"Tahu apa kamu soal etika, Indira?"
Baik Bagas ataupun Indira, keduanya serempak menoleh padaku yang berjalan cepat menghampiri mereka, dengan menatap tajam wanita berambut panjang tersebut.
"Mbak Aina .... Ini, Mbak. Bagas tahu-tahu bentak-bentak dan dorong-dorong aku," adunya dengan raut wajah yang dibuat sedih.
"Siapa suruh ada di sini! Sana pergi! Untuk apa datang ke rumah ibuku?" hardik Bagas dengan wajah memerah.
"Ini juga rumah Mas Adi, kok. Aku tidak akan berani datang sendiri kalau tidak dapat izin darinya," balas Indira.
"Tidak tahu malu dia, Bu! Dia bilang mau pindah ke rumah ini bersama kita, Bu. Lihat itu tas dan kopernya!" adu Bagas seraya menunjuk koper dan tas di dekat sofa panjang. "Benar-benar seperti maling. Tahu-tahu dia sudah duduk di dalam rumah pas aku pulang kerja kelompok, Bu."
Aku menatap Indira dengan dahi mengernyit. "Bagimana kamu bisa masuk ke rumahku?"