Kulihat dari ekor mataku Ganis menghela nafas panjang persis seperti orang yang baru saja lolos setelah kedapatan sedang mencuri.
"Yasudah, aku juga masuk, ya, Mas. Mau masak sarapan," ucapnya tanpa menunggu jawaban dariku.
Aku yang masih memandanginya lantas menyeletuk asal.
"Dek, kotak dalam dastermu itu apa?"
Seketika itu juga langkah Ganis terhenti, dan terlihat seperti gemetaran.
"E ... E-eh. Kotak apa, Mas?"
Aku tersenyum licik, lalu mendekatinya yang masih membelakangiku.
"Bercanda, Dek. Ini loh yang kumaksud," ucapku sembari memegang paha mulus Ganis yang tersembunyi di balik daster lusuhnya.
Aku lantas berlari menuju kamar mandi untuk menghindari makian dari Ganis atas tindakan konyolku.
Aku sengaja tak menutup seluruh pintu kamar mandi agar bisa melihat gerak-gerik Ganis dengan jelas. Karena ke kamar mandipun hanyalah sebuah alasan untukku agar bisa memata-matai Ganis.