Bab 120
Pove Ranaya.
Aku menahan butiran bening itu sekuat tenaga agar tak luruh dihadapan para manusia tak berhati itu. Aku tak mau mereka melihat kerapuhan ku. Aku tak mau mereka semakin gembira dengan melihat tangisku.
Memang disaat aku sedang bersitatap dengan mereka, aku mampu terlihat kuat, tegar dan tak gentar. Tapi entah kenapa, terkadang hati ini terasa sakit. Sakit yang teramat sangat. Apakah hormon kesendirianku berpengaruh?
Bergegas aku menuju kamarku. Kamar yang sebentar lagi tak akan kugunakan lagi.
Kubuka daun pintu.
Dengan segera, kututup pintu kamar yang sebentar lagi tak akan aku tinggali.
Kubersandar di daun pintu. Butiran bening mulai berdesakan untuk mencari jalan kaluarnya. Lambat laun pandanganku semakin mengabur seiring dengan cairan bening yang memenuhi kelopak mataku.
Luruh. Luruh sudah air mata yang sedari tadi kutahan.
Menangis. Ya, hanya itulah yang bisa ku lakukan saat ini. Hanya itu yang bisa membuat hati ini terasa sedikit lega.