Setelah melewati perjalanan terberat di dalam hidupnya. Aaron Liu baru saja sampai di depan gedung pencakar langit di mana JL Fashion berada.
Pria itu langsung memasuki gedung menuju ke sebuah ruang meeting, di mana Nenek Jiang sedang rapat bersama dengan beberapa petinggi perusahaan. Dengan tidak sabar, Aaron Liu berdiri tak jauh dari pintu ruangan itu. Dia tampak sangat gelisah sekali begitu cemas.
Drama dirinya yang tak sengaja bangun kesiangan bisa saja menjadi petaka bagi pria itu. Pasti akan sangat memalukan saat berhadapan dengan seseorang yang sudah sangat mempercayai dirinya.
"Di mana Nyonya Jiang sekarang?" tanya Aaron Liu pada seorang perempuan yang bekerja di bagian resepsionis.
"Nyonya Jiang ada di ruang meeting di lantai tiga," jawab seorang perempuan yang bekerja di resepsionis.
Tanpa membuang waktu, Aaron Liu bergegas pergi menuju ke ruang meeting. Dia harus mengatakan penyesalannya karena telah terlambat bangun. Ditambah lagi, ia telah membuat sedikit kerusakan pada body depan dari mobilnya.
Cobaan seakan tak kunjung menghilang dari hidup Aaron Liu. Segalanya benar-benar terasa begitu sulit dan juga cukup berat untuknya. Takdir boleh saja membawanya dalam sebuah titik terendah di dalam kehidupan. Namun, sebisa mungkin ia tak ingin menyerah atas semua hal buruk yang menimpa dirinya.
Tak berani untuk menyusul Nenek Jiang masuk ke dalam ruang meeting, Aaron Liu memilih untuk menunggu di luar ruangan. Ia duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari sana. Baru beberapa menit duduk, pintu ruangan itu terbuka. Terlihat Nenek Jiang keluar diikuti oleh seorang perempuan di belakangnya.
"Nenek Jiang!" panggil Aaron Liu sembari melangkah maju mendekati wanita tua yang tampak terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba.
"Aaron! Kenapa tak istirahat saja di rumah?" sahut wanita tua pemilik perusahaan terbesar yang sedang berkembang pesat, JL Fashion.
Nenek Jiang beranjak pergi ke ruangannya diikuti oleh Aaron Liu dan juga perempuan yang tadi keluar bersamanya. Rasanya terlalu canggung dan juga tak nyaman bagi Aaron karena begitu ceroboh.
"Aku minta maaf, Nek. Gara-gara aku bangun kesiangan, Nenek harus berangkat sendirian ke kantor," sesal Aaron Liu pada seseorang yang sudah sangat baik mau membantunya.
"Aku tahu kamu sangat lelah. Tak perlu dibesar-besarkan, lagipula aku bisa berangkat dengan supir." Nenek Jiang sama sekali tak kesal ataupun marah pada Aaron Liu. Ia sangat tahu jika pria muda itu kelelahan setelah seharian melakukan banyak hal.
"Ada satu hal lagi, Nek. Tanpa sengaja aku menabrak mobil di depanku dan membuat mobilnya rusak. Jika aku sudah memiliki uang, pasti akan kuganti, Nek," jelas Aaron Liu dengan segala kecemasan yang bercampur dengan perasaan takut jika Nenek Jiang akan marah padanya.
Nenek Jiang justru tersenyum kecut mendengar hal itu. Ia tak mungkin setega itu pada Aaron Liu. Kalau cuma mobil saja yang rusak, bukan masalah besar. Hanya saja, pria mudah itu terlalu berlebihan dalam bersikap.
Namun ... ada banyak hal yang tak bisa dimengerti oleh Nenek Jiang. Dia masih tak mengerti, mengapa Aaron Liu bisa begitu terpuruk. Bahkan tak memiliki sebuah tempat untuk berteduh. Siapa sebenarnya pria muda itu? Pertanyaan itu terus saja menggema di telinganya.
"Tak masalah jika mobilnya rusak, yang terpenting kamu baik-baik saja. Sebaiknya kita pulang sekarang, bukankah furniture yang kita pesan akan diantar hari ini?" Nenek Jiang langsung bangkit dari tempat duduknya dan bersiap untuk meninggalkan perusahaan.
"Terima kasih sekali lagi atas kebaikan Nenek padaku." Aaron Liu masih terpaku atas sebuah perkataan yang sangat menyentuh hatinya. Tak percaya jika masih ada orang asing yang sangat baik padanya. "Aku akan mengantar Nenek pulang sekarang," lanjutnya.
Tanpa mengulur waktu, Aaron Liu dan juga Nenek Jiang langsung pergi dari sana. Mereka berdua tak ingin terlalu lama di perusahaan tanpa melakukan apapun. Segala pekerjaan dan juga operasional sudah dikelola oleh masing-masing divisi. Hal itu tentu saja cukup meringankan pekerjaan dari wanita tua pemilik perusahaan fashion terbesar itu.
Baru beberapa menit mobil melaju menuju ke kediaman Keluarga Jiang, tiba-tiba saja hujan turun sangat deras. Aaron Liu pun berusaha untuk lebih berhati-hati membawa mobil itu. Akan sangat berbahaya jika sampai ceroboh sedikit saja.
"Berhati-hatilah, Anak muda!" celetuk Nenek Jiang pada sosok pria tampan yang dijadikan asisten sekaligus bodyguardnya.
"Baik, Nek," sahut Aaron Liu dengan sopan.
Mobil melaju semakin jauh menerobos hujan deras di sepanjang jalan itu. Dalam beberapa menit, mereka akhirnya sampai ke tempat tujuan.
Aaron langsung mengambil payung dan langsung keluar untuk membuka pintu mobil untuk Nenek Jiang. Dia tak ingin membuat majikannya itu basah kuyup karena hujan semakin deras disertai angin.
"Ada mobil di depan pintu utama, Nek. Kita tak bisa berhenti di sana, aku akan mengambil payung dulu," ucap Aaron Liu setelah mobil itu berhenti di bawah hujan deras.
Tak berapa lama, Aaron Liu kembali hanya dengan sebuah payung saja. Dia tak bisa menemukan payung lainnya.
"Apakah payung hanya satu? Kamu bisa sakit jika hujan-hujanan!" seru Nenek Jiang karena Aaron membiarkan dirinya kehujanan hanya untuk memayungi dirinya.
"Yang penting Nenek tidak kehujanan, aku akan baik-baik saja," jawab Aaron Liu tanpa menghentikan langkahnya di sebelah sang empunya mansion mewah itu.
Kalau saja tak ada mobil yang terparkir tepat di depan pintu utama, mereka tak perlu sampai basah kuyup karena kehujanan. Sayangnya, ada dua mobil yang terparkir di sana.
"Siapa yang sudah parkir di sini? Bukankah ini sangat menggangu?" keluh Nenek Jiang saat melihat dua mobil yang terlihat asing terparkir di depan pintu utama.