Chereads / Raka & Alanna / Chapter 4 - "Urusanku"

Chapter 4 - "Urusanku"

"Lo gitu banget sih gak mau kasih tau gue caranya."

"Bukan gak mau kasih tau tapi gue gak tau juga caranya Thea."

"Tapi lo beneran gak ada hubungan apa-apa sama dia?"

"Jelas gak ada lah. Buat sekarang sih, gak tau ke depannya."

"Gue yakin lo pasti bakal jadian sama dia deh," tebak Thea dengan ekspresinya yang menerawang.

"Gak lah, gue sengaja dekatin si Raka biar dia selamat aja. Bukan ada maksud buat ngejadiin dia cowok gue atau gebetan gue."

Thea menatap Alanna bingung. "Apa kata lo?"

Ups.

Alanna menutup mulutnya beberapa saat sebelum mengangkat tangannya dan mengibas ke udara. "Lupain aja, pasti lo salah denger."

"Karena gue salah denger makanya kasih tau gue apa yang lo omongin tadi Lan," paksa Thea.

Meski Alanna diam, Thea terus mencari peruntungan agar Alanna memberinya sedikit penjelasan.

"Thea, gue udah bilang lo cuman salah denger doang kok, lagian gue gak ngomong hal yang bersangkutan sama si Raka, udah ya, gue gak bisa jelasin lo apa-apa, lagian sekalipun gue jelasin lo bakalan tetap gak ngerti."

"Emang ngomong apa sih? Gue gak akan nganggap lo gila kok semisalnya lo bilang sama gue Lan, plis gue jadi penasaran banget!"

Alanna menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Gue gak bisa."

'Udah cukup gue dianggap gila sama si Raka dan Mama Papah juga gak percaya omongan gue.'

Sesaat kemudian mereka sampai di kantin dan Thea yang sedaritadi memaksa pun juga sudah memilih untuk menyerah.

Alanna langsung mengarahkan pandangannya pada sosok yang tadi pagi ada datang ke rumahnya tanpa diminta. Ia tengah bersama ke 6 teman cowok nya yang lain, dan mereka merupakan orang-orang yang Freya dan dirinya perhatikan sebelum sebuah insiden mengenaskan itu terjadi.

"Hei ceweknya Raka! Gabung kita yuk!" teriak Antoni, salah satu cowok populer di sekolah nya juga. Ia melambai dengan tersenyum lebar, berbeda dengan image yang dikenal anak cowok bahwa Antoni merupakan salah satu anak yang jago beladiri dan cukup 'menyeramkan', meskipun Raka masih berada di atas levelnya.

Alanna menggelengkan kepalanya. "Nggak Kak, makasih."

"Loh? Kenapa gak mau? Malu karena ada kita juga disini? Raka bakal belain lo kok," timpal Adam dan ucapan Adam sukses membuat Alanna teringat tujuannya hingga ia mendekat tanpa pikir panjang.

'Raka gak mungkin bilang sama temen-temennya juga kan?'

"Boleh gue gabung disini Kak?" tanya Alanna yang kini berjalan mendatangi meja Raka serta kawan-kawannya berada dengan menyeret Thea untuk ikut bersama dengannya juga.

"Boleh banget, khusus buat anggota baru kita, apa sih yang gak boleh? Lagian sebelum gue pindah sekolah, puas-puasin dulu ngobrol bareng kita bisa kali," jawab Ferdo mewakili.

"Oh lo mau pindah sekolah Kak? Kenapa? Gak nyaman lo ada disini?"

"Bukan gak nyaman juga. Tapi, biasa lah, Bokap gue nyuruh gue buat tumbuh dan berkembang sendiri dengan cara merantau."

"Tapi kenapa harus dengan pindah sekolah? Raka juga tinggal sendirian bisa kok," jelas Alanna terlihat bingung.

"Karena gue disana ikut menjalankan bisnis yang dikelola Kakek gue. Kadang kalo kita ingin menjadi seorang ahli, maka kita harus datang ke pakarnya juga kan?"

"Iya sih."

"Woi Ka, lah gila dia mah, malah diem aja lo? Gak liat si Ferdo jadi akrab banget sama cewek lo?" Bian menepuk bahu Raka seolah ingin menyadarkan jika ' pacar' cowok itu tengah berada diantara mereka juga.

"Kalian beneran jadian gak sih?" Tanya Leon keheranan karena melihat dua sejoli di depannya tampak tidak terlalu akrab.

"Udah, gak usah banyak mikir, lo duduk bareng kita aja disini."

Rendy membantu Alanna dan Thea agar duduk di 2 kursi kosong diantara 3 kursi tersisa di meja bundar yang mereka tempati.

"Makasih Kak."

"Sama-sama cantik," jawab Rendy dengan mengedipkan sebelah matanya genit.

Raka masih tetap diam. Dan melihat gelagat teman-teman Raka yang seolah tidak ada apa-apa, Alanna cukup yakin jika Raka tidak memberitahukan soal 'itu'.

"Oke, sebagai salam pembuka, gue jajanin lo berdua batagor dan jus alpukat anti diet-dietan!" ujar Rendy sambil tersenyum.

"Wah serius Kak? Gak apa-apa Kakak jadi jajanin gue sama temen gue?" Alanna menatap Rendy berbinar.

"Gak apa-apa. Tapi, berhubung kita semua juga dijajanin sama si Raka, jadi Raka, kasih gue duitnya."

Alanna dan Thea dibuat melongo oleh kelakuan Rendy, dan lebih kaget lagi karena Raka yang tidak banyak omong itu tanpa basa-basi mengeluarkan satu lembar mata uang warna merah ke tangan Rendy yang tertawa geli melihat ekspresi 2 Adik kelasnya tersebut.

"Si Rendy emang iseng banget," Ferdo menggelengkan kepalanya dengan menghela nafas lelah.

"Tapi justru kalo gak ada, kita-kita jadi sepi," tambah Adam.

"Kalo gak ada gue gimana?" tanya Ferdo lagi.

"Gak ada lo sih gak masalah," kekeh Adam yang membuat Ferdo ingin menoyor kepalanya.

"Si broken home yang selalu haha hihi," celetuk Antoni dengan menunjuk Rendy yang tengah sibuk berdesakan untuk memesan makanan.

"Heh, jangan dibongkar dong," Leon mengingatkan Antoni dengan kedua alisnya yang bertaut.

"Gak apa-apa, emang dia gitu kok," Antoni membela dirinya.

"Lagian si Alanna juga bagian dari kita sekarang," ucap Bian menutup obrolan.

Tidak lama dari itu pesanan datang dan dibawakan langsung oleh Rendy sendirian, kedua tangannya penuh dengan 2 gelas jus strawberry digenggaman dan 2 piring batagor di bagian lengannya.

"Gila-gila, gue udah cocok jadi pelayan gak?" tanya Rendy sambil terkekeh.

Pesanan yang dibawa Rendy dibantu oleh Bian dan Antoni untuk kemudian disimpan ke hadapan Alanna dan Thea.

"Btw, gue baru nyadar, lo kenapa diem aja sih?" Leon menatap Thea yang spontan salah tingkah.

Bagaimana bisa Thea tidak salah tingkah saat ia menaruh rasa pada orang yang bertanya demikian, lalu orang tersebut mengajaknya berbicara.

"S-saya lagi sari-"

"Saya? Lo kira lagi sidang pake bahasa formal?" kekeh Raka yang memotong ucapan Thea.

Ucapan singkat Raka namun sukses membuat ke 6 temannya menatap cowok itu bingung.

"Jadi pacar lo yang mana? Daritadi si ini ngomong lo diem aja," tunjuk Adam pada Alanna. "Tapi pas si ini ngomong lo langsung nanggepin."

Raka kembali diam, namun sudut bibirnya tertarik membentuk senyum tipis.

'Apa Raka suka sama si Thea ya? Bagus deh jadi misi ini bisa jalan tanpa harus melibatkan urusan hati,' bathin Alanna berbicara dalam diamnya.

"Lo gak cemburu? Si Raka kebilang langka loh buat nanggapin omongan orang," jelas Ferdo.

"Ya ampun cuman ditanggapin doang, gak ngaruh juga kali," kekeh Antoni.

"Udah-udah Kak, lagian makanannya udah sampai, jadi kita makan dulu," Alanna memotong ucapan Kakak-Kakak kelasnya itu karena ia melihat pesanan beragam yang begitu banyak sedang menuju ke meja mereka.

"Nah, saatnya berterimakasih sama si Raka! Makasih Raka," ucap Rendy yang diikuti Bian, Antoni, Leon, Ferdo, dan Adam.

"Yo," jawab Raka pendek seperti biasa sebagai bentuk responnya.

Selama mereka makan bersama, Alanna dalam hati memuji, untuk kali pertama alur takdirnya berubah dan ia bergabung diperkumpulan Raka, ternyata teman-temannya begitu sopan dan tahu aturan.

Terutama ia memuji sikap yang ditunjukkan Rendy, jika saja tidak mendengar apa yang Antonio jawab sebelumnya, Alanna pasti tetap mengira jika Rendy adalah orang terbahagia diantara Raka dan teman-temannya.

~¤~

Alanna masih duduk di tribun gedung olahraga sendirian. Menonton latihan basket Raka bersama anak kelas lain yang tidak ia ketahui. Disana juga terdapat Felix, salah satu teman satu kelas Alanna yang memang ikut ekskul basket juga.

Menunggu selama 1 jam, Alanna merasa suntuk dan ia akhirnya memilih untuk tidur berbantalkan tas gendongnya. Sedikit penyesalan ia rasakan saat Thea mengajaknya pulang bersama Alanna justru memilih untuk menunggu Raka padahal dirinya masih punya cukup banyak waktu.

"Kak, itu si Alanna pacar lo ya?"

"Kenapa emang?"

"Tuh," Felix menunjuk ke tempat dimana Alanna sudah tertidur. "Nyampe ketiduran dia nungguin lo."

Raka tidak merespon apa-apa, tapi ia langsung bergegas menuju ke arah tribun sebelah kiri. Ia memastikan langsung apakah yang dikatakan Felix tadi itu benar merupakan Alanna atau justru cewek yang tengah tertidur itu merupakan kekasih dari salah satu anggota basket yang lain.

Ternyata ucapan Felix benar, mungkin Felix bisa langsung tahu jika itu Alanna karena mereka teman satu kelas.

"Heh," Raka menepuk-nepuk pipi Alanna tapi si empunya masih tidak mau bangun.

Disaat anggota basket yang lain sudah mulai bubar, hanya tersisa Raka seorang diri di gedung olahraga ini menemani Alanna yang masih terlelap.

2 jam berlalu.

Alanna mulai tersadar jika ia tertidur, matanya mengerjap untuk mengumpulkan kesadaran. Dan setelah itu ia langsung terduduk.

Matanya tidak menemukan siapapun di lapangan, dan hal tersebut membuat Alanna semakin panik.

"Nyari siapa lo?"

"Astaga, Raka!"

Raka yang tengah bermain video game itu hanya diam membiarkan Alanna untuk beradaptasi dari rasa kagetnya.

"Ah, gue pikir lo udah balik duluan."

"Tadinya mau gitu."

"Tapi?"

"Rasa kemanusiaan gue masih ada."

"Yakin lo?"

"Lo juga hutang penjelasan."

Alanna mendecakkan lidahnya, "Udah gue bilang gue gak bakal ngasih penjelasan apa-apa, biar lo tau sendiri nanti. Lagian lo juga parah banget nganggap gue gila."

Tiba-tiba Raka menghentikan acara main game nya dan menyimpan ponselnya ke dalam saku.

"Alur takdir yang lo bilang kemaren, dan siapa orang yang bunuh gue, lo masih ingat?"

"Masih. Ralat, dia bunuh gue juga! Enak aja lo peduli sama diri lo sendiri. Orang yang bunuh kita, ada dua dan gue cuman ingat salah satunya."

Raka menghela nafasnya. "Ya udah, kita balik sekarang."

Alanna mengerucutkan bibirnya, tapi ia tetap mengekor di belakang Raka.

"Gue rasa.. gue rasa lo sangat akrab dengan orang yang bunuh lo itu."

"Begitukah?"

"Iya."

"Kenapa lo bisa beranggapan kayak gitu?"

"Entahlah, karena penampilan mereka kayak bukan pembunuh bayaran, tapi lebih ke orang-orang kaya kelas atas. Mereka juga bawa cukup banyak anak buah."

"Berapa orang yang lo ingat?"

Alanna mencoba mengingat. "Kalo buat jumlah geng motor yang datang, gue gak tau. Tapi, orang yang bunuh kita, gue ingat. Cuman ada dua orang."

"Geng motor ya.."

"Kira-kira, lo tau siapa dia?"

"Gue gak tau persis siapa pelakunya tapi gue punya beberapa petunjuk."

●●●