Keesokan paginya, Viana menguap sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Dia merasakan bahwa tubuhnya seakan remuk, serta terasa sakit dan nyeri di seluruh persendiannya.
Gadis cantik dengan muka bantal itu segera menggeliatkan tubuhnya untuk sedikit meredam rasa sakitnya.
Krek, krek.
"Aw, tubuhku sakit semua," keluh Viana seraya menggelengkan lehernya ke kanan dan ke kiri.
Dia merasakan sakit yang teramat sangat di pergelangan tangannya, tepatnya adalah bagian yang pernah disayatnya dulu. Segera dirabanya pergelangan tangannya yang masih terbalut perban tersebut.
"Aw, masih sakit. Hihi." Viana malah terkekeh.
Sambil mengucek kedua matanya, dia pun beranjak bangun dengan rambut yang dibiarkan terurai. Dengan melangkah perlahan, diarahkanlah kakinya menuju ke teras depan.
"Hoamm." Viana masih terus menguap sambil menutupi mulutnya.
Sesampainya di teras pos ronda, dia merasakan hawa segar yang berhembus, lalu dihirupnya pelan udara segar di pagi hari ini.