"Maksud kamu apa?Kenapa kamu bilang seperti itu?" tanya Ika kebingungan.
"CIH! Sialan kamu wanita jalang!" teriak keny.
Wanita itu langsung mendorong kasar BU RT dan menjambak rambut mamanya Rena dengan kuat. Suaranya semakin melengking mengeluarkan seluruh sumpah serapahnya.
Sontak Ika tidak memiliki peluang untuk menjauhkan dirinya dari Keny. Bahkan untuk melepaskan cengkraman kuat dari Keny saja tidak mampu. Keny sangat menjambak rambutnya dengan keras.
"Lepaskan!" panik Ika.
"Lepaskan, Bu! Apa-apaan ini!" timpal Bu RT tegas.
SSSTT!
Keny melepaskan cengkraman di rambutnya Ika dan mendorong mamanya Rena dengan kuat. Keny mengatur nafasnya yang sudah sangat berantakan. Matanya berkaca-kaca menatap Ika dengan tatapan nyalang. Sementara Ika tersungkur di lantai sambil memegangi dadanya sendiri. Baru kali ini ia mendapatkan perlakuan kasar. Ingin melawan tapi ia sendiri masih bingung atas kejadian yang ia alami.
"Cukup, Bu! Silahkan ikut saya. Kita bicarakan baik-baik. Semakin anda bertemu dan berhadapan dengan Bu Ika akan semakin memperpanjang masalah," bujuk Bu RT menarik tangan Keny pergi dari sana.
Untung saja ada tetangga lain yang ikut terlibat melerai pertengkaran mamanya Adit dan juga mamanya Rena. Satu orang wanita mencoba membantu mamanya Rena berdiri dan berusaha mengajaknya bersabar. Mamanya Rena masih juh lebih sabar terlihat dibanding mamanya Adit yang mengamuk bukan main.
"Kamu pelakor sialan! Kau sudah berselingkuh sama suamiku!" bentak Keny menepis tangan Bu RT.
"Maksud kamu apa? Saya tidak mengerti perkataanmu!"
"Shit! Kamu ini pernah tinggal satu kampung dengan suamiku waktu dinas di luar negeri, argh!" Keny semakin marah.
Hampir saja ia melemparkan tas brandednya mengenai wajah Ika. Tapi Bu RT dengan sekuat tenaga mencegatnya. Kehadiran Bu RT dan tetangga satunya menjadi penyelamat. Ika memilih masuk ke rumah dan tdak mengusik lagi segala perkataannya.
Keny masih ingin melanjutkan amarahnya, tetapi di dorong pelan oleh Bu RT untuk pergi dari rumah Ika.
"Sudah, Bu. Kalau ibu tidak bisa menyelesaikan kepala dingin, lebih baik anda pergi dari sini sebelum saya memanggil aparat keamanan!" tegasnya.
"Saya bisa pergi sendiri! Tidak usah mendorong!" ketus Keny.
BRUK!
Keny menutup pintu mobilnya dengan kasar. Ia masih meluap-luapkan amarahnya di dalam sana.
***
Rena baru saja sampai di rumahnya. Ia kedapatan melihat Bu RT yang masih berdiri di depan rumahnya. Baru saja sekitar satu menit mobil Keny berjalan pergi, Rena tiba di rumahnya. Mereka tidak saling bertemu.
Yang membuat Rena terheran saat ini adalah kehadiran bu RT di rumahnya. Sangat jarang sekali ibu kepala kampung itu mendatangi rumah. Kecuali ada hal penting.
"Eh, Bu RT," salam Rena sembari menyalim punggung tangannya.
"Ada apa, Bu? Ibu masuk saja ke rumah. Mama ada di dalam,"
"Bukan, Nak. Bu RT tidak berniat bertamu disini. Tadi bu RT baru saja melihat mamamu bertengkar dengan orang lain. Tolong jaga mamamu. Ibu mau permisi pulang,"
Rena menggaruk kepalanya kebingungan. Bu menolehkan kepala kepadanya saat berjalan.
"Kalau Ada apa-apa, kamu lansung kasih tau ibu. Nanti saya akan panggilkan aparat keamanan. Perempuan tadi galak sekali," titahnya kembali dan tersenyum kepada Rena.
Rena langsung menepuk jidatnya. Detik itu juga, Rena buru-buru masuk ke dalam rumah. Dilihat mamanya yang terduduk di sofa. Terdengar ada umpatan kekesalan yang keluar dari mulutnya mamanya.
"Perempuan itu kenapa sih? Aneh sekali dia! Sinting!"
"Ma?" ucap Rena dari belakang.
Ika menoleh dan langsung berdiri memeluk anaknya.
"Kamu lihat dia diluar, Nak? Dia masih ada disana?"
"Siapa, Ma? Mama ini sebenarnya kenapa? Diluar rumah tadi Rena hanya ketemu dengan Bu RT,"
"Tadi mamanya Adit datang. Dia marah-marah disini!"
"Astaga, dia masih marah dan mempersoalkan tentang pertemananku dengan Adit, Ma/ Aku sudah tidak menampakkan pertemananku dengan Adit, Ma. Kenapa dia marah-marah terus?"Ika terdiam. Tidak mungkin baginya menjelaskan urusan dewasa kepada anaknya. Ia pun masih ingin memikirkan lebih jauh perkataan Ika kepadanya.
"Rena?" mamanya berusaha menatap lekat anaknya.
"Iya, Ma?"
"Mama mau tanya, nama ayahnya Ait siapa?"
"Heh? Mana Rena tau, Ma. Memangnya kenapa?" tanya Rena penasaran.
Ika menelan salivanya. Bodoh sekali ia pikir dirinya bertanya seperti itu pada anaknya. Yang ada justru memancing anaknya mencari suatu hal.
"Tidak apa-apa. Sudahlah… lupakan perempuan galak itu. Mama tidak apa-apa, Sayang. Kamu segera ganti baju lalu makan, ya,"
Rena sebenarnya masih belum menerima jawaban mamanya. Tidak ada jawaban puas yang bisa ia dengarkan. Tapi Rena juga lelah. Pulang sekolah dilanjut mencari botol bekas membuatnya kelelahan.
"Baik, Ma,"
Disaat anaknya pergi ke kamar, Ika pun masuk ke kamarnya. Di rumah sederhana itu ada dua kamar. Ika dan anaknya tidur terpisah. Duduk di tepi ranjang sambil memilin jemarinya, Ika memikirkan semua hujatan yang dikatakan mamanya Adit tadi.
"Saya berselingkuh? Saya tidak pernah berselingkuh sama suami siapapun," tepis Ika sendirian.
Cukup lama Ika menerka-nerka segalanya. Hingga pada akhirnya ingatan lima tahun lalu terbesit di hatinya.
"Astaga, jadi dia istri Reno?"
Reno, ayahnya Adit bukanlah orang asing bagi mamanya Rena. Pria masa lalunya. Pria yang harusnya menjalin hubungan asmara dengan dirinya dan berakhir pelaminan. Namun semuanya berantakan akan kehadiran Wicaksono, ayahnya Rena yang menjadi orang ketiga.
Ika menelan salivanya dengan kuat. Sewaktu di desa Tirani, Reno memang meminta dirinya untuk selalu bertemu. Tidak tau apa yang diinginkan Reno kala itu. Tapi Rena selalu menolaknya. Reno tidak gentar. Makanya orang-orang di desa mengetahui tingkah Reno yang berlebihan mencari waktu dengan Ika. Makanya sebutan pelakor dan wanita genit di desanya kala itu menjadi sebutan untuk mamanya Ika. Padahal Ika sama sekali tidak seperti itu.
Justru yang 'gatal' adalah ayahnya Reno. Mungkin… menurutnya Reno kala itu belum bisa moveon dengan dirinya. Bayangkan saja mamanya Rena an ayahnya Adit saat di masa lalu terjadi hubungan berpacaran selama tiga tahun. Berakhir karena orang ketiga. Itu yang membuat Reno sekedar ingin bertemu atau mungkin menjaga silaturahim dengan Ika. Tapi Ika sudah membulatkan tekadnya tidak lagi mengurusi dan mencari tau banyak hal tentang Reno, pria yang dulunya ia cintai.
"Ya Tuhan. Kenapa dunia sesempit ini?" lagi-lagi Ika begreutu disana.
Menarik nafas panjang. Lalu setelah itu bercermin. Ia tidak boleh terlihat aneh disana. Toh, semuanya menjadi masa lalu. Tidak ada yabg perlu dingat-ingat lagi. Termasuk mengingat kemarahan cemburu buta Keny. Keny marah-maah padayna tanpa sebab.
Makanya Ika memilih memaafkan saja segala sikap Keny tadi. Jauh lebih penting adalah fokus dengan masa depan anaknya saja.
"Lupakan Ika. Semuanya hanya masa lalu," ucap Ika di depan cermin.
Rena berada di ambang pintu kamarnya. Kehadirannya tidak dilihat oleh mamanya. Disaat Ika sedari tadi berbicara sendirian, Rena terus mengerutkan dahi menatap mamanya.
"Mama selingkuh sama siapa?"
TO BE CONTINUED