Rena masih tak paham bagaimana pikiran Adit saat ini. Pasalnya, ia tak memiliki kesalahan apapun. Lagipula, jika Rena mengingat kembali apa yang mesti dilakukannya, tentu akan membuat Rena tak peduli.
"Maksudmu bagaimana, Adit? Memangnya apa salahku padaku?"
Adit meringis emosi mendengarnya. Ia lalu membawa Rena ketempatnya. Ia masih tak mengerti dimana ada orang yang bisa membuatnya bahagia.
Adit, hanya Adit yang selama ini di sekolah memulai kebahagiannya. Tapi sekarang malah menjadi musuh dalam selimut.
"Aditz apa salahku?" tanya Rena terisak.
"Kamu, Rena. Kamu... bagaimana rasanya menjadi orang yang tak bisa membuat tersenyum ketika berteman dengan teman sendiri?"
Rena masih tak habis pikir. Apa yang membuatnya masih kebingungan. Banyak hal yang membuatnya tak mampu berpikir secara jernih.
"Memangnya apa yang terjadi padamu, Adit? Apa yang telah kulakukan?"
"Kamu seperti direbut oleh orang lain. Aku sakit hati melihat itu semua,"
