Jarum jam menunjukkan angka sembilan, Manda memasuki rumah dengan langkah lunglai karena lelah. Baru satu kaki menjejak di anak tangga, ekor matanya menangkap siluet seseorang di halaman belakang, di mana pintu full kaca terbuka lebar.
"Ngapain dia?" gumam Manda melihat Rifaldi duduk seorang diri menghadap kolam.
Namun, semenjak Rifaldi mengungkapkan rasa sukanya siang tadi, Manda masih malu untuk menghampirinya. Masih ada ragu juga, siapa tahu pria itu hanya sekadar menyukainya sebagai adik, atau teman bicara, bukan menyukai dalam artian cinta.
Amanda pun terlalu cepat menyimpulkan ucapan Rifaldi sebagai cinta, padahal hanya menyukai saja. Sedangkan suka itu beragam maknanya.
Gadis berambut panjang sedikit ikal itu memilih lanjut menaiki tangga menuju kamarnya, tanpa Manda sadari, Rifaldi sempat melihatnya, karena merasa ada seseorang memperhatikan dari belakang.
"Amanda!" gumamnya, kemudian mendesah pelan, setelah tubuh ramping itu tidak lagi terlihat.
