Aku terus melangkah, tak kupedulikan sepasang anak dan ibu itu yang terus berdebat. Saat selangkah lagi kaki ini melewati ambang pintu, tiba-tiba ...
"Satu langkah saja kau keluar pintu, tak akan aku kasih ampun padamu, Ranayaaaaa!" teriak kak Zidane dengan lantangnya. Tubuh ini berhenti bergerak, hingga mampu membuat kaki ini menggantung diudara. Tinggal satu jengkal saja, kaki ku sudah menapak di atas lantai dan melewati batas pintu.
Segera kutarik kembali kaki ku. Aku memutar tubuh. Pandanganku dan juga kak Zidane saling beradu. Lelaki itu terlihat menyeringai.
"Aku tahu, kamu tak akan benar-benar pergi dariku, Ranaya! Buktinya kamu datang untuk kembali lagi. Kemarilah !" percaya dirinya ia memerintahku sembari merentangkan kedua tangannya seperti hendak memelukku.
Aku diam membatu.
"Kenapa kamu berhenti?! Sana pergi dari rumahku!" sungut mami yang membuat senyum kak Zidane memudar.