"Loh ... memang kenyataannya seperti itu, kan, Dek. Kamu marah dan merajuk pulang kerumah Ibu. Karena Mas marah padamu. Karena kamu melalaikan tugasmu sebagai seorang istri! Menyiapkan makan dan kebutuhan suami itu adalah tugas istri, Dek!" kilah Mas Jaki cepat. Ibu dan paman terkejut.
Sungguh sangat pintar lelaki ini memutar balikkan omongan. Ingin sekali aku bertepuk tangan, atas kepiawaiannya berekting. Jika ia seorang aktor mungkin sudah banyak piala Oscar yang ia dapatkan.
"Jika mengurus rumah, menyiapkan makan suami dan kebutuhan suami adalah kewajibanku. Lalu apa kewajibanmu sebagai suami, Mas? Makan, tidur dan bermain game! Apa kamu memberikan nafkah yang layak padaku? Tidakkan!" sungutku.
Aku mulai terpancing emosi dengan apa yang Mas Jaki katakan. Selama ini aku selalu diam di depan keluargaku untuk menghindari keributan dan menjaga marwahnya sebagai suami. Tapi kali ini tidak lagi.