Hee Young duduk seorang diri di balkon kamar. Pandangannya menerawang, hampa, dan tidak fokus. Arahnya tertuju ke satu titik di halaman bawah, tempat segerumbul tanaman dengan sulur-sulur yang bergoyang lembut tertiup angin tertanam di atas air. Namun, bola matanya hanya berisi kekosongan.
"Chagiya."
Bahkan wanita itu tidak menoleh saat suaminya datang. Entah sudah berapa jam dia duduk di sana. Menyendiri dan merenung. Menolak kehadiran teman-temannya yang hanya segelintir.
Namun, kali ini Hee Young tak mungkin menolak kedatangan Haes-sal. Suaminya sudah memberi banyak waktu. Sekarang sudah saatnya bicara.
"Aku sudah harus pergi ke perbatasan lagi," kata Haes-sal.
Hee Young terdiam.
Mereka bahkan baru bertemu selama tiga hari. Rasanya durasi waktu tersebut tidak sebanding dengan penantian Hee Young selama empat bulan penuh.
Dan kini suaminya harus melangit lagi. Pergi untuk mencari keberadaan Nakai yang baunya saja tidak terendus di mana-mana.