Keesokan paginya, di hari Minggu. Andine keluar kamar dengan penampilan seperti orang yang sudah siap pergi. Rambut sepunggungnya diikat, menampilkan wajah tirus yang terlihat cantik itu. Penampilannya begitu segar, dengan atasan blouse berwarna navy dan jeans panjang.
Ia melangkah menuju kamar Andra, sedangkan jarum jam di pergelangan tangan kirinya baru menunjuk angka tujuh pagi. Ya, Andine memang seniat itu berangkat pagi-pagi sekali di hari libur pula untuk ke rumah mama mertuanya.
Di depan kamar sang suami, Andine melihat pintunya terbuka. Gadis itu mengintip dari luar, dan tampaklah sosok Andra yang sedang merapikan tempat tidur.
Menyaksikan apa yang tampak di hadapannya, membuat gadis itu berpikir sejenak. 'Andai saja kamu menerima pernikahan ini, Mas, dan membiarkan aku tidur denganmu di sana. Maka, aku pastikan, akulah yang setiap pagi membersihkan dan merapikan ranjang itu. Bukan kamu.'