Mereka kemudian duduk bersama di ruang makan sengan sajian masakan Nazwa yang sudah tersedia di hadapannya.
Nazwa yang sudah gesit tampak mengambilkan nasi untuk Samudra kemudian di berikan ke hadapannya.
"Silahkan makan, Pak." Nazwa menydorkan saru piring yang telah ia isi nasi karena lauknya biarkan Samudra yang pilih sendiri.
Lagi, Samudra tampak datar tanpa ucapan terima kasih yang keluar dari mulurnya. Bagi Nazwa itu sangat biasa sekali dan bukanlah hal yang aneh.
Nazwa tampak terpaku dalam lamunannya dengan tatapan ke arah Samudra.
'Kamu itu tampak, Samudra. Kamu juga terlihat ada sisi baiknya. Tapi, kenapa kamu bisa berbuat sejahat itu berkali-kali. Aku heran sama kamu. Padahal sepintas raut wajahmu terlihat baik tapi hatimu itu loh, kotor sekali. Harusnya kamu itu berubah, Samudra! Berubah!' batin Nazwa menggerutu dalam lamunannya. Ia memang masih merasa jika Samudra memang tidak benar-benar berubah.
"Heh!" sentak Samudra seketika menggagalkan Nazwa dari lamunannya.