Nenek Jiang memperhatikan dua mobil yang tampak asing berada di depan pintu utama mansion miliknya. Wanita tua mengerutkan keningnya lalu berjalan menuju ke pintu utama.
"Masuk dan segera ganti bajumu dulu, Aaron! Besok pagi kita harus ke bandara," bujuk Nenek Jiang pada seorang pria yang sejak tadi masih berada di luar rumah. Wanita tua itu tak langsung masuk ke dalam, ia sedang berbincang dengan seseorang yang juga bekerja di mansion.
"Baiklah, Nek. Kalau begitu aku akan masuk duluan." Aaron Liu bergegas masuk ke dalam untuk segera berganti pakaian.
Di saat melewati ruang tamu, ia melihat ada beberapa orang yang berada di dalam sana. Aaron Liu sedikit terkejut dan juga bertanya-tanya di dalam hatinya. Dia sama sekali tak mengetahui tamu yang kebetulan berada di mansion Keluarga Jiang.
Seluruh pasang mata menatapnya dirinya dengan aneh. Mereka berpikir jika Aaron Liu sama sekali tak seperti anggota Keluarga Jiang. Hal itu membuat pria itu tak nyaman dan langsung bergegas menuju ke kamar. Namun ... belum juga sampai di depan kamar, seseorang mencoba untuk menghentikan langkahnya.
"Tunggu!" Sebuah suara perempuan terdengar menghentikan langkah Aaron Liu menuju ke kamarnya. Perempuan itu melemparkan tatapan tajam dan juga sangat penasaran dengan seorang pria yang baru saja melewati ruang tamu.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Tanpa berani memandang perempuan itu, Aaron Liu memalingkan wajah lalu berdiri tak jauh dari orang yang tadi memanggilnya.
"Bukankah kamu pria miskin yang tadi menabrak mobil yang membawa aku?" lontar perempuan itu dengan sedikit terkejut namun juga sangat penasaran. "Bagaimana kamu bisa berada di rumahku?" tanyanya lagi.
Aaron Liu sangat terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia menengadahkan kepalanya lalu memandang sosok perempuan cantik yang berdiri di hadapannya. Entah takdir apa yang harus dijalaninya, ia harus kembali bertemu dengan seorang perempuan sombong yang tadi pagi ditemuinya.
Rasanya tak percaya dengan sebuah pemandangan yang baru saja dilihatnya. Seperti sebuah mimpi buruk yang menjadi nyata dan sangat menakutkan baginya.
"Untuk apa seorang pria miskin sepertimu berada di rumahku? Atau jangan-jangan ... kamu adalah supir baru di sini." Perempuan itu benar-benar sangat meremehkan pria yang tadi tak bisa membayar biaya kerugian mobil yang ditabraknya. Takdir terlalu lucu, mempertemukan mereka di sebuah tempat yang tak terduga.
"Saya adalah .... " Aaron Liu terlalu bingung mengatakan posisinya di rumah itu. Ia sendiri tak yakin jika Nenek Jiang menjadikan seorang asisten pribadi.
Seluruh orang langsung terkekeh geli menertawakan Aaron Liu yang begitu gugup. Mereka berpikir jika dirinya terlalu memalukan berada di mansion Keluarga Jiang.
Kericuhan itu menarik perhatian Nenek Jiang. Wanita tua itu akhirnya masuk ke dalam dan memeriksa kondisi di rumahnya. Tanpa sengaja ia mendengar kata-kata tak pantas yang ditujukan oleh Aaron Liu. Ia pun langsung naik darah dan menghampiri perempuan cantik yang berdiri dengan begitu angkuh di depan Aaron Liu.
"Hentikan itu, Lily! Bagaimana mulutmu bisa begitu rendah dan tak sopan? Apakah Nenek pernah mengajari kamu menjadi perempuan tak beradab?" geram Nenek Jiang pada seorang perempuan cantik yang ternyata adalah cucunya sendiri. Rasanya sangat mengejutkan melihat kelakuan dari cucunya sendiri yang sangat tidak sopan.
"Ayolah, Nek. Pria ini hanyalah orang miskin yang meminta belas kasihan saja. Jangan sampai Nenek tertipu dengan tampangnya yang tampak baik!" peringat perempuan cantik itu pada neneknya sendiri.
"Jiang Lily! Berani-beraninya kamu menggurui nenek! Cepat minta maaf pada Aaron!" seru Nenek Jiang pada seorang perempuan cantik yang masih saja mengaggap remeh Aaron Liu.
Seketika itu juga, ekspresi Jiang Lily berubah drastis. Dia tak mungkin meminta maaf di hadapan beberapa teman-temannya itu. Akan sangat memalukan jika ia sampai melakukannya.
Perempuan itu tak ingin mempermalukan dirinya sendiri hanya gara-gara pria miskin yang tadi pagi menabrak mobilnya. Jiang Lily terlalu angkuh untuk meminta maaf pada seorang pria yang baginya sama sekali tak berarti.
"Aku tak akan pernah minta maaf, Nek! Pria ini yang tadi pagi menabrak mobil yang kusewa dan tak bisa membayar kerugian. Bukankah aku terlalu baik mau membayar kerugian itu?" ketus Jiang Lily sembari melirik pria tampan yang berdiri tak jauh darinya.
"Minta maaf sekarang juga!" tegas Nenek Jiang dengan suara meninggi.
"Tidak akan, Nek!" Jiang Lily berteriak sembari berlari menuju kamarnya. Ia sama sekali tak peduli jika neneknya akan marah ataupun murka atas sikapnya itu.
Jiang Lily merasa telah dipermalukan di hadapan semua teman-temannya. Dia telah kehilangan muka hanya karena seorang pria yang sama sekali tak ada hubungan dengan keluarganya.
Nenek Jiang memperhatikan beberapa teman dari cucunya. Mereka terlihat canggung dan juga sangat ketakutan berada di rumah itu. Tanpa membuang waktu, ia pun meminta mereka untuk segera pergi dari sana.
"Lebih baik kalian pulang saja. Lily tak mungkin kembali untuk menemui kalian," bujuk Nenek Jiang agar mereka segera meninggalkan mansion.
"Baik, Nek. Kami akan pulang sekarang, salam untuk Lily," pamit mereka sebelum meninggalkan mansion itu.
Aaron Liu menatap Nenek Jiang dengan perasaan bersalah. Ia merasa jika hubungan mereka tak baik karena dirinya. Terlalu menyesakan dan sangat membebaninya hatinya.
"Maafkan aku, Nek. Gara-gara aku, hubungan Nenek dan cucu Anda menjadi buruk," sesal Aaron dengan segala rasa bersalah di dalam dirinya.
"Jangan memikirkan hal itu! Kamu sama sekali tak salah. Sepertinya aku harus memberikan pelajaran pada cucuku itu." Nenek Jiang langsung bergegas pergi menuju ke kamar cucunya.
Wanita tua itu merasa harus memberikan sedikit pelajaran atas sikap tak sopan dari Jiang Lily pada Aaron Liu.