Devi berjalan menelusuri trotoar sambil mencak-mencak kesal. "Nenek apa-apaan, sih? Kenapa nenek tega-teganya menjual aku ke rumah pelacuran! Memangnya aku wanita murahan!" geram Devi berbicara sendiri.
Devi bergidik jijik membayangkan dirinya dinodai oleh om-om yang sudah tua dan bertubuh gempal. Meskipun Devi sering melakukan hubungan menyimpang segera gratis, Devi pun menyeleksi secara ketat pria-pria sebagai teman tidurnya.
Devig mempunyai selera yang sangat tinggi, yaitu seorang pria tampan dan rupawan, memiliki badan atletis, dan yang pasti, harus kaya raya. Biasanya pria-pria itu akan memberikan Devi uang sekadar untuk jajan. Walaupun pun untuk jajan, uang yang diberikan mereka tidak main-main, bisa menembus puluhan juta rupiah.