Ruang kelas tersebut tampaknya sangat tenang ketika guru perempuan di depan kelas menjelaskan tentang pembagian jenis jenis golongan darah pada manusia. Seperti ketika golongan darah ayahmu adalah A dan golongan darah ibumu adalah O, masih ada kemungkinan golongan darahmu bisa berubah menjadi AB atau hanya B, jadi jangan sedih jika golongan darahmu berbeda dari orang tua dan saudaramu.
Semua siswa serius memperhatikan guru, sementara Haru terlihat bosan di kursinya dan hanya fokus untuk melihat rambut Ami yang duduk di depan mejanya. Haru sudah melakukan hal itu hampir setengah jam, tapi tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang memperhatikan dirinya sendiri sejak beberapa menit yang lalu, jadi dia menoleh ke kanan dan segera bertatapan langsung dengan Tanaka yang juga sedang melotot penuh niat untuk saling bertukar pukulan ke arahnya.
Ketika Haru akhirnya menyadari dirinya yang sejak tadi memang sudah memperhatikan pria itu sejak tadi, Tanaka mengangkat alisnya dan menunjuk jari tengahnya untuk membuat Haru marah, tapi tanggapan Haru benar benar menyebalkan, pria itu hanya menyeringai mengejek kemudian kembali mengabaikan Tanaka lagi.
"Hei! Apa yang sedang kau lihat?" Noya, yang duduk di samping kursi Tanaka memutar kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke arah mana tatapan Tanaka sedang tertuju.
Tanaka menggerakkan kepalanya untuk menunjuk ke posisi Haru. "Bajingan itu benar-benar membuatmu ingin memberinya pukulan. Kali ini ia bahkan mengabaikan aku dan hanya terus menerus memandangi gadis baru itu," katanya dengan suara rendah.
Setelah mendengar apa yang dikatakan Tanaka padanya baru saja, Noya membuat senyuman aneh di bibirnya kemudian berkata, "Bagaimana kalau kita ganggu saja gadis itu? Itu mungkin bisa membuat Haru marah dan akan memancing perkelahian lebih dulu agar nanti dia bisa di-skors lagi. Kita bisa meminta para gadis untuk membantu untuk mengganggu siswi pindahan itu.
Tanaka tersenyum lebar mendengar apa yang baru saja dikatakan Noya. Ia kemudian dengan pelan menganggukkan kepalanya lantas berucap, "Itu ide yang benar benar sangat bagus."
Sementara Tanaka dan Noya tampaknya masih sibuk dengan percakapan mereka, bel di atas pintu kelas tiba-tiba terdengar berbunyi dengan keras sebagai tanda untuk kegiatan belajar harus dihentikan, sehingga siswa yang memang sudah belajar sejak tadi pagi hingga sekarang segera bersorak dengan riang karena akhirnya bisa beristirahat untuk makan siang sebelum kembali mengguncangkan semua isi otak mereka pada jam pelajaran berikutnya.
"Kerjakan tugas kalian semua dengan sungguh sungguh dan ingat untuk segera mengumpulkannya beskk pagi. Mengerti?!" teriak guru perempuan yang berdiri di depan kelas. Dia mengumpulkan materi mengajarnya di atas meja dan setelah itu guru perempuan itu melangkah keluar dari kelas 3-2. Dia tidak terlihat peduli dan benar-benar menutup mata meski pun telinganya dengan jelas bisa menangkat kalimat kalimat berisi keluhan dari para siswa yang baru saja ia ajar di dalam kelas tersebut.
Ketika guru perempuan tadi sudah tidak dapat terlihat lagi, para siswa di dalam kelas tersebut menjadi semakin berisik dengan berbagai kegiatan. Banyak siswa bergegas keluar dari kelas dan pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong, beberapa siswa pergi ke kamar mandi, dan beberapa siswa hanya duduk diam di meja mereka untuk menyantap makan siang yang memang mereka siapkan dari rumah.
Di kursi paling pojok tampak Haru yang mengamati punggung Ami yang sejak tadi seperti orang yang tampak waspada dengan sekelilingnya. Dia mengulurkan tangan kanannya untuk melindungi rambut bagian depannya karena takut akan kembali ditarik dengan ganas oleh gadis baru tersebut, kemudian memberanikan diri untuk mencolek punggung Ami yang segara berbalik menghadapnya dengan sebelah alis terangkat.
"Nandayou?" Ami menoleh dengan senyum terpaksa. Ia sedang mencoba bersikap manis dengan Haru yang terus menatapnya pandangan menyelidik sejak tadi.
(Nandayou : Ada apa?)
Sembari menggigit bibir bawahnya gemas, Haru memajukan wajahnya dan berbisik tepan di depan wajah Ami yang menatapnya bingung, "Kau benar-benar bukan siswi SMP yang tersesat di sini, kan?" tanyanya. Ia merentangkan tangannya yang panjang untuk mengukur tubuh Ami yang mendesah kesal.
"Haru kun …. Ayo ke kantin!" teriakan seseorang dari ambang pintu membuat Ami dan Haru secara bersamaan menoleh dan mendapati pemandangan siswi yang sangat tinggi dan juga sangat cantik sedang melambaikan tangannya ke arah Haru.
Ami mendesah lirih. Kapan ia akan memiliki tubuh seperti itu? batinnya dengan iri sembari terus mengamati postur tubuh gadis itu dan tidak menyadari Haru yang memandangnya diam diam dengan senyum tertahan.
Haru kemudian beranjak berdiri dari posisi duduknya. Pria itu lalu menunduk dan menatap wajah Ami yang sedang mendongakkan kepala ke arahnya. "Kau tidak ikut?" tanyanya sembari memiringkan kepalanya ke satu sisi. Baru saja Ami ingin menjawab, Haru melanjutkan ucapannya dengan seringai mengejek, "Sebaiknya kau jangan ikut karena kau bisa saja terpental karena tertabrak orang yang sedang berebut makanan di kantin nanti."
Setelah menjulurkan lidahnya mengejek ke arah Ami, Haru melangkah dengan kedua telapak tangan yang dimasukkannya ke dalam saku celana. Dia terlihat mengulum seringainya ketika melihat dari pantulan kaca pintu yang menampilkan Ami yang menatapnya dengan kaki menghentak dan wajah yang sangat merah dari kursi gadis itu. Sembari bersenandung pelan, Haru merangkul pundak gadis yang memanggilnya tadi lalu melangkahkan kakinya menuju kantin dengan wajah tanpa ekspresi. Ia lalu memesan makanan dan menyantap pesanannya tanpa mengatakan apa pun lagi.
Setelah menenggak habis air minum di gelas miliknya sendiri, Haru mengusap puncak kepala gadis di depannya dengan lembut. "Makan yang banyak, ya. Aku tidak ingin Oji san memarahiku karena membiarkan sepupu kecilku ini kelaparan."
Aya, sepupu Haru yang sejak tadi memang sudah terlihat gelisah karena rasa penasarannya sejak tadi mendadak bertanya dengan raut wajah curiga, "Siapa gadis tadi?"
"Dia itu siswi baru di kelasku. Kalau tidak salah namanya Ami," sahut Haru dengan santai.
"Kau pasti sedang berbohong! Gadis tadi itu pacarmu, ya?" goda Aya, sembari mengulurkan jail telunjuknya ingin mencolek pipi Haru yang langsung menangkisnya. "Tadi itu pertama kalinya aku melihatmu berbicara sedekat itu dengan gadis selain aku di sekolah ini. Tetapi tenang saja, Aku cukup senang karena dia benar benar cantik dan kalian seumuran. Nanti akan ku beritahu pada Obaa san," lanjut Aya sebelum kembali sibuk pada nampan makanannya.
(Obaasan : Bibi)
Gadis itu kemudian fokus pada makanan miliknya dan tidak menyadari Haru yang sedang tersenyum miring di hadapannya. "Tubuh bisa menipu … namun, tidak dengan pikiran," gumam Haru penuh misteri dengan suara pelan, seakan sedang berbicara pada dirinya sendiri.