Sophia terus merenungkan tentang mimpinya. Dia merasa seakan ada beban berat yang tengah ditanggungnya. Dia bingung dan tidak tahu harus mengadu kemana. Semua ini merupakan sesuatu yang istimewa tentang dirinya seorang.
"Jika memang mimpi itu sebuah pertanda, kenapa aku merasa tidak menyukainya? Banyak darah werewolf yang bakal tertumpah dan aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Namun apa yang bisa kulakukan? Siapa yang bisa membantuku sekarang?" batin Sophia cemas.
Gadis itu mengusap keringat yang membasahi wajahnya dengan seheai sapu tangan berwarna biru muda yang merupakan pemberiaan sang ibunda padanya. Sejenak, dia membayangkan adanya sang ibu menemaninya di dalam kastil.
Kerinduan menyeruak ke dalam hati Sophia seakan meminta untuk segera disalurkan. Dia begitu merindukan sang ibu dan kakek yang sudah berbulan-bulan tidak ada kabar berita. Ya, selama berada di kastil dan dalam masa pelarian, Sophia tidak pernah berkirim kabar pada mereka.