Aku mengenali suara itu dengan sangat baik. Ya, mereka si kembar Stefan dan Steiner. "Apa yang akan terjadi jika dia marah?" tanyaku.
"Dia akan merajuk ke sudut sebentar," jawab si kembar dengan santai.
"Tapi, Ariel, kami harus tahu," ujar Stefan, memegang daguku dengan tangannya dan memutarnya untuk menghadap ke arahnya. Dia menempelkan keningnya di keningku, seolah-olah kami akan berciuman.
"Siapa yang akan kamu pilih jadi tuan rumahmu hari ini?" Akhiri Steiner. Ia melingkarkan tangannya di bahuku dan menekan sisi wajahnya ke wajahku.
Wajahku mulai memerah semerah kain beludru yang ada di klub itu, bahkan aku menahan napasku. Si kembar ini benar-benar bisa membunuh seseorang, bukan dalam arti harfiah. Melainkan lewat pesona mereka yang membuat hati para gadis serasa akan meledak. Termasuk aku. Faktanya, aku terpesona dengan pesona mereka semua. Tentu saja, tidak setiap hubungan dapat berakhir dengan sempurna, jadi aku harus memiliki beberapa rencana.