Pria yang ditanya Rea berjengit ketakutan. Spontan dia menampik elusan wanita itu di bahunya.
"Jangan bercanda." Suara pria itu bergetar. "Siapa kau? Dari mana asalmu? Apa kau dikirim oleh kompetitor untuk menyabotase rancanganku?"
Rea menelengkan kepala. Satu sudut bibirnya tersenyum mencemooh. Posisi Rea yang berdiri membelakangi jendela membuat cahaya matahari menjadi latar belakang yang menawan. Rea sudah serupa dengan dewi matahari yang dipuja oleh suku-suku kuno.
"Aku tahu, kau tidak suka dengan pekerjaanmu saat ini." Rea mengambil selembar kertas desain. Dia mengayunkan helaian putih itu ke arah si pria.
"Kau yang merancang ini semua, tapi orang lain yang menikmati hasilnya."
Wajah si pria menucat. Suaranya tergagap-gagap.
"Ba—bagaimana kau bisa tahu?"
Rea terkikik geli. Betapa manusia sangat lemah. Saat mereka bermesraan semalam, pria di hadapannya ini sangat maskulin. Jauh dari kata tergagap-gagap seperti saat ini.