"Tapi, kalo lo sama cewe ini gue bakal khawatir banget!" lanjut Azri yang masih kekeh membujuk Ezra.
'Hellow? Memangnya gue itu apaan sampe lo harus khawatir lebay gitu? Gue ga makan manusia kali!!' protes Karina dalam hatinya.
"Yuk, Karina, kita harus cepet ke sana!" ajak Ezra yang mengabaikan perkataan Azri bak angin lalu saja.
Diam-diam Karina tertawa jahat dalam hati. Ia merasa sangat puas saat Ezra mengabaikan Azri seperti itu. Lagian 'kan dia juga cowok. Kenapa harus bersikap menye-menye seperti itu coba? batin Karina.
"Kalo gitu kami pergi dulu. Bye bye!" ucap Karina yang merasa menang. Bisa dipastikan wajah Azri yang menatapnya kesal, dengan wajah merah padam, gigi digertakkan, serta mata dan hidungnya yang naik. Sungguh jelek sekali.
Karina dan Ezra berjalan menjauh dari Azri, namun ucapan cowok itu masih bisa di dengar jelas oleh Karina.
"Ezra, pokoknya lo harus hati-hati sama monyet cebol itu!!"
Ya, cowok itu sedang merutuki Karina.
"Monyet cebol?" gumam Ezra seakan memikirkan sesuatu.
'I-itu maksudnya gue? Monyet cebol itu gue? Gue disamain sama monyet?' inner Karina berteriak keras tak terima. Bagaiman bisa dirinya disamakan dengan monyet? Kurang ajar sekali orang yang mengatainya itu.
Jelas-jelas ia merasa dirinya sangat cantik luar biasa. Karina menghirup oksigen sebanyak mungkin, kemudian membuangnya secara kasar. Ia harus menjaga sikapnya sekarang. Tentu saja karena sang crush yang kini sedang berjalan di sampingnya.
Sedangkan di belakang sana, Emy datang dan menghampiri Azri.
"Woi, maling coklat!" panggil Emy. Seketika, raut wajah cowok bertambah 100 kali lebih masam dari sebelumnya.
"Ngapain lo ke sini, cewe sialan? Bikin jijik aja," cibir Azri tanpa memfilter mulutnya terlebih dahulu.
Jika itu cewek lain, mungkin saja mereka akan menangis mendengar perkataan Azri. Namun, untungnya itu adalah Emy yang sudah tahan banting dari segi apa pun.
"Ck! Liat siapa yang ngomong. Ga sadar dirinya sendiri gimana," balas Emy tak mau kalah.
"Hah? Setidaknya gue masih lebih baik dari lo, dasar cewe matre, playgirl, buaya!"
Emy melototkan matanya mendengar perkataan cowok itu. Emy masih bisa memaklumi jika dibilang playgirl, tapi apa katanya tadi? Cewek matre? Hellow!! Keluarga Emy itu kaya raya, cuk! Bagaimana bisa dirinya dikatakan cewek matre?
"Gue ga matre, cuk! Lo liat minimarket di depan sana yang ada bendera merah birunya? Yang minimarket itu ada di seluruh jalanan? Itu punya bokap gue, cuk! Gue kaya raya," jelas Emy panjang lebar. Tentu saja sedikit dengan nada bangga. Jarang-jarang gadis itu memamerkan kekayaannya seperti sekarang.
"Yaahh ... setidaknya gue ga main curang sama saingan gue," lanjut Emy dengan sindiran langsung.
"Ck!" Azri hanya bisa berdecak saja. Meskipun ingin bertengkar, tidak mungkin 'kan dia memukul atau menjambak rambut seorang gadis? Apa kata Ezra nanti? Jadi, dia hanya menjulurkan jari tengahnya saja ke arah Emy dan berlalu begitu saja.
Sedangkan Emy membalasnya dengan senyuman manis. Sangat manis. Rasanya akan sia-sia jika bertengkar di hari secerah ini. Apalagi sebentar lagi ia akan pergi berkencan dengan seseorang.
Emy menghela napasnya kasar dan melirik ke luar jendela. Di bawah sana, terlihat Davira yang sedang berjalan ke arah seseorang. Ah, ternyata Delvin menjemputnya. Romantis sekali mereka.
***
Kegiatan klub sepenuhnya sudah selesai dan para murid pun mulai meninggalkan ruang tersebut. Begitu juga dengan Karina dan Ezra.
"E-ezra!" panggil Karina. Cowok itu menoleh ke arahnya dan berkata, "Iya, Karina?"
'Arghhhh ... kata-kata iya, Karina nya itu bikin candu!! Bayangin aja kalo tiap lo buka mata di pagi hari selalu disambut dengan senyuman dan panggilan sayang dari dia. Pasti astgajjugd banget—'
"Karina?" Pikiran gadis itu terhenti saat Ezra memanggil Karina berulang kali, bahkan melambaikan tangannya di hadapan wajah gadis itu.
Sontak, wajah gadis itu bersemu. "I-iya." Karina sedikit berdeham sebelum melanjutkan ucapannya.
"J-jadi gini ... lo mau ga pulang bareng?" Jujur, Karina merasa sangat gugup sekali karena ini pertama kalinya ia melangkah terlebih dahulu—dulu ia hanya diam dan menunggu saja, karena urusan ajak mengajak maupun nge-date adalah urusan cowok.
"Bareng? Maksudnya lo sama gue?"
"Iyaa!! Trus, kalo lo ga keberatan, kita bisa mampir dulu ke suatu tempat. Atau kalo lo laper, kita bisa mampir buat makan dulu. Oh, kalo lo ga bisa ga apa-apa, kok. Gue ga maksa," ungkap Karina dalam satu tarikan napas.
"Dessert."
"Eh?" Karina mengerjabkan matanya beberapa kali.
"Oh, ga harus dessert juga, sih. Gue cuma mau makan yang manis-manis aja. Aneh, ya, cowok yang suka makanan manis?" Ezra terlihat sedikit menunduk dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Karina kembali mengerjabkan matanya. "Eh, ng-ngga, kok! Ga aneh sama sekali. Memangnya ada peraturan kalo cowo ga boleh suka ini dan cewe harus suka ini?"
Ezra menggelengkan kepalanya. "Kalo lo, suka ga makan yang manis-manis?"
Reflek, Karina menjawab dengan cepat. "Suka!! Suka banget!!" teriaknya.
Namun, beberapa detik kemudian, wajahnya memerah total bak buah tomat.
"Sama ... makanan manis ...," lanjutnya dengan suara pelan.
"Oke, deh, kalo gitu. Gue ambil tas dulu, ya. Nanti gue tungguin di pintu masuk. Bye!" pamitnya sambil tersenyum dan keluar dari ruangan tersebut. Menyisakan Karina sendirian yang kini sudah terduduk lemas.
Karina memegang jantungnya yang kini berdegup kencang. Wajahnya ia sembunyikan dibalik meja.
"M-maksudnya gue suka sama lo, tau!" gumamnya pelan. "Apaan dah suka makanan manis, yang ada diabetes nanti, hiks!"
Dan setelah itu Karina pun mengambil tasnya di kelas dan menunggu Ezra di pintu masuk.
Ya, meskipun katanya Ezra yang akan menunggunya, namun ternyata Karina lah yang lebih dulu sampai di sana.
"Hellow, Bestie!" teriak Kaila yang datang bersama Aya begitu melihat Karina.
Kaila dan Aya menggunakan baju olahraga. Sepertinya mereka sudah melaksanakan kegiatan olahraganya sejak tadi.
"Kailaaa!"
"Kegiatan klubnya udah selesai?" tanya Kaila yang sudah menghampiri Karina.
"Iya, nih. Gue lagi nungguin Ezra. Rencananya kami mau cari dessert dulu atau makanan manis yang lain," ungkap gadis itu antusias.
"Wuihh! Ada kemajuan, nih. Berarti kalian mau nge-date, dong?"
"Hehe, iya, dong! Gue gitu loh!" Karina mengusap hidungnya berulangkali. Seakan-akan hidungnya itu meninggi. "Gue harus cari rekomendasi tempat dari Ig dulu, nih! Biar ga malu-maluin."
"Wihh, good luck, Bestie!!"
"Hehe, makasih!"
Kaila merasa senang saat melihat sahabatnya yang kini tersenyum bahagia. Memang, ya, aura orang yang sedang jatuh cinta itu memang berbeda. Mereka terlihat lebih cerah, dan entah bagaimana di sekeliling mereka juga dipenuhi dengan bunga-bunga.
Setidaknya begitulah pandangan Kaila terhadap Karina sekarang. Semoga saja kencan mereka sukses!
***