Chereads / SAHABAT SAMPAI MATI / Chapter 5 - Pingsan

Chapter 5 - Pingsan

Rizal tiba di rumah temannya untuk menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman SMA nya dulu. Setelah acara selesai, satu per satu temannya mulai meninggalkan tempat itu dan hanya menyisakan Rizal dengan dua orang temannya lagi di sana.

"Lo nggak balik?" tanya Devan yang sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya juga.

"Gue masih mau di sini kayanya. Gue males di rumah sendirian," sahut Rizal mencoba mencari alasan.

"Males apa takut nih..." ledek Bimo yang juga tengah bersiap untuk pulang ke rumahnya.

"Kalian udah mau balik ya? Nanti dulu lah... Masih jam sembilan juga ini," kata Rizal mencoba mencegah merek untuk tetap di sini menemaninya.

"Gue harus balik Zal, masih ada tugas kuliah yang belum gue kerjakan."

"Sama. Gue juga, mana harus dikumpul besok. Gue balik duluan ya," kata Devan menepuk bahu Rizal. Begitu juga dengan Bimo yang menepuk bahu Rizal dan menyusul Devan pergi dari hadapan Rizal.

Sudah tidak ada lagi orang di sana. Akhirnya Rizal memutuskan untuk pulang juga ke rumahnya.

Rizal mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan rata-rata. Lalu ia menambah lagi kecepatannya ketika melihat kondisi jalan yang sangat sepi malam ini.

Sesampainya di persimpangan jalan, ada sebuah pohon besar yang berdiri di depan sana. Tidak sengaja Rizal melihat sosok Yoga berdiri di sana. Seperti biasa, dengan wajah yang separuh hancur.

Rizal kaget bukan main, dia semakin menambah kecepatan motornya, tapi sialnya ada sebuah motor yang melaju dengan kencang dari arah yang berlawanan juga. Lalu terjadilah sebuah tabrakan kecil. Rizal terjatuh dari motornya, namun motor yang menabraknya tadi tiba-tiba hilang entah kemana. Padahal sudah sangat jelas tadi Rizal bertabrakan dengan sebuah motor.

"Kok aneh ya?" kata Rizal sambil mengangkat kembali sepeda motornya yang sempat terjatuh.

Lalu Rizal kembali mengendarai motornya

melanjutkan perjalanannya menuju ke rumahnya.

Namun ketika ia sedang asik mengendarai motor dengan kecepatan sedang, Tiba-tiba ia melirik ke arah spion dan melihat sosok Yoga sudah membonceng di belakangnya.

Rizal gemetaran, mukanya tiba-tiba pucat, dan jantungnya berdetak sangat kencang.

Berulang kali Rizal menelan ludahnya sendiri, dan ketika ia kembali melirik ke arah spion, tiba-tiba sosok itu sudah tidak ada lagi di belakangnya.

"Fiiiuuhh... Untung aja," gumam Rizal sambil menghela nafas lega.

Setelah tiba di rumahnya, Rizal segera memasukan motornya di garasi rumahnya dan dengan cepat ia masuk ke kamarnya. Dengan jantung yang masih deg degan, dan wajah yang masih terlihat pucat itu Rizal segera mengunci pintu kamarnya. Ia takut sosok Yoga kembali mendatanginya.

Rizal sendiri merasa bingung kenapa Yoga selalu menghantuinya, dan selalu bilang kalau 'pembunuh itu harus mati'. Sedangkan Rizal saja tidak tahu penyebab kematian Yoga kalau tidak diceritakan oleh teman sekelasnya.

Rizal mencoba untuk menenangkan pikirannya dia merebahkan badannya ke atas kasur dan tidak sengaja melihat ke arah kaca lemarinya. Lagi lagi Rizal dikejutkan dengan tulisan merah seperti bercak darah 'pembunuh harus mati'.

Mata Rizal seketika terbelalak dan ia segera bangkir dari kasurnya untuk menghapus tulisan itu.

"Jangan ganggu gue please... Gue minta maaf kalau gue ada salah sama lo," kata Rizal sambil memejamkan matanya saking takutnya.

Namun ketika ia kembali membuka matanya, Yoga sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Aaaa...." teriak Rizal dan langsung pingsan.

***

Pagi harinya, Rizal kembali berangkat ke kampus.

Masih dengan suasana mencekam di rumahnya akibat kejadian tadi malam yang sangat menakutkan bagi Rizal.

Sesampainya di kampus, Rizal mencoba untuk menceritakan semua kejadian yang dia alami selama ini terkait dengan hantu Yoga yang gentayangan.

Berbagai komentar dari teman-temannya terdengar.

"Ih... Kok ngeri ya?"

"Iya ya. Kok Yoga jadi gentayangan ya?"

"Ih, gue jadi merinding begini dengar cerita lo."

Namun dari semua orang yang ada di kelas itu hanya Dani yang tidak ikut berkumpul dan mendengarkan semua cerita Rizal.

Dani justru lebih memilih tetap asik dengan ponsel nya sambil mendengarkan musik lewat headset nya.

Sebenarnya Dani mendengar semua cerita Rizal, namun dia berpura-pura untuk tetap cuek dan seolah tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Rizal itu.

'Kenapa Rizal ya yang dihantui oleh Yoga? Padahal penyebab kematian Rizal tiba di rumah temannya untuk menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman SMA nya dulu. Setelah acara selesai, satu per satu temannya mulai meninggalkan tempat itu dan hanya menyisakan Rizal dengan dua orang temannya lagi di sana.

"Lo nggak balik?" tanya Devan yang sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya juga.

"Gue masih mah di sini kayanya. Gue males di rumah sendirian," sahut Rizal mencoba mencari alasan.

"Males apa takut nih..." ledek Bimo yang juga tengah bersiap untuk pulang ke rumahnya.

"Kalian udah mau balik ya? Nanti dulu lah... Masih jam sembilan juga ini," kata Rizal mencoba mencegah merek untuk tetap di sini menemaninya.

"Gue harus balik Zal, masih ada tugas kuliah yang belum gue kerjakan."

"Sama. Gue juga, mana harus dikumpul besok. Gue balik duluan ya," kata Devan menepuk bahu Rizal. Begitu juga dengan Bimo yang menepuk bahu Rizal dan menyusul Devan pergi dari hadapan Rizal.

Sudah tidak ada lagi orang di sana. Akhirnya Rizal memutuskan untuk pulang juga ke rumahnya.

Rizal mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan rata-rata. Lalu ia menambah lagi kecepatannya ketika melihat kondisi jalan yang sangat sepi malam ini.

Sesampainya di persimpangan jalan, ada sebuah pohon besar yang berdiri di depan sana. Tidak sengaja Rizal melihat sosok Yoga berdiri di sana. Seperti biasa, dengan wajah yang separuh hancur.

Rizal kaget bukan main, dia semakin menambah kecepatan motornya, tapi sialnya ada sebuah motor yang melaju dengan kencang dari arah yang berlawanan juga. Lalu terjadilah sebuah tabrakan kecil. Rizal terjatuh dari motornya, namun motor yang menabraknya tadi tiba-tiba hilang entah kemana. Padahal sudah sangat jelas tadi Rizal bertabrakan dengan sebuah motor.

"Kok aneh ya?" kata Rizal sambil mengangkat kembali sepeda motornya yang sempat terjatuh.

Lalu Rizal kembali mengendarai motornya

melanjutkan perjalanannya menuju ke rumahnya.

Namun ketika ia sedang asik mengendarai motor dengan kecepatan sedang, Tiba-tiba ia melirik ke arah spion dan melihat sosok Yoga sudah membonceng di belakangnya.

Rizal gemetaran, mukanya tiba-tiba pucat, dan jantungnya berdetak sangat kencang.

Berulang kali Rizal menelan ludahnya sendiri, dan ketika ia kembali melirik ke arah spion, tiba-tiba sosok itu sudah tidak ada lagi di belakangnya.

"Fiiiuuhh... Untung aja," gumam Rizal sambil menghela nafas lega.

Setelah tiba di rumahnya, Rizal segera memasukan motornya di garasi rumahnya dan dengan cepat ia masuk ke kamarnya. Dengan jantung yang masih deg degan, dan wajah yang masih terlihat pucat itu Rizal segera mengunci pintu kamarnya. Ia takut sosok Yoga kembali mendatanginya.

Rizal sendiri merasa bingung kenapa Yoga selalu menghantuinya, dan selalu bilang kalau 'pembunuh itu harus mati'. Sedangkan Rizal saja tidak tahu penyebab kematian Yoga kalau tidak diceritakan oleh teman sekelasnya.

Rizal mencoba untuk menenangkan pikirannya dia merebahkan badannya ke atas kasur dan tidak sengaja melihat ke arah kaca lemarinya. Lagi lagi Rizal dikejutkan dengan tulisan merah seperti bercak darah 'pembunuh harus mati'.

Mata Rizal seketika terbelalak dan ia segera bangkir dari kasurnya untuk menghapus tulisan itu.

"Jangan ganggu gue please... Gue minta maaf kalau gue ada salah sama lo," kata Rizal sambil memejamkan matanya saking takutnya.

Namun ketika ia kembali membuka matanya, Yoga sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Aaaa...." teriak Rizal dan langsung pingsan.

***

Pagi harinya, Rizal kembali berangkat ke kampus.

Masih dengan suasana mencekam di rumahnya akibat kejadian tadi malam yang sangat menakutkan bagi Rizal.

Sesampainya di kampus, Rizal mencoba untuk menceritakan semua kejadian yang dia alami selama ini terkait dengan hantu Yoga yang gentayangan.

Berbagai komentar dari teman-temannya terdengar.

"Ih... Kok ngeri ya?"

"Iya ya. Kok Yoga jadi gentayangan ya?"

"Ih, gue jadi merinding begini dengar cerita lo."

Namun dari semua orang yang ada di kelas itu hanya Dani yang tidak ikut berkumpul dan mendengarkan semua cerita Rizal.

Dani justru lebih memilih untuk asik dengan ponsel nya sambil mendengarkan musik lewat headset nya.

Sebenarnya Dani mendengar semua cerita Rizal, namun dia berpura-pura untuk tetap cuek dan seolah tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Rizal itu.

'Kenapa Rizal ya yang dihantui oleh Yoga? Padahal penyebab kematian Yoga kan bukan dia?' gumam Dani di dalam hati sambil tetap asik dengan musiknya.

Karena Rizal melihat Dani tak yang cuek, ia mencoba untuk mendekati Dani.

"Ngapain lo?" tanya Dani melirik ke arah Rizal.

"Lo nggak dengar cerita gue tadi?" tanya Rizal mengerutkan dahinya.

Rizal merasa Dani berubah semenjak kematian Yoga. Ya wajar sih, karena kan Dani memang sahabat karibnya Yoga. Mungkin karena dia terlalu kehilangan sosok Yoga yang selama ini selalu menemaninya kemanapun dia pergi.

"Lo nggak lihat gue lagi dengar musik?"

"Gue selalu dihantui sama Yoga," kata Rizal sambil melepas headset Dani agar dia mau mendengarkan cerita Rizal kali ini.

"Ya terus gue harus apa dong?" sahut Dani sambil merebut kembali headset itu dan memasangnya lagi ke telinganya.

"Iya kenapa harus gue? Kenapa nggak lo aja? Lo kan sahabatnya?" teriak Rizal kesal.

Karena merasa tidak dihiraukan oleh Dani, akhirnya Rizal memilih untuk pergi dan kembali ke bangkunya sendiri.

Dani merasa apa yang dikatakan oleh Rizal memang ada benarnya juga. Kenapa Yoga tidak menghantui Dani sebagai sahabatnya? Kenapa harus Rizal yang selalu didatangi?

Tiba-tiba bulu kuduk Dani berdiri. Ia merasa merinding dan takut.

'Gue jadi merinding gini. Apa jangan-jangan Yoga ada di sini?' gumam Dani sambil menoleh ke samping, ke arah bangku Yoga biasa duduk.

Namun tidak ada apapun di sana. Tapi Dani semakin merinding. Ia mengelus tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin seperti ada yang meniupnya. Tapi angin yang ia rasakan begitu kencang, dan akhirnya perlahan Dani memberanikan diri untuk menoleh ke belakang.

Namun tidak ada apapun di sana.

Untuk menghilangkan rasa takutnya, Dani memilih kembali memasang headset nya dan mendengarkan musik sambil menunggu dosen datang.

Tidak terasa, jam kuliah pun selesai.

Seperti biasa, semua mahasiswa berhamburan keluar meninggalkan kelas dan pulang ke rumah masing-masing.

Karena merasa masih tidak nyaman, Dani berniat untuk mampir ke makam Yoga.

Ia hanya ingin memastikan Yoga dalam keadaan baik di sana. Dan tidak ada terjadi sesuatu yang buruk pada malamnya itu.

Hujan turun begitu lebat, mengiringi perjalanan Dani menuju ke pemakaman.

Sampai di pemakaman, Dani menaburkan bunga di atas kuburan Yoga. Air matanya kembali terjatuh, dan ia kembali diingatkan oleh kejadian beberapa hari yang lalu sangat mengerikan.

Lalu tiba-tiba bulu kuduknya kembali berdiri, Dani kembali merinding dan mengelus tengkuknya. Lalu ia menoleh ke belakang, namun nihil. Tidak ada apapun di sana.

'Mungkin hanya perasaan gue aja kali ya,' gumam Dani sambil berdiri dan bersiap untuk meninggalkan malam sahabatnya itu.

Dani segera melajukan motornya menuju ke rumah.

Dani mencoba melupakan tentang semua yang telah diceritakan oleh Rizal tadi di kelas mengenai Yoga.

Dani juga berharap, kalau arwah Yoga bisa tenang dan tidak lagi mengganggu orang lain.