Wajahnya yang berantakan, dan suaranya yang parau semakin memperkuat bahwa itu adalah Esya asli. Namun pertahanannya membingungkan. Antara percaya atau tidak, ada dua kepercayaan yang berbeda dari lelaki itu. Membuatnya semakin menggila.
"Yagi?" panggil Esya dengan suara yang biasanya dia gunakan ketika ingin menangis. Waktu awal-awal kerja di perusahaan yang di pimpin oleh Pak Zidane, seorang CEO atau direktur utama.
Terdengar isakan tangis yang tertahan dari arah lelaki itu. Esya dapat menduga bahwa sekarang pasti Yagi telah menyimpan air matanya.
Makhluk astral tak jauh berbeda dari manusia. Mereka terutama pria, mempunyai harga diri yang tinggi. Sehingga jarang sekali menangis di hadapan wanita, sekalipun itu saudaranya.
Hati keduanya mulai rapuh, dan entah bagaimana caranya, kini langkahnya yang tak sadar mengantarkannya pada Esya yang terkurung di dalam kerangkeng.