Preman itu kembali masuk setelah selesai menelepon seseorang.
"SEBENERNYA SIAPA YANG MENYURUH KALIAN, HAH?! KALAU KALIAN MEMANG DIBAYAR, SAYA BISA MEMBERIKAN UANG LEBIH BANYAK DARIPADA WANITA ITU BERIKAN PADA KALIAN! TAPI TOLONG LEPASKAN SAYA!" tegas Amelia berteriak-teriak.
"BERISIK! APA KAU TIDAK BISA DIAM, HAH?! APA PERLU KUJAHIT MULUTMU!" Pria itu memelototi Amelia murka. Karena asyik bermain kartu, ternyata wanita itu telah berhasil melepaskan sumpalan kain di mulutnya.
"SAYA TIDAK PEDULI BERAPA PUN UANG YANG KAU JANJIKAN PADA SAYA! SAYA TIDAK AKAN MEMBEBASKAN KAU!"
William, aku mohon … tolonglah aku. Aku sangat takut, lirih Amelia dengan batin tersiksa.
"Nyonya tadi menyuruh kita untuk menyuntik wanita itu dengan obat bius. Nih, obatnya …." Preman, yang berbicara dengan pelaku utama, menyodorkan sebuah kotak obat kecil berisi botol bius beserta suntikan pada rekan-rekannya.
"JANGAN! KUMOHON ….!" Amelia menangis terisak-isak, berharap ketiga itu berbelas kasihan padanya.