Iring-iringan mobil memenuhi jalanan menuju pemakaman umum.
Liona duduk di mobil yang sama dengan jenazah Rio. Tak hentinya dua terus mendekap erat keranda yang sudah di tutupi kain berwarna hijau tua itu.
"Aku akan nemenin kamu. Aku akan anterin kamu," ucap Liona dalam hatinya.
Arkan juga ikut menemani Liona. Mendekap erat punggung adiknya. Dia tidak akan pernah membiarkan Liona menangis sendirian.
Namun, hebatnya sedari tadi Liona tidak menangis. Saat jenazah selesai di shalat kan dan di masukkan kembali ke dalam mobil, tidak setetes pun air mata Liona mengalir.
Papa Rio juga ikut di mobil yang sama. Hanya saja Papa Rio memilih duduk di depan bersama supir mobil jenazah yang dia sewa.
Bunyi suara sirine terdengar di telinga Liona, hatinya tentu pilu. Tapi, dia tetap harus kuat. Itu janjinya pada Rio. Tidak akan menangis saat Rio memilih pergi.
"Aku kuat kan, Ri? Aku gak nangis. Jadi kamu jangan khawatir, aku bisa jaga diri. Aku akan baik-baik aja!" ucap Liona.