Chereads / Ratna Dewi Lestari / Chapter 4 - Nasib Tragis Kia

Chapter 4 - Nasib Tragis Kia

Bismillah

"Werewolf Girl In Love"

#part_4

#by: R.D.Lestari

#horor romantis.

Hingga gadis itu terkapar tak berdaya dengan luka dan darah yang mengucur di sela selangkangannya.

Kia pasrah, tenaga lima orang lelaki kekar tak mampu ia lawan. Gadis itu terbaring tak berdaya dalam kondisi yang mengenaskan.

"Ha-ha-ha, tinggalin aja dia di sini! biar di makan binatang buas," Joe dengan teganya menendang kaki Kia.

"Aw, sakit Joe," lirih suara Kia yang menahan sakit di kaki dan seluruh tubuhnya.

"Ayo, kita pergi sekarang, sebelum perbuatan kita di ketahui orang!"

Joe dan teman-temannya berbalik dan melangkah tergesa meninggalkan Kia yang masih terkapar tak berdaya. Ia menutup matanya menahan rasa sakit yang teramat sangat. Jemarinya bergerak pelan menyentuh pahanya yang basah karena darah.

Gadis itu menangis tersedu, ia merasa dunianya hancur setelah di rudal paksa lima orang lelaki berhati Iblis. Lirih terdengar suara mereka tertawa dan bercanda setelah merasa puas menyalurkan nafsu bejat .

"Grrrrrrrrrr!"

Srek! Srek! Srek!

Krakkk!

Sayup telinga Kia mendengar suara geraman dan langkah kaki, suara ranting pohon terinjak membuat jantung Kia seolah berhenti berdetak. Ia ingin lari, tapi tubuh nya tak dapat ia gerakan.

Pupil Kia membesar saat netranya menangkap sosok hitam berbulu sedang menatap dirinya dengan air liur bercucuran. Jarak mereka hanya beberapa jengkal saja, dan mata berkilau yang menatapnya terlihat amat lapar. Makhluk itu mengeram menakutkan, memamerkan gigi-gigi taringnya.

Moncong makhluk itu mengendus aroma darah menyengat yang menguar dari daerah kewanitaannya.

Srekkk!

Kia waspada saat makhluk mengerikan itu mendekat. Sialnya, tubuh lemah itu tak mampu bergerak.

"Gerrrrrrr!"

Ia mengeram dengan langkah yang semakin mendekat, peluh dingin mengucur diiringi airmata yang tumpah, tubuh Kia gemetar hebat karena ketakutan.

"Tamatlah riwayatku!"

Srekkkk!

Clap!

"Tolong... tolong,"

Makhluk itu melompat dan menggigit kaki Kia. Gadis itu hanya bisa menahan sakit saat kaki kirinya tertancap taring tajam dan siap mengoyaknya. Kia meringis kesakitan. Ia hanya bisa pasrah.

"Tolong ...," rintihnya.

Drap-drap-drap!

Mata Kia berbinar ketika mendengar langkah kaki mendekat. Di saat genting ia masih berharap ada yang bisa menolong nya. Ia terlalu muda untuk mat*.

Buk! Bak! Buk!

Brukkkk!

Makhluk berbulu dengan tubuh besar itu ambruk saat tubuhnya di hantam kayu besar membabi buta. Darah mengucur deras dari moncongnya. Makhluk itu ambruk dan tak bergerak jatuh tepat di samping Kia.

"Kia !" teriak seseorang histeris. Ia segera membuka jaketnya dan menutupi tubuh Kia yang hanya memakai baju kaos yang sudah terkoyak.

Netra Kia menatap samar wajah lelaki di kegelapan. Ia tak mampu berucap. Membuka mata saja rasanya sudah susah. Perlahan pandangan nya buram dan Kia merasa dunianya gelap dan senyap.

***

Kretek! Kretek!

Kia membuka perlahan mata nya saat ia merasa sesuatu yang hangat menjalari tubuhnya.

Ia terperanjat melihat api unggun di hadapannya.

"Akhhh ," jeritnya saat ia berusaha menggerakkan tubuhnya.

Srek-srek-srek!

Lagi, Kia memasang telinganya dengan seksama. Suara langkah kaki yang di seret membuat jantung Kia berdegup kencang.

"Kia, kamu sudah sadar?"

"Kamu?" Kia menatap sosok lelaki yang amat ia hapal karena Kia memang menaruh kebencian padanya.

" Hadi, aku Hadi," lelaki itu menjawab pelan.

"Akhh ," Kia menjerit saat ia menggerakkan kakinya.

"Kamu jangan bergerak dulu. Lukamu baru saja aku balut dengan bajuku. Ini aku bawakan air, kebetulan di sekitar sini ada aliran sungai. Aku bakar dulu ya ikan ini," Hadi berbalik dan meletakkan ikan yang sudah ia tusuk diatas api yang menyala.

"Ini, bukan air matang?" Kia menatap botol mineral yang di berikan Hadi untuknya.

"Bukan, tapi tak akan membuatmu sakit perut karena air sungainya amat jernih," sahut Hadi tanpa mengalihkan pandangannya dari api dan ikan.

"Oh, oke,"

Glek-glek-glek!

Sambil meminum air, mata Kia tak henti memperhatikan gerak-gerik Hadi. Dalam lubuk hatinya, ia sebenarnya merasa kasihan. Lelaki berkacamata itu telah menyelamatkannya . Hingga pakaian yang di gunakan terkoyak demi untuk menolongnya. Selama ini ia berpikiran buruk tentang Hadi, tapi ternyata Hadilah yang telah menolongnya .

Malam semakin larut. Lolongan srigala terdengar bersahut-sahutan, angin sesekali berhembus kencang, dingin menusuk tulang. Di bawah sinar bulan yang berpendar indah,Kia dan Hadi mengunyah ikan panggang hasil tangkapan Hadi. Sesekali tubuh Hadi gemetar menahan dingin.

Kia merasa amat sedih. Ia ...