Tangan Fabio melingkar sempurna di perut istri keduanya yang tengah berdiri terpaku di depan jendela itu. Lamuanan Amanda membuyar seketika.
"Sudah selesai packing bajumu untuk besok?" tanya Fabio.
"Aku tak yakin bisa ikut," jawab Amanda.
Fabio memutar bahu Amanda dan keduanya saling berhadapan kali ini. Mata Amanda terpejam. Dia hanya sedang tak ingin banyak melihat Fabio saja. Hatinya selalu lemah jika berhadapan dengan pria itu.
"Bukankah sudah sepakat kau akan ikut?" tanya Fabio.
"Apa bisa kau meninggalkan Yoona dalam keadaan sakit?" tanya Amanda.
"Ada banyak orang di sini, mereka bisa menjaganya," jelas Fabio.
"Apa bisa hatimu benar-benar mengatakan hal itu? Bukankah kau merasa sangat khawatir?" tanya Amanda lagi.
Fabio melonggarkan dekapannya. Di tak menyangka Ambada memikirkan hal itu.
"Aku hanya akan memikirkanmu saat aku bersamamu. Bukankah kau tahu benar hal itu?" kata Fabio.
"Entahlah," balas Amanda.
Batinnya terus saja bergejolak. Rasa cemburu dan takut ditinggalkan membuat Amanda menjadi berpikir banyak.
"Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu. Aku hanya merasa kau tak seperti tadi," kata Fabio.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit khawatir," kata Amanda.
"Khawatir? Tentang apa?" tanya Fabio.
"Aku memperingatkan kau untuk tak menaruh hati padaku, tapi aku merasa begitu sesak saat kau bersama istri pertamamu, aku merasa tak rela saat kau masuk kamarnya," jelas Amanda.
Fabio membelai wajah ayu gadis itu. Dia merasa cintanya terbalas.
"Ku pikir cintaku akan bertepuk sebelah tangan. Ternyata tidak. Kau merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan." Nada bicara Fabio terdengar begitu bahagia.
"Entahlah, aku hanya khawatir jika aku benar-benar mencintaimu," kata Amanda.
Fabio merengkuh istrinya dan mendekapnya penuh kehangatan.
"Jangan pikirkan apapun selain aku, kau akan baik-baik saja sekalipun kau sudah melahirkan satu anak untukku." Perkataan Fabio menjadi beban tersendiri bagi Amanda. Dia seperti diingatkan jika dia hanya seorang istri kontrak yang akan dibuang setelah kontrak habis.
Amanda meloloskan diri dari Fabio dan beranjak menuju ranjangnya. Dia tak ingin terlalu larut dalam perasaannya.
"Lakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Aku siap menerima. Aku tak akan membuat sepuluh juta dollar itu melayang sia-sia," kata Amanda.
Fabio menyusul dan duduk di tepi ranjang Amanda.
"Sepertinya kau terlalu mencintaiku. Terlihat sekali kau takut dan khawatir kutinggalkan," bisik Fabio.
"Jangan mengarang cerita. Aku hanya sedang lelah saja sehingga pikiranku kacau," dusta Amanda.
Fabio tersenyum. Satu sisi dia begitu bahagia Amanda mencintainya, di sisi lain Fabio justru merasa tak tega jika harus menghancurkan gadis itu.
"Aku akan kemas barangmu dan kau akan ikut aku esok," kata Fabio.
"Aku akan ikut jika Yoona mengijinkan aku ikut, terlalu berbahaya melawan keinginan istri pertamamu itu. Kau akan jadi bahan amukannya jika yang terjadi tak sesuai keinginannya," jelas Amanda.
Fabio mengangguk. Dia mengeluarkan satu koper kosong dan memasukan barang Amanda ke dalamnya. Sementara Amanda sudah terlelap dalam tidurnya. Fabio sedari tadi berbicara sendiri tanpa direspon ternyata istrinya sudah tidur.
Fabio menoleh dan berkata, " Aish, sudah tidur rupanya."
Fabio menyelesaikan packing dan segera berdiri menghampiri Amanda. Bulu mata lentik Amanda membuatnya terlihat begitu cantik. Tak hanya itu, kulit putihnya yang bagai susu itu membuat auranya semakin terpancar.
Putra tunggal keluarga Rezer itu menaikan selimut istrinya dan segera beranjak. Dia harus meminta izin pada Yoona agar Amanda bisa ikut dengannya esok hari.
Langkah kaki Fabio terdengar berat saat menaiki tangga. Sebenarnya dia merasa ragu, tapi apa mau dikata. Dia harus mendapatkan izin dari istri pertamanya itu untuk bisa membawa istri keduanya.
Fabio mengetuk pintu perlahan. Dan segera melangkah masuk. Yoona tengah berada di kursi meja riasnya. Sepertinya dia selesai mandi dan sedang merapikan rambutnya.
"Mengapa ke sini? Bukankah kau berjanji akan membuka segelnya malam ini?" kata Yoona ketus.
"Hm, Amanda sudah tidur. Sepertinya dia sengaja melakukan hal itu untuk menundanya. Dia masih ragu dengan hal itu. Mulutnya saja yang selalu terlihat menantang, tapi hatinya begitu takut," jelas Fabio.
Yoona melayangkan pandangan sinis melalui pantulan cermin. Dia tak terima Fabio menceritakan hal tentang Amanda secara detail. Hati Yoona juga terkoyak oleh cemburunya yang dalam.
"Kau ingin tidur denganku? Apa kau merasa perlu menyalurkan hasrat denganku setelah Amanda mengacuhkanmu?" goda Yoona yang dilanjutkan dengan duduk dipangkuan suaminya itu.
Lengannya melingkar sempurna di leher Fabio. Yoona merasa posisinya semakin terdesak oleh Amanda. Jika dia tak pintar memanfaatkan keadaan dia bisa kehilangan Fabio dengan mudah.
"Tapi aku datang bukan untuk itu." Perkataan Fabio menghentikan sentuhan yang Yoona lakukan.
"Aku ingin mengatakan jika Amanda akan ikut denganku dalam perjalanan bisnis besok. Aku berharap kau mengerti," jelas Fabio.
Yoona berdiri dari pangkuan suaminya. Dia segera menjauh dan menuju sisi kanan ranjangnya. Hatinya sungguh kecewa. Dia tak menyangka Fabio datang demi istri keduanya itu. Seakan tak ada pilihan lain lagi.
"Aku mengerti. Bawa dia dan bersenang-senanglah dengannya," jawab Yoona.
"Ini bukan semata-mata untuk bersenang-senang. Aku membawanya karena dia terlalu canggung serumah denganmu tanpa aku," jelas Fabio.
"Ah, baiklah. Belikan dia apartemen mewah saja. Agar dia lebih nyaman lagi," cecar Yoona.
Hati Fabio serasa disiram air panas. Dia merasa Yoona sudah bersikap tak pantas.
"Apa ini? Mengapa kau seperti ini?" tanya Fabio.
"Bukan apa-apa, sepertinya kau mulai berpikir untuk memilikinya," sahut Yoona.
"Kau ingat bukan, ini semua adalah rencanamu. Bukan salahku jika aku ..., ah sudahlah. Aku akan pergi besok pagi. Mungkin aku tak akan sempat berpamitan besok. Istirahat dan jaga tubuhmu," kata Fabio.
"Hm. Aku bukan anak kecil. Dan aku tahu apa yang harus aku lakukan," jelas Yoona sedikit ketus.
Dia menutup rapat luka hatinya. Dia memilih diam karena semua ini adalah bagian dari rencananya. Hanya saja dia merasa belum siap jika Amanda memiliki hati Fabio sepenuhnya.
Fabio hendak beranjak saat itu.
"Aku percaya padamu, kau tak akan benar-benar mencintanya bukan? Kau hanya milikku," kata Yoona mengingatkan.
Hati Fabio bergeter, sungguh hatinya kini benar-benar sudah terbagi. Bahkan bagian untuk Amanda jauh lebih besar dari pada untuk Yoona.
"Sudah malam, istirahatlah," kata Fabio.
"Kau hanya perlu menanam benihmu dan menunggu dia melahirkan setelah itu kita buang dia jauh-jauh dari kehidupan kita," jelas Yoona dengan semangat.
Fabio tersenyum dan kembali turun menuju kamar istri keduanya. Hatinya merintih sakit. Dia benar-benar tak menyangka akan terjebak perasaan seperti ini. Mencintai dua wanita sekaligus dan sama-sama takut untuk kehilangan dua-duanya.
"Aku tak ingin memilih satu diantara keduanya, aku tak bisa. Aku tak bisa melepas satu diantara mereka," lirih Fabio sembari menuruni tangga.
* * *