Liona berlari semakin kencang, tak tentu arah ke manapun asal menjauhi rumah sakit.
Tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang bingung, Liona terus memaksa kakinya agar berlari lebih kencang.
Gemuruh di langit terdengar, seperti akan turun hujan karena sejak tadi mending sudah menggantung.
Tapi, Liona tidak peduli. Jika pakaiannya harus basah terbasuh derasnya hujan pun dia tidak masalah. Justru dia akan sangat bahagia saat tetesan air itu benar-benar jatuh.
Liona akan menari dengan indah di bawah tetesan hujan, tidak peduli di manapun tempatnya. Dia akan berlari mengikuti irama tetesan air yang jatuh membasahi tanah, rumput, jalanan, pohon dan tumbuhnya sendiri.
Suara Arkan tak lagi terdengar. Liona berhasil kabur dari Kakaknya itu. Kakak yang menyebalkan. Setidaknya sekarang itu yang Liona rasakan.
Jika saja tadi Liona tidak jujur, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.
