Tepat pukul delapan dokter memeriksa kembali kondisi Liona. Memastikan pasiennya sudah dalam kondisi normal.
"Liona bisa pulang. Ini resep obat yang harus di tebus di apotek," ucap dokter itu.
Liona balas menganggukkan kepalanya, Mami dan Arkan tersenyum lega. Satu nasalah selesai. Giliran masalah yang lainnya.
Lembah kesedihan itu siap menjerat Liona. Membelitnya sampai gadis itu tidak bisa berdiri lagi.
Namun, Liona sudah menegaskan pada dirinya sendiri, "Kehidupan tidak akan pernah berhenti dengan mengambil tindakan singkat."
Semuanya akan tetap sama. Kembali seperti semula walau ada bagian yang hilang.
Tak perlu diganti, cukup dikenang walau perih.
Dunia selalu memiliki caranya tersendiri dalam menghabiskan waktu pada manusia merana.
"Kalian duluan aja. Biar Mami yang tebus obatnya. Mami nanti nyusul ke sana," ucap Mami.
Walau ingin tetap berada di samping Liona, tapi Mami tidak bisa pergi begitu saja. Meninggalkan mobil yang dia bawa.