang satu itu artinya dia sedang tidak aktif. 

Tidak apa, aku akan mencoba nya lagi siapa tahu kali ini berhasil batin ku bicara. Ku coba tatap layar hp, dan ku cari apl si hijau lalu ku ketikan pesan untuk Areska Arabella seorang wanita muda yang selalu ku panggil dengan nama Ara

"Dek, kamu kemana saja? Kakak ingin tahu keadaan papah! apa dia sudah membaik? Bagaimana dengan uang untuk berobat, apa kakak harus mengirimkannya? Katakan jika ada sesuatu yang terjadi! Supaya kakak gegas pulang." Isi pesan ku yang dikirim kepada Ara hanya  tentang kekhawatiran ku.

Ku tunggu pesan itu terkirim, berharap semoga saja Ara membuka nya. Aku gigit jemari tangan karena perasaan tegang menghampiri ku, sambil menunggu pesan itu dibaca juga di balas Areska.

Sudah hampir 15 menit aku menunggu Areska menjawab pesan ku, namun belum ada jawaban pula darinya. Jangankan untuk membalas, dibaca pun tidak Areska lakukan.

Kemana perginya anak itu, sehingga dia tidak mau menerima pesan  dari ku lagi? Semakin ku menunggu jawaban, semakin aku khawatir tentang mereka aku putuskan untuk mencoba menghubungi melalui pesan suara mungkin  Areska mau menerima teleponku.

Aku mencari nomor Areska untuk segera menghubunginya, tak membutuhkan waktu lama aku bisa menemukan nya dengan mudah.

Ku tekan nomornya dengan perasaan khawatir, takut nomornya tidak aktif. Setelah ku coba, ternyata nomornya masih tersambung hingga aku merasa sedikit lega.