Anggi masih terpukul dengan kematian anak semata wayangnya itu.
Ia kembali datang mengunjungi putranya. Malam Yoga tampak selalu bersih dan terawat. Hampir tidak pernah kosong dari taburan bunga karena ibu Yoga selalu datang mengunjungi makam Yoga.
Tangis itu kembali pecah. Sambil memegang nisan anaknya, perempuan paruh baya itu terus menangis.
"Udah, Bu. Kita pulang," ajak ayah Yoga menarik tubuh Anggi agar mau keluar dari pemakaman.
Awalnya Anggi menolak dan tetap ingin berada di sana untuk menemani putranya, namun suaminya terus membujuk Anggi untuk pergi dari sana.
"Biarkan Yoga istirahat dengan tenang ya. Kasihan dia kalau ibu terus-terusan menangisinya," lanjutnya mencoba menggandeng tangan istrinya dan membawanya kembali ke rumahnya.
Dengan sangat berat hati, Anggi akhirnya mau diajak pulang. Meskipun air matanya tak berhenti menetes.
Hatinya masih sakit dan hancur setiap kali mengingat bahwa Yoga sudah tiada.