Andri berusaha keras mengisi udara ke dalam paru-parunya yang terasa mengering. Punggung, bahu, dan kedua lengannya yang telah berubah menjadi tubuh kakek tua ringkih terasa nyaris patah menahan berat beban tubuh ayahnya.
Pandangannya mulai berkunang-kunang. Tulang-tulangnya gemeretak seolah remuk di banyak tempat. Napasnya hampir habis.
Seberkas cahaya terang muncul di hadapannya.
Andri menghentikan langkahnya. Kepalanya hanya bisa terangkat sedikit untuk melihat sosok yang berada di depannya, karena tertahan berat tubuh Pak Sardi di bahunya.
Sosok itu tak berwujud. Hanya berupa cahaya. Dan cahaya itu berbicara.
"Benar-benar manusia yang keras hati, kau ini, Nak. Apa kau yakin dapat mencapai ujung lorong ini dengan hanya sedikit sekali sisa napas di paru-parumu itu?" ucap suara itu.
"Siapa lagi kamu? Minema yang mau menghalangi jalanku?" ucap Andri terengah.