Chereads / 了兩個... / Chapter 17 - Mantra Sihir

Chapter 17 - Mantra Sihir

Sosok perempuan itu muncul kembali, dia dengan membawa pedangnya berlari mencoba untuk meloloskan diri dari kejaran seseorang. Dia yang sekarang berada diantara api yang membara, mencoba untuk melihat ke sekelilingnya untuk menemukan sebuah jalan.

Wajahnya sekarang benar-benar bisa terlihat begitu sempurna, dia yang berambut panjang berwarna coklat, dengan hidung mancung dan alis yang begitu sempurna melengkung diatas matanya yang indah. Wajahnya yang panik tidak bisa luput darinya.

Tiba-tiba dia sudah berada di atas sebuah batu dan terikat sebuah mantra, perempuan itu tidak bisa melarikan diri ke mana-mana. Ikatan mantra itu begitu kuat sehingga membuat dia hampir tidak bisa bergerak sama sekali, raut wajahnya yang mengerang kesakitan begitu jelas terlihat.

———

"Dash!!!"

Laki-laki berambut coklat, bermata biru muda yang begitu indah melebar saat dia bangun secara mendadak dari tidurnya. Keringat dingin bercucuran di seluruh tubuhnya. Dia mencoba untuk menyeka keningnya yang sekarang dibasahi oleh keringat tersebut.

Lalu perhatiannya teralihkan pada saat dia merasakan panas terbakar pada telapak tangannya. "Tanganku. Arghh seperti terbakar!"

Ucapnya dengan merintih, suara parau itu membuat laki-laki tua yang berada di sebelahnya langsung melihat ke arahnya.

"Pelan-pelan!" Ucap Cendric kepada Dash yang baru bangun dari tidur panjangnya.

Pada saat laki-laki muda itu terbangun, tiba-tiba dia memegangi kepalanya "Kepalaku! Rasanya seperti habis di tendang oleh kuda!" Ucapnya sambil menyandarkan punggungnya di batu besar yang berada di belakangnya.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya sambil melihat ke arah dimana Cendric yang sedang duduk disebelah kanannya.

Laki-laki tua itu melihatnya dengan tersenyum, lalu menepuk pundaknya "Penungang Naga Baru, butuh tahunan untuk mempelajari itu!"

"Apa itu?" Dash bertanya sembari menolehkan kepalanya lagi kearah laki-laki tua yang berada di sebelah kanannya.

"Sihir!" Jawab Cendric singkat, yang langsung membuat raut wajah laki-laki muda itu berubah seketika, dia tersenyum dengan lebar.

"Aku hanya bereaksi, bahkan aku sendiri tidak mengetahui bahasa tersebut!" Ucapnya sambil melihat kosong ke arah depan.

"Sihir berasal dari naga, dan mengalir dalam diri penunggangnya!" Jawab Cendric yang langsung membuat Dash Hale terdiam seperti langsung memikirkan sesuatu.

"Freya!" Ucapnya sambil bangkit berdiri dari duduknya dengan begitu panik dan khawatir.

"Dia baik-baik saja!" Sahut Cendric menimpali agar laki-laki muda yang berada di depannya itu bisa sedikit tenang.

"Namun, dia bisa merasakan ketakutan mu dalam dirinya. Ikatan kalian begitu sangat kuat!"

Dash langsung melihat kembali ke arah dimana Cendric, yang bangkit dari duduknya dan berjalan mendekatinya.

Mereka sekarang berada di sebuah tebing yang begitu tinggi, pepohonan yang berada di sekitar mereka sangat jarang dan berjarak jauh dari satu pohon ke pohon lainnya.

Dan pegunungan yang mereka pijaki sekarang memiliki bebatuan besar yang mendominasi dari tempat tersebut. Seolah bahwa batu-batu besar itu terpendam di sana sudah ribuan tahun lamanya.

"Itu tadi pengkhianat Valinor, kan?" Dash bertanya memastikan.

"Ya" Jawab Cendric singkat.

"Apakah aku berhasil membunuh mereka?"

"Ya" Jawab Cendric singkat yang membuat senyum lebar di wajah Dash.

"Namun, kematian bukan sesuatu hal untuk di banggakan atau di rayakan!" Cendric menambahkan.

Dan detik itu juga raut wajah Dash langsung berubah seketika.

"Ingat! Sihir harus menjadi pilihan terakhirmu! Dia punya aturan dan keterbatasan sendiri" Ucap Cendric dengan mimik yang terlihat serius.

"Karena kamu mengucapkan mantra, maka kamu harus belajar bahasa dari kaum tertua dari Valinor!"

"ignis impetum" Ucap Dash sambil tersenyum kepada Cendric, karena dia mengingat bahwa itu adalah kata terakhir yang dia ucapkan sebelum akhirnya dia pingsan.

"ignis impetum' artinya 'serangan api' untuk menciptakan sebuah ledakan dari 'serangan api' intinya ada pada sebuah kata-katanya, kenali terlebih dahulu katanya dan kendalikan lah. Sebelum kamu benar-benar bisa mengucapkan sebuah mantra, kamu harus punya kekuatan jasmani untuk melawan pengaruhnya!" Ucap Cendric mencoba untuk menjelaskan kepada Dash, sambil berjalan mendekatinya.

"Beberapa mantra bisa membuatmu lemah. Mantra lain, seperti pada waktu di jembatan, bisa membuatmu tak sadarkan diri! Dan mantra lain lagi jika kamu gunakan sebelum kamu siap, bisa saja mantra itu akan membunuhmu!" Ucap Cendric dengan nada yang serius kepada laki-laki muda yang sekarang berdiri di ambang tebing sambil melihat ke arahnya mencoba untuk memahami apa yang baru saja Cendric jelaskan padanya.

Dash menatap tajam ke arah Cendric berdiri, dengan harapan dia benar-benar yakin jikalau dia sudah siap untuk menerima pembelajaran ini.

"Aku bisa mengajarkan beberapa mantra kepadamu, tetapi kamu juga harus mempelajari sendiri batas kekuatanmu!" Ucap Cendric kepada Dash dengan berharap bahwa dia benar-benar mengerti dengan apa yang baru saja dia jelaskan kepadanya.

Dash menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju ke dataran agak luas, yang berada di sebelah kanannya.

"Apa mantra atau kata-kata untuk pohon?" Dash bertanya sambil memegang daun pohon besar yang berada di sebelah nya.

"Untuk Pohon adalah 'Arbor'!" Jawab Cendric mengucapkan nya dengan nada yang memiliki penekanan tertentu di bagian setiap kata

Dash tersenyum dengan lebar pada saat mendengar sebuah kata mantra dari Cendric.

Tak lama kemudian dia langsung berjalan dengan menuju ke sebuah ranting pepohonan yang berada di sebelah kirinya, "Dan untuk dahannya?" Dash bertanya kembali pada Cendric.

"Vimen' " Jawab Cendric

"Vimen' wow keren!"

Ucap Dash mengikuti apa yang di katakan oleh Cendric dengan raut wajah yang begitu ceria.

"Dan saat naga dan penunggangnya menyatu, dan mereka bisa melihat sebagai satu kesatuan!"

Ucap Cendric yang langsung membuat Dash melihat dengan serius ke arahnya.

"Dan itu adalah, 'dracones coniungere' "

"dracones coniungere" Dash mengucapkan kembali sebuah mantra yang baru saja di ucapkan oleh Cendric.

Namun cara pengucapan yang dia katakan kurang sedikit, di bagian penekanan tertentu di beberapa kata.

"Karena kita sudah menciptakan kehebohan, kita harus mencari cara lain untuk melewati perbukitan ini! Karena tidak mungkin jikalau kita terus berkuda, berdua!" Ucap Cendric sambil berjalan melihat sebuah bukit yang berada di depannya, dimana bukit tersebut begitu hijau dengan di tumbuhi pepohonan yang lebat, dan tentunya sinar matahari pun akan agak sulit untuk menerobos masuk melalui bayang-bayang pepohonan itu.

"Dan tentu saja, itu akan lebih mudah jika kamu terbang bersama dengan nagamu!" Ucap Cendric menambahkan, sambil melihat ke arah Dash.

Dan pada saat Cendric mengatakan kalimat terakhir, Tiba-tiba Freya datang dari sisi tebing dan mendarat di hadapan mereka berdua. Dengan tampilan yang berbeda, Freya datang dengan menggunakan pelana di punggungnya.

Dash yang melihat kedatangan dari naga—nya itu, dia langsung tersenyum sambil mendekat ke arahnya.

"Apakah ada yang mengatakan "Terbang"?" Freya bertanya kepada laki-laki muda yang sekarang berjalan menuju ke arahnya, dengan senyuman lebar yang tidak pudar dari wajahnya.

"Apakah kamu siap untuk mencobanya kembali, Penunggang Naga!?" Freya bertanya sambil berjalan mengitari Dash Hale yang berada di depannya.

"Terakhir kali aku mencobanya, namun rasanya aku kurang mahir melakukan nya!" Jawab Dash menggunakan telepati.

"Kita berdua yang sebenarnya belum mahir!" Ucap Freya sambil merebahkan tubuhnya di depan Dash.

Dan tanpa pikir panjang lagi, Dash langsung menaiki punggung Freya yang sudah di pasang sebuah pelana, agar Dash bisa lebih nyaman saat menungganginya.

"Kamu bisa berterima kasih kepada Cendric, untuk Pelana-nya!" Ucap Freya sambil menoleh ke arah Dash yang sekarang berada di punggungnya.