Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah tidak ada satupun yang membuka suara.
Liona diam termenung memikirkan kembali tindakannya tadi pagi, tidak seharusnya dia bersikap demikian. Mengacuhkan Papi, egois karena tidak ingin ditinggal pergi. Padahal Papi pergi hanya beberapa hari saja, itupun karena pekerjaan.
Sedangkan Arkan, dia bermaksud memberi waktu untuk Liona menyadari kesalahannya juga mendidik Liona agar tidak egois lagi.
Sampai di depan gerbang sekolah yang terbuka lebar, Arkan hanya menepikan mobilnya tanpa mematikan mesin dia menekan salah satu tombol yang ada di pintu.
"Masuk sana! Gue ada urusan di cafe!" ujar Arkan setelah beberapa menit menunggu Liona yang tak kunjung turun.
Adiknya itu justru asik menunduk, menatap kedua kakinya yang dibalut sepatu sport.
Kepala Liona terangkat, menatap lurus ke depan sebentar, melihat sekitar memastikan dia tidak salah dengar.
Cepat sekali Arkan mengemudi, sampai kini dia telah sampai di depan gerbang sekolah.