"Setelah hari itu, dia berubah menjadi orang yang super pendendam dan suka ngejahilin orang. Sifatnya pun berubah 180 derajat kayak kerasukan. Dan klub yang menyenangkan pun berubah jadi tempat penistaan. Mirip dengan neraka," ringis Karina yang membayangkan kembali kisah kelam dulu.
Teman-temannya menyimak cerita Karina dengan mulut yang menganga lebar. Mereka tak menyangka jika Karina yang sifatnya bar-bar begini, ternyata pernah di bully saat dulu.
"Bentar bentar ... dia ngejahilin semua orang atau cuma lo aja?" tanya Emy untuk memastikan.
"Gue doang anjirr hiks makanya ...."
Mereka merasa kasihan dengan Karina. Namun, bukankah sekarang adalah saat yang tepat untuk membalas dendam?
"Inget itu aja bikin gue pen nangis hiks!" lanjutnya. Davira menepuk-nepuk bahu Karina sambil memberikannya tisu yang entah dari mana datangnya.
"Woii!! Jangan ngaret napa!!" teriak cewek itu dari arah lapangan. Karina dan teman-temannya sudah dipanggil ternyata.
"Kalo gitu, ayo kita lawan!" ucap Kaila dengan semangat. Dia berusaha untuk memberikan dukungan kepada Karina.
"Demi Karina dan juga raketnya! Pokoknya kita hajar habis-habisan!" timpal Emy tak kalah semangat. Bendera semangat sudah dikobarkan. Sekarang saatnya untuk maju!!
"My Bestie ...." Karina terharu dengan kepedulian teman-temannya. Meskipun responnya sekarang agak lebay. Yah ... bukan sehari dua hari Karina lebay begitu. Rasanya sudah seperti makanan sehari-hari.
"Oke, kalo gitu gue jadi wasit aja!" tawar Davira yang ditolak mentah-mentah oleh Emy.
"Lo juga harus main, bege!"
"Eh, serius gue yang main?" tanya Davira lagi untuk memastikan. Karena dirinya sangatlah lemah di bidang olahraga, mengingat dia yang sangat mageran sekali. Jangankan olahraga, berjalan saja dia malas.
Aya yang melihat itupun langsung menawarkan diri untuk menggantikan Davira. "Biar gue aja yang main. Lagian gue yang pinjamin mereka raketnya."
Namun, tawaran itu ditolak oleh tim Sisi. "Cewe letoy itu yang bakal main!" finalnya.
Tentu saja Karina dan teman-temannya merasa sangat kesal mengingat mereka dirugikan sepihak. Tapi, mereka yakin kalau mereka bisa menang. Karena, Kaila si jenius olahraga berada di tim mereka.
Akhirnya, permainan pun dimulai. Putaran pertama di mainkan oleh Emy dan Davira. Namun, sayangnya mereka kalah telak.
"Game set! Pemenangnya adalah tim XII," ucap seseorang yang kini bertugas menjadi wasit.
Melihat hal itu, raut wajah Karina dan yang lainnya langsung berubah menjadi tegang. Ternyata lawannya memang mantan anak-anak tim tennis yang sesungguhnya.
"Mereka kalah, cuk!" lontar Karina yang kini sudah menghirup oksigen dalam-dalam dan mengembuskannya dengan kasar. Bahkan keringat dingin mengalir di tangannya sekarang. Rasanya benar-benar sial sekali.
"Semangat gue tadi rasanya langsung terbang ditiup angin," ungkap Kaila yang keadaannya tak jauh berbeda dari Karina sekarang.
***