Baru saja wali kelas Ami ingin mengucapkan sesuatu untuk memberi beberapa arahan untuk para siswa di dalam kelas yang merupakan tanggung jawabnya tersebut, seorang pria tinggi dengan rambut acak acakan dan rompi sekolah yang ia sampirkan secara acuh di pundak kanannya mendadak membuka pintu kelas dengan kasar.
Pria tinggi dengan dua buah tahi lalat cerah di sudut kantung mata kanannya tersebut menundukkan kepalanya hormat ke arah wali kelas sebelum menatap dengan mata memicing pada meja yang berada paling sudut ruangan. Dia terdiam sejenak untuk memperhitungkan sesuatu kemudian dengan tiba tiba melemparkan tasnya yang mendarat dengan sempurna di leher salah satu siswa laki laki yang sejak tadi memandangnya geram. Ada senyuman puas penuh harga diri yang mendadak muncul ketika pria tampan dengan rambut acak acakan itu menarik kedua sudut bibirnya dengan bangga ketika melihat hasil dari perhitungannya yang tidak meleset sama sekali
Wali kelas hanya menegur pelan namun tidak menunjukkan tanda tanda ingin melerai, "Haru!"
Siswa laki laki yang lehernya masih dilingkari dengan lilitan tali tas milik teman kelasnya tersebut, mendadak bangkit berdiri dan menggebrak meja di depannya dengan keras dengan kedua telapak tangannya, dia kemudian menggeram dengan wajah memerah penuh amarah ke arah siswa laki laki dengan dua tahi lalat tersebut yang kini menatapnya dengan senyum meremehkan. "Hei, Berengsek. Apa pukulanku yang kemarin masih belum cukup, huh?" teriak murid laki laki tersebut, Tanaka Ryunosuke. Dia kemudian melepas dengan paksa tas yang ada di lehernya lalu melemparkannya keluar jendela. Ia melalukan itu dengan penuh tenaga dan benar benar tidak menghiraukan umpatan kasar dari pemuda pemilik dua buah tahi lalat berambut acak acakan yang masih berdiri di ambang pintu kelas.
"Baka! Kau membuatku harus bolak balik dari lantai tiga ke lantai dasar. Kau mau mati, huh? Tunggu saja, Aku akan menghabisimu setelah ini," ucap pemuda berambut acak-acakan tersebut.
Wali kelas kembali angkat bicara namun masih terlihat tidak peduli dan tidak menunjukkan adanya tanda tanda ingin melerai keributan di dalam kelasnya tersebut, "Haru, kembali ke kelas sebelum guru mata pelajaran masuk mengajar." Tatapannya tajam ke arah dua siswanya yang masih terlihat berusaha saling menghabisi dengan tatapan tajam mereka masing masing.
Haru tersenyum lebar dan mengacungkan ibu jarinya ke arah wali kelas yang masih berdiri di meja guru. Selanjutnya, Haru kemudian berlari dan melompat turun melalui jendela setelah sempat mengedipkan sebelah matanya pada seorang siswi dengan tubuh mungil yang baru pertama kali dilihatnya hari ini.
Ami tersentak kaget dengan kening mengerut bingung.
(Baka : Bodoh)
"Baiklah. Tetap tenang di tempat kalian, jangan berkeliaran dan tunggu guru yang akan mengajar! Sekretaris kelas ingat untuk menyeret Haru ikut belajar hari ini, meski kau harus mengikat kedua tangan dan kakinya," ucap wali kelas Ami dengan ekspresi santai dan tampak tidak terganggu sama sekali dengan apa yang baru saja terjadi di depan matanya, seakan akan hal itu sudah menjadi kebiasaan dan hal yang lumrah terjadi. Setelah mendapat anggukan malas dari beberapa siswa yang sedikit mendengarnya, wali kelas tersebut melangkah pergi meninggalkan ruang kelas sambil menggerutu pelan pada dirinya sendiri, "Anak nakal itu benar benar. Ini hari pertamanya kembali masuk belajar setelah izin beberapa hari dan langsung mencari masalah dengan teman sekelasnya." Wali kelas tersebut kemudian menunduk untuk menekan jembatan hidungnya yang tinggi dengan harapan bisa mengurangi sakit kepalanya karena sepagi ini sudah dipertontonkan adegan tidak manusiawi siswa siswi dari kelas yang ia walikan tersebut.
Sementara itu, Ami yang bingung harus melakukan hal apa sekarang ini hanya bisa terus berdiri di depan kelas sembari menggaruk puncak hidungnya bingung.
"Hei! Murid baru kau harus duduk di sana. Di depan kursi milik Haru." Seorang siswi perempuan yang merasa cukup prihatin dengan Ami yang sejak tadi hanya berdiri di depan kelas menunjuk sebuah bangku kosong di sudut kelas di dekat jendela. Ada dua buah meja tak berpenghuni dengan susunan horizontal di dekat jendela yang sedang menjadi arah telunjuk siswi perempuan tersebut.
Setelah menganggukkan kepalanya sopan dan memberi senyum manis pada siswi tadi, Ami melangkah dengan anggun menuju bangku paling pojok. Gadis itu berdiri sejenak dan terlihat sedikit ragu karena merasa dirinya ingin duduk di kursi paling belakang, namun setelah menimbang beberapa hal dan malas berurusan dengan siswa laki laki yang terlihat seperti siswa bermasalah itu, Ami akhirnya membulatkan pikiranya dan segera meletakkan tas yang sejak tadi bergantung di punggungnya pada gantungan khusus tas yang ada di bagian pinggiran meja lalu mendudukkan dirinya dengan tenang di kursi miliknya dan bersenandung lirih sembari memperhatikan keadaan sekeliling ruangan kelasnya tersebut.
Gadis itu duduk diam memperhatikan keadaan kelasnya yang mulai terlihat kacau sampai dirinya merasakan adanya getaran di saku roknya. Ami kemudian dengan terburu buru memeriksa ponselnya hanya untuk mengeluarkan umpatan pelan dengan suara tertahan, "Dasar pria bodoh menyebalkan."
~From : Ryu Bodoh
Selamat belajar, gadis bodoh!~
Ami menggeram kesal sebelum mengetik kalimat balasan untuk pesan yang baru saja diterimanya. Kedua ibu jarinya bergerak dengan kasar menekan satu demi satu tombol di layar ponsel canggihnya seakan menjadikan benda mati itu sebagai tempat pelampiasan rasa kesalnya pada Ryu yang selalu bertingkah menyebalkan.
~To : Ryu Bodoh
Mati saja kau, orang yang lebih bodoh!~
Semua siswa yang sejak tadi sibuk dengan tatapan lurus sembari berbisik lirih ketika terus menerus memperhatikan postur tubuh Ami si siswi pindahan, mendadak terdiam dalam satu waktu bersamaan hingga ruang kelas kembali telrihat tenang, ketika Ami yang sejak tadi tampak sedang berkomat kamit membaca sesuatu di layar ponselnya mendadak membatu di tempatnya dengan wajah memerah.
Hampir semuanya secara bersamaan membulatkan kedua mata mereka dengan terkejut dengan was was menunggu apa yang akan terjadi sekarang ini, tak terkecuali Tanaka yang berdiri di dekat pintu dengan kedua lengan bersilangan di depan dadanya dan pandangan lurus ke arah semua tatapan rekan kelasnya tertuju.
Dengan napas memburu mencoba menahan emosinya, Ami menoleh ke arah jendela dan melirik sinis ke arah pemuda berambut acak acakan yang sedang berjongkok di bingkai jendela. "Kau sengaja, kan?" Ami dengan kasar melempar selempangan tas yang tadi melingkari lehernya. Dia kemudian bangkit berdiri dan menarik dengan kasar rambut acak acak pemuda yang saat ini sedang meringis kesakitan. "Ingat kata kataku ini, kurang ajar! Lain kali jika kau melakukan hal ini padaku … Aku akan menghajarmu." Ami kemudian melepaskan tangannya secara kasar lalu menepuk kedua telapak tangannya sebelum berbalik untuk kembali duduk di kursi miliknya dengan tenang.
"Aku harap kau akan menghajarku di ruangan gelap dimana hanya ada kau dan aku di dalamnya," ucap pemuda tampan berambut acak acakan itu dengan vulgar, berhasil membuat Ami seketika melotot ke arahnya dengan wajah memerah padam.
Gadis yang tadi menunjukkan kursi untuk Ami mendadak bangkit dan berteriak nyaring. "Haru … dasar hentai!"
(Hentai : Mesum)