"Setelah mengatakan jika kami tidak akan menerima permintaanmu, keadaanmu mulai menjadi gila. Kau bahkan berusaha membunuh Erina dengan kepalan tanganmu sendiri," jelas Revan sedetail mungkin, berusaha agar dapat mudah dimengerti oleh Aarav yang baru saja sadarkan diri.
Mendengar hal tersebut, Aarav hanya menyentuh pelipis tanda pusing. Sekarang, dia sudah tidak peduli atas segala keputusan yang diambil oleh Erina dan Revan. Bahkan sebelum mengetahui alasan kenapa Erina menolak permintaan tersebut secara terang-terangan.
"Jika memang semua itu yang sudah terjadi, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Terserah apa yang akan kalian lakukan, aku sudah tidak peduli lagi," ucap Aarav menghela napas panjang, merasakan tekanan berat di atas bahu.
Revan dan Erina saling pandang, tersenyum tipis menanggapi apa yang baru saja dikatakan Aarav. Setelah sekian lama, akhirnya dia dapat diluluhkan oleh sesuatu juga. Dengan begini, mereka bertiga akan tetap bersama hingga mencapai tujuan utama.
