Aku ikut terkekeh. Rupanya, dia tidak menyadari bahwa aku sudah tahu bahwa Axel adalah seorang gadis, tapi aku memutuskan untuk tidak menyebutkannya demi dia dan juga Tea Party Club. Pikiranku masih tertuju pada para host. Masing-masing dari mereka sangat menawan, jadi sulit untuk memilih siapa yang lebih aku kagumi.
Namun untuk Oliver ... mungkin akan sedikit sulit. Mengingat dia tidak selalu sibuk dan tidak setiap harinya dia menjadi host.
Begitu kami sampai di pintu, aku berhenti. "Yah, di sini kelas pertamaku," kataku. Aku menoleh ke William dan membungkuk. "Terima kasih telah mengantarku, Senior."
"Dengan senang hati, Ariel," jawabnya. Kemudian, dia mengelus pipiku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. "Sampai jumpa di klub," tambahnya.
Setelah itu, dia berdiri kembali dan berjalan menyusuri koridor. Aku berdiri mematung di sana, menunggu agar rona wajahku kembali ke semula dan jantungku yang berdetak normal. Kemudian, baru lah aku membuka pintu kelas.