Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

RANUNCULUS

🇮🇩Gap_Dikara
--
chs / week
--
NOT RATINGS
21.6k
Views
Synopsis
Brenda : Punya kakak cowok itu indah nggak sih? Harusnya indah kan, ya. Bisa minta dibeliin ini itu. Sopir banyak kalau udah akrab sama temen-temennya. Bisa curhat dari sudut pandang yang berbeda waktu punya gebetan. Merasa dilindungi. Intinya, kalian bisa jadi princess tanpa kehadiran sosok pacar. Nyatanya realita nggak seindah ekspektasi. Sejak SMP sampai sekarang, kami merahasiakan hubungan persaudaraan kami. Kenapa? Kalian akan tahu jawabannya dalam novel ini. Bahkan, Kak Brandon pernah mengakuiku sebagai pacarnya didepan cewek yang menyukainya. Mulai saat itu, aku merasa sering dirugikan daripada diuntungkan sebagai adiknya. Pedih, kan? Brandon: ALERT!!! YANG NGGAK PUNYA ADIK MINGGIR DULU. Xixixi, nggak kok. Siapa aja boleh baca novel ini. Oiya yang belum punya adik minta mama papa buatin dulu aja. Semangat Om… Tante… Kiwkiw. Punya adik tuh rasanya kayak ada manis-manisnya gitu. Hmmmm… Wait a minutes jadi keinget sesuatu, apatuh. Forget it. Lanjut… Aku seorang anak pertama sekaligus seorang kakak. Ehem… Ehem… Keren nggak sih? Woiya jelas, jelas banyak tanggungan. Hadeh… Sebenernya waktu pembagian urutan kelahiran, aku absen jadi kebagian lahir duluan deh. Eitsss tenang karena posisi kakak sudah diserahkan buatku. Bakal kujalanin kok. Walupun mungkin masih jadi kakak yang buruk bagi adikku. Aku paham tentang konsep perkakak adikkan. Namun sulit untuk mengekspresikannya. Maybe, my sister, thinks “gini amat punya kakak”. Aku sayang pakek banget nggak pakek loch sama dia. Aku selalu berimajinasi jika nanti kami sudah memiliki kehidupan masing-masing. Apakah aku sudah bisa jadi kakak yang baik buat dia?
VIEW MORE

Chapter 1 - ALARM PAGI

Brenda's Point Of View

DOK! DOK! DOK! ..

Suara gedoran pintu itu menggema, bahkan bisa sampai terdengar oleh warga sekampung.

"NIAT SEKOLAH NGGAK SIH?"

Iya, niat.

"BRENDA!!!"

Iya?

"TETANGGA UDAH PADA BERANGKAT KERJA, KAMU BANGUN AJA BELUM!!"

Tetangga yang mana?

"INI UDAH JAM 7!"

Oh, berarti masih jam 6.

Keadaan kembali hening dalam beberapa menit.

"MA, BRANDON BERANGKAT YA!"

Dengan nafas tertahan, mataku langsung terbuka setelah mendengar teriakan kakakku.

Mampus, kalau kak Brandon berangkat…..

Mataku semakin terbelalak ketika jam dinding kamarku menunjukkan pukul 06.30. Aku merutuki diriku sendiri, semakin menyesali kegiatan yang nggak berguna tadi malam. Mungkin gara-gara temanku, Chelsea, yang memperkenalkanku kepada dunia kehaluannya a.k.a drakor dan kpop. Dulu, aku merasa asing dengan dunia itu. Tapi, sejak satu bangku dengan Chelsea yang setiap harinya nyanyi-nyanyi nggak jelas sambil meniru koreografi idolanya, aku jadi pengen tahu. Aku menjadi kepo dan menelusuri dunianya. Aku baru menelusuri dunia drakor, dan sudah kecanduan nonton salah satu drakor yang baru tayang minggu-minggu ini. Dari nonton satu episode, jadi dua episode, dan berakhir menamatkan satu drakor hingga pukul 01.00 dini hari. Kalau dari drakor aja aku udah begini, apa jadinya aku kalau melangkah ke dunia kpop?

Aku memutuskan untuk nggak mandi pagi ini. Toh, di sekolah juga nggak ada yang tahu kan? Keluarga aku sudah hafal betul, kalau aku nggak bisa mandi cepat. Aku hanya menggosok gigi, mencuci muka, dan memakai seragam. Aku bukan tipe cewek yang harus dandan jika keluar rumah. Kalau boleh jujur, aku masih menggunakan minyak kayu putih dan bedak bayi. Tapi, aku nggak pernah melupakan senjataku, yaitu parfum. Kalian tau nggak sih, kalau parfum itu bisa memanipulasi?

Oke, sekarang mari pikirkan gimana aku bisa sampai ke sekolah tepat waktu. Aku memang jarang berangkat bersama dengan kak Brandon, melihat dia tipikal murid yang menganut jalan kebenaran. Kak Brandon pasti berangkat sekitar pukul 06.30 atau kurang agar bisa membaca ulang bahan materi di sekolah sekaligus bisa berdiskusi dengan temannya. Aku lebih suka diantarkan oleh Papa. Perlu diketahui, jarak rumahku ke sekolah adalah lima belas menit. Karena sudah menunjukkan pukul 06.44, aku segera memesan ojek online. Beruntungnya, aku sudah diberitahu Papa terkait jalan pintas ke sekolahku. Bahkan, Kak Brandon aja nggak tahu jalan pintas ini dan aku memang nggak akan memberitahunya sampai kapanpun.

Berkat jalan pintas, aku berhasil sampai sekolah pukul 06.56. Aku sedikit lega. Iya, sedikit karena aku masih merasa ada yang mengganjal. Perasaan aku nggak senyaman biasanya. Aku memikirkan penyebab ketidaknyamanan perasaanku sambil berjalan di koridor menuju kelasku. Mungkin aku terlihat seperti orang yang melamun sambil berjalan. Kalau ada orang yang menyapaku mungkin juga aku nggak sadar karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri. Tepat sampai depan tangga menuju kelasku, aku teringat sesuatu.

Mampus, belum pamit sama mama!

***

Brandon's Point Of View

DOK!!! DOK!!! DOK!!!

Hmmmm…Bentar intro dulu, namaku Brandon Emiko Hanan dan aku juga punya adik bernama Brenda Haneen Emica. Kami bersekolah di SMA yang sama. Selisih satu tahun sih. Aku di kelas 11 dan Brenda di kelas 10. Kembali ke suara dok dok dok tadi. Suara yang hampir bisa kudengar setiap pagi. Suara tersebut berasal dari gedoran pintu kamar Brenda. Kegiatan rutinitas Mama ini, dilakukan semata-mata untuk membangunkan anak gadisnya yang tercinta. Namun nyatanya, nggak ada sautan satu katapun dari oknum yang dibangunkan.

Mungkin dia habis begadang semalaman nonton drakor, yang membuatnya berhalu ria di alam mimpi, batinku.

Seingatku, Brenda menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Korea sejak masuk SMA. Dia nggak pernah penasaran dengan hal itu di SMP sebelumnya. Mungkin di SMP, teman-temannya juga hanya fokus belajar dan nggak ada yang mengenalkannya tentang Korea. Sepertinya adik kecilku bakal terlambat sekolah lagi. Brenda adalah gadis yang ingin menjadi pusat perhatian, meskipun dia harus menjadi badut sekalipun. Ia juga selalu bilang merasa lemah di segala bidang.

But I think itu semua nggak bener sih, menurutku Brenda memiliki banyak bakat. Namun dia kurang memiliki rasa percaya diri.

Seketika lamunanku usai, melihat Mama yang sedang kesal menghampiriku.

"Brandon, Mama capek sama Adek kamu tuh, masa jam segini belum bangun. Kamu aja udah siap mau berangkat sekolah."

Aku cuma bisa nyengir tipis ke Mama.

"Mungkin semalaman Brenda lembur nugas Maa, jadi telat bangun deh," sambil bercandain Mama yang udah bawa pisau di tangannya (positif thinking Mama mau ngupas bawang).

Sebelum berangkat sekolah, tak lupa aku sarapan. Mama pernah bilang gini.

"Sarapan membantu anak lebih berkonsentrasi dalam belajar, serta meningkatkan daya ingat karena otak mendapatkan asupan nutrisi. Dengan demikian, prestasi belajar anak akan meningkat. Anak yang sarapan sebelum ke sekolah, cenderung lebih tenang karena telah cukup energi (MAMA, 2021)."

Hari ini aku sarapan dengan menu favoritku. Mama masak berbagai macam olahan embrio ayam. Nggak lupa, orang Indonesia makan harus ada yang namanya Oryza sativa L yang sudah diolah dan kaya akan C6H12O6, untuk memenuhi kebutuhan energi sebelum berangkat ke sekolah. (yang nggak tau, sering bolos waktu biologi fiks 😊).

"Papa udah berangkat kerja ya Ma?"

"Iya pagi-pagi banget Papamu dah berangkat, ada acara kantor."

Sekilas info….

Papa sama Mama itu suami istri, jelas lah…xixixii

Papa merupakan sosok yang keras, disiplin, dan tegas. Namun dibalik sosoknya tersebut, Papa itu orang yang sayang banget sama keluarganya. Papa juga bisa dibilang orang yang paling dekat sama Brenda. Banyak rahasia Papa dan Brenda yang masih belum ku ketahui, mungkin.

"Kalau papa hari ini nggak ada acara kantor, pasti Brenda kena double semprot dari Mama sama Papa." gumamku.

Bergegas sarapanku kuhabiskan, dan berpamitan dengan Mama.

"MA, BRANDON BERANGKAT, YA!" teriakku dengan sengaja agar Brenda merasa tersindir dan segera bangun dari tidurnya. Mama hanya tersenyum melihat tingkahku.

Terlihat pukul menunjukkan 06.30. Terpantau sejauh ini, Brenda masih belum keluar dari markas besarnya. (adik siapa sih _-). Hufffftttthuhhhh….. Angin pagi yang terasa begitu segar sesekali kuhirup dengan sepenuh hati. Hanya di waktu pagi harilah, udara disini masih terasa cukup segar.

"Sebentar lagi juga akan dipenuhi dengan asap kendaraan," ujarku sambil mengeluarkan motor dari garasi.

Berangkat menuju sekolah mengendarai motor cb 100 klasik, sepeninggalan almarhum kakek. Aku mencoba menyalip celah-celah di jalan padat kendaraan bermotor. Kurasa kota ini nggak akan pernah lepas dari macet selama pengguna sepeda motor masih sebanyak ini, dengan ku salah satunya.

"G, keluhan di pagi hari ini nggak akan membantu jalanku menuju sekolah jadi lebih mulus."

Kuputuskan menghitung jumlah pengendara motor dan mobil yang berlalu lalang, sembari menunggu lampu merah di ujung sana berubah warna. Setelah sekitar 20 menit perjalanan penuh kemacetan akupun tiba disekolah. (FYI jarak rumahku dengan sekolah, kurang lebih sekitar 6 KM).

***