Ngomong-ngomong, kuil itu tempat orang-orang berdoa, 'kan?
Davira menganggukkan kepalanya. "Iya, yang di sana dan di sana juga," tunjuknya ke tempat di mana penerangan berada.
"Gue juga kurang tau detailnya, tapi saat gue kecil dulu, Nenek gue sering berdoa di sana," jelasnya.
"Hm ... emang di sini ga ada kuil yang besar gitu?" Biasanya, setiap tempat pasti memiliki tempat ibadahnya masing-masing.
"Karena minoritas, pembangunan kuil di tempat ini tidak diizinkan. Jadi Nenek gue bangun sendiri, deh, kuil-kuil kecil itu," terangnya lagi. Jarang-jarang mendengar Davira yang berbicara panjang lebar begini dan terlihat minat. Sepertinya dia juga suka menceritakan tentang kampung halamannya.
"Ternyata gitu."
Srak! Srak! Srak!
Mereka semua refleks menoleh ke sumber suara, kecuali Davira yang terlihat tidak terganggu sama sekali. Oke, Karina merasakan jantungnya yang berdisko ria sekarang.
"B-bunyi apaan, tuh?" Emy tiba-tiba berpindah ke samping Karina.