Mamanya Adit berdecih mendengar pembelaan Rena. Ia lalu segera turun dengan tergesa-gesa. Keny berada di depan pintu mobil tempat dimana Rena terduduk. Ia membuka pintu mobil dengan tatapan sinis menatap Rena.
"Turun kamu, sini saya antar pulang sampai masuk ke rumah. Penasaran saya lihat isi rumah kumuhmu," ketus Keny.
Adit segera ingin turun. Ia bermaksud menemani mamanya dan juga Rena. Tapi Keny langsung menahan anaknya.
"Mau apa kamu, Adit? Tetap di dalam mobil. Tas mama banyak barang penting! Jangan sampai hilang kalau kamu turun juga," cegah Keny.
Adit menghela nafas dan langsung menatap mamanya dengan ekspresi tidak suka.
"Mommy bisa kunci mobilnya. Adit mau ikut!"
"Adit, kamu di mobil saja, tidak usah mengantarku sampai ke depan rumah," Rena bersuara.
Rena bermaksud tidak ingin membuat urusan mamanya Adit dengan Adit semakin panjang. Sudah cukup Rena sedari tadi mendengar pertengkaran adu mulut antara ibu dan anak tersebut.
Rena segera turun dari mobil sembari melempar senyum sopan pada Keny. Sesampainya di depan rumah, Keny melihat segala sisi teras rumah Rena. Rumah satu lantai yang sangat sederhana. Ukurannya begitu sempit. Tapi cukup asri karena halaman rumah dipenuhi bunga-bunga peliharaan mamanya Rena.
"Assalamualaikum, Ma," salam Rena di depan rumah.
"Waalaikumsalam. Eh… anakku sudah pulang,"
Sahutan dari dalam terdenar. Tampak seorang mama muda yang masih sangat energi menghampiri anaknya dan langsung mengusap ubun kepala anaknya. Rena pun dengan sigap mencium punggung telapak tangan mamanya.
Mata mamanya Rena menangkap kehadiran Keny yang berdiri di belakang Rena, dengan tangan yang sudah menyilang dan wajah yang tidak terlihat ramah.
"Bu, mari masuk," sapa mamanya Rena.
Walaupun Ika belum bertanya sosok Keny pada anaknya, tapi Ika sudah memprediksikan jika Keny adalah ibu dari teman kelas anaknya. Ia melihat kehadiran Adit di dalam mobil yang berpakaian sekolah seperti seragam Rena.
"Tidak usah!" ketus Keny. Begini, saya sengaja menemani anakmu sampai di depan pintu begini karena hanya ingin terbebas dari ketidaksukaan saya. Lain kali anakmu suruh jalan kaki. Jangan minta diantar!"
Ika mengerutkan dahi. Rena mendongakkan kepalanya menatap mamanya Keny sebab tubuhnya yang lumayan tinggi.
"Tante, jangan bicara kasar dengan mama saya! Kalau tante marah karena saya berteman dengan Adit ya marah sama saya! Jangan sama mama saya!" ucap Rena mulai marah. Anak itu mulai berani berkata tinggi pada Keny, saking emosinya.
"He! Kurang ajar sekali kamu sebagai anak-anak," jengkel Keny.
Keny menatap Ika dengan ekspresi siap menghardiknya. Matanya melotot tajam dan menunjukkan seringai kekesalan.
"Begini nih, kalau keluarga miskin! Selain kekurangan harta juga kekeurangan etika!"
"Maksud anda ini kenapa? Ada apa dengan anak saya?" tanya mamanya Ika mulai bersuara karena sangat jengkel.
Siapa yang tidak jengkel, dihadapkan pada orang yang tiba-tiba menujukkan kemarahan dengan cacian dimulutnya yang terdengar sangat kasar dan mengiris hati, jelas sudah baik Rena maupun mamanya akan emosi.
Mereka berdua sebenarnya orang cukup sabar. Tapi kalau sudah ada orang yang merendahkan macam tingkah Keny, jelas amarah mencuat seketika.
Keny berdehem sesaat. Tatapannya sangat menantang menatap mamanya Rena dan Rena secara bergantian.
"Saya tidak mau melihat anak saya berteman dengan Rena. Jadi tolong ajarkan anakmu bagaimana etika berteman yang baik. Saya tidak mau hawa-hawa orang miskin mendekat ke keluarga saya," kata Keny serius.
"Lalu kamu…" sambungnya kembali sambil menunjuk Rena.
"Satu kali lagi saya melihatmu berteman dengan anak saya, saya akan meminta sekolah untuk mengeluarkanmu. Jadi jangan macam-macam dengan segala perintah yang saya keluarkan! Paham?"
DEG!
Mamanya Rena menelan salivanya dengan kuat. Tangannya terkepal bersiap menghajar Keny saat itu juga. Ia tidak peduli akan berhadapan dengan siapa. Yang jelas, Keny sudah sangat merendahkan harga diri anaknya.
Jika urusan kemiskinan itu menyangkut keluarganya, harusnya ia yang disalahkan. Bukan mengorbankan anaknya dengan melarang berteman kepada siapapun.
Bruk!
Satu pukulan mendarat ke lengan Keny.
"Jaga ucapan anda! Pergi dari sini!" bentak Ika sangat emosi.
"Ma, sabar," ujar Rena sangat panik.
"Hah, dasar orang miskin, orang sombong lagi! Main tangan ih," ujar Keny bergidik jijik.
Wanita itu langsung pergi dari hadapan Rena dan mamanya. Sementara Rena hanya bisa menggelengkan kepala menatap kepergian wanita yang justru lebih angkuh.
"Ma, sabar. Tidak usah dihiraukan orang seperti itu. Biar saja dia melarang. Kalau aku dan Adit mau berteman, bisa apa dia,"
"Tidak, nak!" ucap Ika penuh amarah.
"Kamu tidak pantas direndahkan oleh orang seperti dia. Kamu tidak usah berteman dengan Adit. Mama tidak mau gara-gara kamu berteman dengan Adit, kamu berurusan dengan iblis wanita itu.
Biarkan saja dia merasakan bagaimana rasanya dijauhi oleh orang lain. Mama yakin, pasti banyak manusia-manusia yang tidak menyukai sifatnya," jwlas Ika panjang lebar.
Rena tertegun. Bibirnya tidak mampu melawan mamanya. Ia melihat mamanya saat ini sangat terpukul mendapatkan perkataan dari Keny. Rena sendiri sebenarnya menganggap angin lalu. Namun urusan hati orang dewasa seperti mamanya Rena, Ika sangat memasukkan setiap ucapan itu ke dalam hatinya.
"Ayo, Ma. Kita masuk," ajak Rena sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Iya, Nak,"
Kedua orang itu bersegra masuk. Rena menarik tangan mamanya dengan ekspresi yang dibuat seceria mungkin. Setidaknya dengan begitu mamanya tidak terlalu merasakan tekanan batin dan bersalah kepada anaknya sendiri karena telah menjadi objek cacian orang lain.
***
Keny menuup pintu mobil dengan kuat. Sambil menyalakan tombol on mobil, bibirnya begitu miring disana.
"Bisa-bisanya kamu Adit beteman dengan anak seperti itu! Apa kamu tidak punya teman kaya di kelas? Apa perlu mama sekolahkan kamu di tempat lain yang semuanya anak orang kaya?"
"Harusnya Adit yang bertanya dan marah-marah ke mommy. Apa lagi yang mama katakana pada Rena dan maamnya disana? Kenapa Adit melihat mereka mengusir mama?"
"Kamu lihat 'kan! Mereka miskin saja sudah berani mengusir. Apalagi kalau kaya! Sinting sekali keluarga itu!" jawab Keny meninggikan suara.
"Mommy yang sinting, hm.. " kata Adit datar.
CIIITT!
Keny langsung menghentikan laju mobil. Untung saja jalanan begitu sunyi. Sebab jika tidak, mobil Keny yang mendadak berhenti akan membuat kendaraan yang lain akan merasakan akibatnya.
Kecelakaan bisa saja terjadi detik itu juga. Tapi lupakan soal kecelakaan. Mamanya Adit sangat tidak peduli. Wanita itu memang jauh dari sikap kedewasaan.
"Kamu berbicara apa tadi, Adit? Berani kamu berbicara tidak sopan dengan mommymu sendiri?"
"Maaf, Mom," ucap Adit merasa bersalah.
"Adit hanya tidak suka mommy mencaci Rena seperti itu. Sekuat apapun maommy melarang, Adit akan tetap berteman dengan Rena. Adit emmang punya banyak teman, itu termasuk Rena.
Adit dengan dia juga satau organisasi di sekolah. Kalau mama melarang karena persoalan beda derajat, otak Adit memang tidak bisa menangkapnya," lirih Adit memelas.
TO BE CONTINUED