Chereads / Rena Dreams / Chapter 23 - Mau Dijemput?

Chapter 23 - Mau Dijemput?

"Rena, lu gak boleh berpikiran seperti itu sama Adit," tepis Sury.

"Lalu gue harus berpikiran apa, Sur? Lu lihat sendirikan bagaimana cueknya Adit tadi? Biasanya dia itu ramah,"

"Mungkin dia juga tertekan gara-gara perintah mamanya. Atau hal lainnya juga 'kan. Percaya gue deh, tadi gue ajak Adit ngobrol tentang tugas saja, jawabannya simple. Gak biasanya begitu 'kan?"

Rena terlihat menerawang dibalik jendela perpustakaan. Ucapan Sury ia cerna baik-baik. Jika Adit bersikap dingin kepada semua orang, itu artinya Rena tidak peerlu menafsirkan jika Adit bersikap dingin padanya hari ini karena menuruti keinginan mamanya.

"Oh, begitu ya, Sury? Aduh kalau memang benar Adit lagi ada masalah dan sikapnya beda banget hari ini, gue jadi merasa bersalah. Memangnya dia ada masalah apa, ya?"

Sury menggeleng kepala sambil mengendikkan bahunya.

"Mana gue tau,"

Tak berselang lama, ternyata orang yang menjadi bahan pembicaraan tiba-tiba menampakkan dirinya di depan pintu perpustakaan.

"Eh, Adit?" sapa Sury.

Rena buru-buru bangkit dan sedikit canggung untuk menyapa Adit.

Dasar Rena! Sudah tau dirinya salah menurut pikirannya, masih saja gengsi menyapa Adit. Rena menunggu Adit yang menyapanya duluan.

"Eh, hai Sury, Rena,"

Akhirnya…

Setelah berjam-jam Adit tidak melontarkan sapaan pada Rena, kini dibibirnya telah terucap sapaan kepada Rena. Rena seketika mendadak berhenti canggung. Ia dan Sury buru-buru menghampiri Adit di depan perpustakaan yang masih setia berdiri disana.

"Eh, Adit. Lu mau minjam buku juga?" tanya Rena berbasa-basi.

"Bukan, mau berbicara sama lu sekarang," jawab Adit.

Sury pura-pura kembali ke rak buku.

Lebih tepatnya sedang mencari novel-novel. Padahal ia sedang memberikan kebebasan ke Adit untuk berbicara dengan Rena. Mungkin ucapan permintaan maaf diantara keduanya karena sempat ada tindakan yang kurang mengenakkan.

"Gue minta maaf," ucap dit dan Rena berbarengan. Refleks Adit dan Rena langsung menyengir. Setelah keheningan sesaat tadi, ujung-ujungnya ketika berbicara malah bisa-bisanya ucapan itu terlontar bersamaan diantara keduanya.

"Minta maaf apa, Ren? Gue yang harus minta maaf ke lu dan ke mama lu," ralat Adit.

"Ya, gue minta maaf juga soalnya menghindar dekat duduk dengan lu," jawab Rena lirih.

"Sudah lupakan yang itu. Justru karena lu menghindar duduk, malah gue ikut-ikutan menghindari lu juga. Gue paham sih karena lu pasti marah dengan sikap mama gue kamrin. Tapi jujur, Ren. Gue sebaenarnya lagi banyak pikiran makanya gak banyak berinteraksi dengan siapapun. Cuma karena gue gak mau lu berlarut-larut menilai gue jahat dan dan beranggapan gue gak mau lagi temanan ke lu, itu salah ya,"

"Iya, Adit. Ge juga minta maaflah pokoknya. Em... tapi lu mendak badmood memangnya kenapa?" tanya Rena penasaran.

"Orang tua gue marahan lagi. Gue gak suka kalau situasi kayak gini, Ren. Mama gue gakmau tinggal di rumah sama ayah. Aish!"

Rena menunduk dan menganggukan kepalanya. Tangannya menepuk-nepuk bahu lelaki itu. Ada rasa kasihan Rena kepada Adit. Jika dirinya penuh kasih sayang dengan maamnya, Adit malah tidak mendapatkan itu dari mamanya.

"Yang sabar ya, Adit. Semoga orang tuamu cepat baikan,"

"Aamiin," lirih Adit.

Namun sekian detik kemudian, Rena menarik tangan dit untuk menuju ke meja. Disana Rena ada cara ampuh untuk membuat Adit kembali bahagia. Untung saja Rena membawa alat lukisannya, mulai dari kertas gambar polos, kuas cat dan pensil.

"Kita melukis saja yuk, tanding! Mumpung bel masuk masih lama,"

"Heee, tunggu!" timpal Sury.

Sury terduduk diantara mereka berdua.

"Sebelum kalian tanding, biar gue yang hitung dan kasih aba-aba. Sekaligus gue menjadi tim juri,"

"Okelah, Sur," kata Adit mengembangan senyuman.

Tanpa menunggu waktu lama, Adit dan Rena bertanding melukis.

Seperti biasa, dalam waktu lima belas menit, keduanya harus menyelesaikan gambar desain rumah estetik. Di depannya sudah ada lukisan yang akan siap mereka ikuti.

Lima belas menit berlalu, akhirnya Sury edngan sigap mengambil pensil mereka. Terlalu cepat waktunya arena juga memburu bel masuk yang akan segera berbunyi. Sury melihat gambar mereka masing-masing. Rena sudah hampir finish, sementara Adit masih melukis bagian tiang-tiang rumah.

"Yaaa, kayaknya yang menang kali ini ga ada deh," kata Sury terkekeh kecil.

"Nah loh, harusnya gue," ujar Rena tidak terima dan menujuk lukisannya yang hampir selesai.

"Emangnya ada rumah yang gak ada atap?" tanya Sury melihat lukisan Rena.

"Iya betul tuh, Sury. Jadi pemenangnya gue 'kan?" tanya Adit penuh percaya diri.

Senyuman miring ditambah tangannya yang melipat di dada seakan menambah gaya sombongnya.

Padahal mana bisa Adit disebut sebagai pemenang. Lukisannya masih jauh belum beres jika dibandingkan dengan lukisan Rena tadinya.

"Yeee!" ucap Rena dan Sury kompak sambil menggoyor pelan kepala Adit. Adit pun malah tertawa lepas gara-gara candaannya barusan.

***

Ica dengan santainya menunggu semua penghuni kelas keluar dari ruangan. Tadi Ica sengaja keluar terlebih dahulu saat jam pelajaran baru saja berakhir. Disana satu persatu setiap temannya yang keluar akan dihadang.

"Ingat, nanti malam acara ulang tahun gue! Jangan lupa datang!" ujar Ica memperingatkan dengan gaya angkuhnya.

"Iya,"

Begitu seterusnya sampai teman kelasnya keluar. Hingga yang tersisa di dalam adalah Rena, Adit, Sury, juga kedua dayangnya Ica macam parasit, Ira dan Suci.

Ira dan Suci ikut terlibat dalam diskusi singkat tentang pelajaran barusan. Sudah bukan rahasia umum jika mereka berempat pasti sejenak saling meminta catatan. Hanya saja Ira dan Suci ikut-ikutan karena tadi ia ditegur oleh guru yang catatannya tidak lengkap.

"Woi, kalian berdua. Ngapain minta catatan Rena?" ucap Ica melarang Ira dan Suci mengambil catatan Rena.

"Gue gak mau dihukum lagi, Ica,"

"Gue juga," kata Suci.

Ica berdecak lidah. terpaksa ia ikut berkerumn disana. bukan karena persoalan pelajaran. Ia mau mengingatkan pesta ulang tahunnya, terutama ke Adit.

"Hei, kalian semua jangan lupa nanti malam acara sweet seventeen gue. Jadi lu semua harus datang, apalagi lu Adit,"

Namun sedetik kemudian, Ica menutup mulutnya.

"Eh, gak harus semuanya sih. Lu," ucap Ica kembali sambil menujuk Rena isampingnya yang berdiri.

"Gak berlaku buat lu. Gak ada kewajiban. Gue takutnya acara gue berantakan kalau ada lu," kata Ica kembali.

"Rena memutar bola mataya dengan malas dan mengacuhkan Ica disana.

"Yuk Sury, kita pulang. Kami duluan, gaes" ucap Rena pamit.

"Oke," jawab Revan. Rena dan Sury kini melangkah jauh dari sana.

"Nanti malam gue jemput lu, Rena," ucap Adit.

"Eh, jangan jemput dia, Adit! Pokoknya lu datang ke acara gue dengan sendirian. Jangan bareng dengan dia," kata Ica tidak terima.

Sayangnya perkataan Adit ke Rena tidak didengar oleh Rena karena sudah berjalan keluar kelas. Tadi Adit juga mengecilkan suaranya hanya karena ingin membuat Ica marah-marah.

TO BE CONTINUED